XLIX. Halo, ini Makhluk Terkuat Senegeri!

300 74 2
                                    

Gasp!

Hik!

Semua orang perlahan meringkuk ketakutan. Mereka merinding dan menciut seperti bayi, tak dapat berbuat apa-apa dan hanya ingin menangis. Aura Luca dengan cepat menyebar, bahkan saat ia hanya berdiri di sana selama beberapa detik. Tubuh besarnya tampak lebih besar, menjadikan semua orang terasa sekecil semut.

Kengerian itu berceceran di mana-mana. Jika Greengrass adalah manusia, sudah dipastikan ia akan menangis juga. Karena alam pun akan menciut jika merasakan Luca di atas mereka. Mereka akan pasrah, seperti terakhir kali ketika Luca mengacaukan mereka.

Makhluk yang paling ditakuti, musuh besar, mimpi terburuk, kiamat.

Empat hal itu melekat pada si Makhluk Kegelapan. Menjadi bayangan selama ratusan tahun, bangun setelah banyak orang yang mengabaikan keberadaannya. Faktanya, itu benar. Ratusan tahun, orang-orang menilai ia takkan dibangunkan. Namun, masa ini, ketika hal itu semakin membesar, ia muncul. Semua pun hanya akan merengek ketakutan.

Luca memandang lurus ke Sharley Alerian. Salah satu sentral perang, yang menghapus kasta Hyacintho dengan menangkap pelaku pembuat Hatrany.

Mata merah itu sangat mengintimidasi Sharley. Gadis itu menyentuh leher, tak menemukan seseorang yang mencekiknya. Namun, dia merasa oksigen direnggut darinya. Dia ingin berteriak, tapi pita suaranya bahkan tak bisa mengeluarkan suara apapun.

Sharley merasakan pelupuk matanya basah. Dia harus keluar dari situasi ini, tapi tak dapat meraih apapun untuk menuju ke sana. Sharley menunduk, dia terjebak. Tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Bendera ini takkan bisa kalian sobek." Luca berujar ringan, tapi suaranya membuat semua orang merinding.

Namun, ada keberadaan yang senang Luca datang. Itu adalah Aldrich, yang memiliki senyum cerah di wajahnya yang bersimbah darah musuh. "Yang Mulia!" Aldrich membungkuk dan melemparkan pedangnya. Pengikut Luca mengumpulkan kesadaran mereka dan melakukan hal yang sama dengan Aldrich.

Mereka menatap Luca seolah Luca adalah dewa. Sharley melirik Aldrich, tapi matanya segera terpaku pada Luca lagi.

Luca melompat turun. Sharley berpikir akan ada gempa, tapi ternyata Luca berhenti semeter dari tanah. Angin berpusing di sekitarnya, kemudian barulah dia mendarat. Luca mengaktifkan aura yang membuat semua orang terpesona. Tatapan mereka berubah takjub padanya. Seolah ingin membelai bulunya dan mencium kakinya.

Namun, ada orang yang tak terpengaruh pada itu. Itu adalah para iblis, Sharley dan Rezvon. Iblis cenderung dapat menyingkirkan aura-aura dari sekitar mereka. Sharley dan Rezvon sendiri dapat menampiknya karena tingkat kekuatan mereka.

Sharley pernah merasakan ini sebelumnya. Sekarang, lebih mudah untuk menyingkirkannya.

Luca berjalan, semua menyingkir dan memberinya jalan. Dia menuju tempat Sharley. "Malu terbesar musuh adalah saat bendera mereka dirobek. Juga keputusasaan mereka adalah saat mereka dikalahkan. Bukan begitu, Sharley Alerian?"

Sharley yang kehilangan suaranya tak menjawab. Dia turun dari Pegasus –– hewan itu langsung lari. Sharley meremas tangan dan menggigit bibirnya.

Luca menunduk, moncongnya berada satu meter dari Sharley. Sharley merasakan napas hangat Luca. Semua orang terdiam, tak ada yang membantu putri itu. Perhatian mereka terpusat pada Luca.

"Senang bertemu denganmu." Luca menyentuhkan moncongnya di dahi Sharley, lantas menarik diri. Sharley merasa dingin dan panas di saat yang bersamaan. Dia menyentuh dahi, Luca tak meninggalkan bekas sama sekali.

Luca berbalik, menghadap Aldrich yang berdiri menatapnya. Bendera yang melayang di udara jatuh di muka Aldrich. Pria itu tersentak, memungut bendera dan meremasnya. Mukanya memerah malu, tatapan Luca yang awalnya lembut pada Sharley berubah dingin.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now