32 - Tergores

930 51 32
                                    

Jangan lupa vote dan komen...

Happy Reading...

****

Selesai solat ashar Luna langsung pergi mengantar beberapa orderan cake nya. Luna sudah mendatangi beberapa rumah yang memesan cake tadi, tersisa satu kotak cake lagi dan Luna langsung saja mencari alamat rumah selanjutnya.

Tok tok tok

"Permisi!" Ujar Luna

Clekk

"Ehhh elo ternyata yang jualan," kata Dinda yang melihat Luna sedang berdiri di depan pintunya.

"Siapa Din," sahut Bella yang baru datang dan langsung tersenyum licik melihat Luna yang berdiri didepannya. "Nih gue bayar," sambung Bella.

Ketika Luna ingin memberikan kontak cake itu pada Bella tiba-tiba saja kota itu jatuh ditangan Bella dan membuat cake itu jatuh.

Brukk

"Upss," Bella yang pura-pura kaget sambil menutup mulutnya dengan satu tangannya. "Yaa sorry gue gak sengaja," katanya lalu tersenyum melihat Luna dengan wajah datar.

"Yuk masuk," ucap Bella yang mengajak Dinda masuk. "Jangan lupa, sekalian dibersihin," lanjutnya lalu menutup pintunya.

"Bel Lo apa-apaan sih, itu kan gue pesanin buat nyokap gue," kesel Dinda. "Kenapa Lo buang kaya gitu," sambungnya.

"Nanti gue ganti'in,"

"Gue gak mau tahu cake nya harus sama,"

"Makanya Lo mesan jangan sama dia, Lo tahu kan gue benci banget sama dia,"

"Mana gue tahu kalau dia yang jualan,"

"Bodoh,"

***

Dirumah Raga, Raga sedang mabuk entah apa yang ia alami sehingga ia meminum-minuman beralkohol itu. Ayah, Bunda dan adiknya entah kemana, ketika Raga pulang rumah sudah kosong.

Raga langsung menjatuhkan tubuhnya diatas kasurnya. Kepalanya benar-benar berat sekarang. Raga langsung saja mengambil hapenya dan langsung menghubungi seseorang entah siapa yang dihubunginya, tanpa melihat nama Braga langsung memencet panggilan.

"Hallo," suara berat Raga dengan mata yang masih tertutup. "Bantuin gue," lanjutnya.

"Gue dirumah," katanya. "Gak pakai lama," ucapannya lagi.

Raga langsung menutup panggilannya. "Gue benci sama lo Lili, tapi gue gak bisa lupain lo," lirih Raga dengan mata yang sedikit terbuka.

Disini Luna masih dipinggir jalan, ia sedang menunggu angkot langganannya. Tak butuh waktu lama angkot langganan Luna sudah sampai di depan Luna.

"Lama ya neng," ucap Abang angkot itu.

"Gak kok bang," kata Luna sambil tersenyum.

Ketika Luna ingin menaiki angkot, tiba-tiba saja hape Luna berdering.

"Aga," gumam Luna. " Bentar ya bang saya angkat telpon dulu," dengan cepat Luna langsung memencet tombol hijau.

"Hallo,"

Lunae yang mendengar suara lemas Raga langsung bertanya. "Aga lo Kepada," khawatir Luna.

Dear Luna (SELESAI)Where stories live. Discover now