XIX. Kaum yang Menghilang

329 80 8
                                    

"Jadi, insiden putri menghilang itu ternyata beliau pergi ke masa lalu untuk memusnahkan Mezcla?" Bertram bertanya kebingungan. Sharley mengangguk, tak mampu mengangkat kepala. Semua mata tertuju padanya dan itu sangat memberatkan. Ia bahkan tak bisa menatap orang-orang yang kepalanya dipenuhi tanda tanya.

"Saya sudah menjelaskannya. Kutukan yang mengakar pada Alerian itu sangat menyakitkan. Kami, anak pertama, akan mati jika tak dapat menahan rasa sakitnya. Bertahan di rasa sakit sebesar itu terlalu berat. Saya yakin takkan ada yang bisa melakukannya," ucap Rezvon. Dia tetap duduk tegak dan bermuka garang, meskipun tangannya di bawah meja gemetar. Hanya Sharley yang tahu itu.

"Putri saya melakukan ini untuk mempertahankan hidup. Bukankah itu insting wajar manusia? Lagipula, ini demi keberlangsungan Alerian. Jika dibiarkan, bisa-bisa Alerian habis sampai ke akar-akarnya."

Ungkapan habis terdengar menakutkan. Alerian akan musnah, dan Hyacintho akan diguncang kepanikan. Alerian adalah salah satu pilar Hyacintho, dan jika pilar itu hancur, maka dampaknya akan memengaruhi semua bagian pondasi. Semua akan bergelimpangan mencari pengganti pilar dan itu akan memakan waktu yang lama. Sementara marga Alerian takkan memiliki penerus lagi.

Sharley memberikan diri untuk mendongak. Dia terbelalak dengan tatapan semua orang yang beragam padanya. Terkejut, bingung, tak percaya. Semua menjadi satu. Setidaknya tak ada yang memandangnya dengan kebencian.

"Bisakah kalian menceritakan semuanya? Tentang siapa Mezcla ini dan mengapa mereka ada?" tanya Raja Opiter.

Sharley bangkit dari kursi, tapi Rezvon menahannya. Ayahnya bercerita panjang lebar tentang asal-muasal Mezcla. Mereka mendengarkan dengan takzim, tak menyela meski banyak sekali pertanyaan di kepala mereka. Rezvon pun seolah tahu apa saja yang mereka pikirkan, sehingga dia menjelaskan lebih panjang dan teliti.

Rezvon berujar. "Mezcla takkan cukup untuk melawan si Makhluk Kegelapan. Bahkan jika Mezcla ada sekarang, hanya ada dua yang tersisa. Yang satunya berada di pihak lawan. Kekuatan terbesar Mezcla tak bisa mengalahkan Luca, camkan itu baik-baik. Anda tak tahu rasanya hidup dibayang-bayangi kematian dan merasa hancur setiap hari." Dia berkata buka-bukaan tanpa memikirkan isi hati lawan bicara. Mereka berbisik-bisik, berkata mengapa kaum sekuat itu harus musnah tepat sebelum Luca bangkit.

Opiter menggebrak meja, tak keras-keras amat, tapi semua perhatian menjadi tertuju padanya. "Sekarang bukan waktunya untuk mendebatkan tentang Mezcla. Meskipun Alerian sekarang bukanlah Mezcla, itu bukan berarti kita akan kalah dalam perang. Ingat, kita masih memiliki spirit. Sekarang jangan bertengkar apalagi sampai berpecah."

Raja Virgil mengangguk setuju. Dia juga sangat kaget, tapi berhasil menguasai diri lebih cepat. Baginya, tidak atau adanya Mezcla bukanlah masalah yang menjadi alasan perpecahan keluarga kerajaan. Luca akan bersorak senang dengan itu. Tujuan Luca memberitahukan ini pasti karena ingin menggoyahkan mereka.

"Kita harus saling bersatu padu untuk mengalahkan Luca, dan untuk masa depan Hyacintho. Saya pikir putri Sharley telah memilih jalan yang benar dengan menghapus keberadaan kaum itu. Jika mereka tetap ada, maka di tiap generasi, Alerian akan kehilangan satu anaknya. Itu bukanlah hal yang baik," ujar Virgil.

Dia tersenyum pada Sharley. Sharley tersenyum haru, tapi mendadak pucat karena mengingat Ethaian. Rezvon mengusap pipinya, dan terkejut karena itu cukup dingin.

Sharley mengingat masa-masanya bersama Ethaian. Itu sangat buruk. Rezvon memberikan jasnya. Sharley memang memakai atasan pendek, menunjukkan kalau dia sangat menggigil. Rezvon melambai pada Cleon. "Bawa dia keluar."

Cleon mengangguk paham. Dia pelan-pelan membawa Sharley pergi, sementara si gadis tak memberontak saat diseret. Ia masih lemah jika mengingat masa itu. Entah kapan ketakutan ini akan musnah, Sharley tak memikirkannya.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now