80. Gwenchana

832 48 0
                                    

Jangan lupa untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙏



Happy Reading...

***

Luna berlari dengan air mata yang mengalir di pipinya, dari arah berlawanan Rio melihat Luna yang keluar dari arah belakang sekolah, Luna berlari di depan Rio, dengan cepat Rio menahan tangan Luna.

Luna melegakan kepalanya ke samping sambil menghapus air matanya.

"Siapa yang bawa lo kesini," ucap Rio.

Tak menjawab Luna hanya diam sambil menatap sesak di dadanya. Tak lama setelah itu Raga muncul di depan Rio, Rio menatap tajam kearah Raga dengan tangan yang masih menggenggam tangan Luna.

Mata Rio sangat tajam menatap kearah Raga yang masih berdiri di depannya. Berapa menit kemudian Angga datang bersama dengan Rani, dan Bara. Angga yang sudah emosi langsung mencengkram erat kera baju Raga, sedangkan Rani langsung membawa Luna untuk pergi dari situ.

"Siapa yang nyuruh lo bawa Luna!" Emosi Angga sambil mencengkram kera baju Raga. "Lo gak lihat dia lagi sakit!" Geram Angga. "Sekali lagi gue lihat lo sentuh Luna, habis lo ditangan gue," Gumam Angga lalu melepas kasar kera baju Raga dan pergi diikuti oleh Bara.

Raga hanya diam sambil merapikan kera bajunya,   sedangkan Rio ia masih menatap tajam kearah Raga, dan melangkah pelan kearah Raga.

Kini Rio dan Raga saling berhadapan.

"Lo manusia terbodoh yang pernah gue lihat, membuang wanita setulus Luna, demi membela wanita iblis," Gumam Rio.

"Siapa yang lo bilang iblis!" Ucap Raga sambil mencengkram kera baju Rio.

"Gue pastikan lo ngemis minta maaf sama Luna," kata Rio lalu melepaskan tangan Raga dari kera bajunya dan pergi.

***

Kini Luna sedang mondar-mandir di dalam kamarnya, kepalanya semakin berdenyut  padahal ia sudah meminum obat berkali-kali. Perasaannya gelisah dengan pikiran yang penuh dikepalanya, entahlah mengapa perasaan itu tiba-tiba saja muncul.

Luna membuka batasnya, mencari obat sakit kepala yang di belikan oleh Bara tadi pagi, entah apa nama obat itu intinya ia ingin sekali meminumnya setidaknya denyut di kepalanya hilang walaupun efeknya hanya sebentar saja.

"Huftt!" Luna menghembuskan napasnya kasar lantaran obat tersebut habis. Luna mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Rani.

"Halo Ran, bisa ketemu gak? Gue butuh lo sekarang," ujar Luna pada Rani di telpon.

"Ok gue tunggu lo di depan gerbang rumah gue," ucapnya lalu mengakhiri panggilannya.

Luna bersiap-siap untuk menemui Rani, ia mengambil jaketnya sebelum pergi Luna sedikit mengoleskan lip gloss ke bibirnya agar tak terlalu pucat, dan memejamkan matanya sebentar menahan rasa sakit di kepalanya, setelah itu ia keluar.

Di ruang tamu ia melihat Anya dan Angga disana.

"Gue mau keluar sebentar," ujar Luna pada Anya dan Angga.

Mendengar suara itu membuat Anya dan Angga melengah kearahnya.

"Ngapain lo keluar, lo kan lagi sakit?" Ucap Anya.

"Gue mau beli pulpen," alasan Luna.

"Pulpen gue kan ada," kata Anya membuka Luna terdiam.

Luna terdiam beberapa detik sambil memikirkan alasan agar ia bisa keluar untuk menemui Rani. Pasalnya Rani sudah mengabarinya bahwa ia sudah ada di luar.

Dear Luna (SELESAI)Where stories live. Discover now