84. Penyesalan

2.8K 128 23
                                    

Jangan lupa untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙏

Happy Reading...

***

Selepas pulang sekolah Raga langsung mencari Luna, gimanapun caranya hari ini ia harus menemui Luna. Ia mendatangi semua tempat yang pernah Luna kunjungi mulai dari taman, danau, dan berbagai tempat lainnya yang pernah Luna kunjungi.

Kini Raga mendatangi tempat terakhir yang itu pantai, sekarang sudah menunjukkan pukul setengah enam petang, ia memarkirkan motornya. Dari sana ia melihat seseorang yang mirip sekali dengan Luna yang sedang memandangi matahari terbenam di ujung pantai.

Dengan cepat Raga berlari menghampiri orang tersebut.

"Luna," panggil Raga sambil memegang pundaknya.

Orang tersebut berbalik.

"Sorry, gue kira orang yang gue cari," ucap Raga.

Orang tersebut hanya diam sambil menatap Raga sekilas setelah itu ia pergi. Raga masih memandang wanita tersebut dari belakang, mengapa orang tersebut sangat mirip dengan Luna.

Raga mendudukkan dirinya di pantai, sambil memandangi matahari terbenam, berharap Luna ada disini.

"Kenapa gue ngerasa lo ada di sini Lun," gumanya.

Jam terus berputar tapi Raga tidak sedikitpun beranjak dari duduknya, padahal sudah jam delapan malam lewat tapi ia tak kunjung pulang juga. Beberapa menit kemudian ia berdiri dari duduknya mungkin ia sudah cukup lelah duduk di pinggir pantai. Ia memutuskan untuk pulang.

Kini Raga berada di dalam kamarnya, dirinya tak henti-hentinya memikirkan Luna. Ia juga sudah menceritakan semuanya pada ayah dan bundanya, termasuk dengan Omanya tentang apa yang terjadi.

Beberapa hari lalu hubungannya dengan kedua orang tua sudah membaik. Dirumahnya tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya, kini ia sedang terduduk di bawah kasurnya dengan tangan memegang botol minuman.

"Akhh!" Jerit Raga. "Gue harus cari lo kemana lagi Luna," gumam Raga lalu meneguk minumannya lagi.

Ceklekk! Tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk ke kamarnya, ia tak melengah karena ia tau itu pasti Eza atau gak Argan, karna hanya merekalah yang berani masuk ke kamar Raga.

Eza hanya diam sambil mendengar suara ricauan Raga saja.

"Gue tau gue salah tapi kenapa lo harus ngilang kaya gini," ucapnya lagi.

Lagi-lagi ia meneguk minumannya dan membuat Eza langsung merampas botolnya itu.

"Terlalu banyak minum lo," seru Eza.

"Za temuin gue sama Luna Za gue mohon," Isak Raga. "Gue nyesel Za gue bener-bener nyesel sekarang," Gumam Raga.

"Sekarang gue sadar kalau gue sayang sama dia dan gue Cinta sama dia," Isaknya.

"Ngomong cinta enak Ga, anak kecil juga bisa," ucap Eza. "Coba lo, coba yang lebih sulit. Setia bisa gak lo," sambungnya.

Raga terdiam dengan keadaan yang sudah cukup mabuk lantaran terlalu banyak minum.

"Gue tau sekarang lo benar-benar nyesel, tapi lo bisa apa sekarang semuanya sudah terjadi. Gue juga gak bisa nolongin lo, bahkan keluarganya aja gak tau Luna sekarang dimana," ucap Eza.

"Luna gue tau gue salah tapi plis jangan hukum gue kaya gini. Gue tau gue selalu nyakitin lo tapi lo selalu maafin gue, dari kesalahan-kesalahan yang pernah gue buat ke lo, gue bertanya sama diri gue sendiri apa kah itu cinta," gumamnya. "Dan ternyata benar gue cinta sama lo," lanjutnya.

Dear Luna (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang