BAB 42 BERTEMU SAHABAT MAMA

10 1 0
                                    



Aku sudah berada diparkiran rumah sakit saat ponselku tiba-tiba berbunyi tanda panggilan masuk.

"Hai El, kamu dimana?" Tanya Tama diseberang telepon.

"Di parkiran rumah sakit, selesai jenguk Miko, ada apa Tam?" Tanyaku.

"Kamu bisa temui aku?Nanti alamat lengkapnya aku bbm." Balas Tama justru memberi pertanyaan yang membuatku tidak mengerti.

Buat apa menemui dia?

"Bertemu?untuk apa?" Tanyaku.

"Aku sedang menemui orang yang tahu perjalanan hidup mama kamu El," Jawab Tama.

"Tama, sudah kubi.."

"El, setidaknya kamu harus mendapatkan jawaban dari pertanyaanmu selama ini."

"Aku akan bbm alamatnya. Kamu datang ataupun tidak, itu terserah kamu, karena aku akan tetap cari mama kamu." Setelah mengucapkan demikian Tama langsung menutup pembicaraan.

Kabar dari Tama membuatku terpekur mematung berdiri.

Kenapa disaat aku sudah tidak lagi ingin mencari mama, harapan itu dimunculkan lagi. Kenapa? Bukankah selama ini aku tak putus-putusnya berharap, tapi kenapa sepertinya Tuhan tidak mengabulkan harapanku, dan disaat harapan itu benar-benar sudah aku lepas, dia berusaha muncul kembali.

Aku berjalan lunglai menuju ke mobil.

Pesan bbm dari Tama sudah kubaca, dia memintaku untuk menemuinya di daerah Sunter.

Cukup lama aku termenung di mobil dan akhirnya aku memutuskan untuk menemui Tama, tidak ada salahnya. Tama benar aku harus menemukan jawaban dari pertanyaanku selama ini. Ditengah perjalanan, aku tidak lupa menghubungi papa untuk pamit, supaya dia dan mama tidak kuatir.

Tidak lebih dari 1 jam, aku sampai juga disebuah rumah berpagar hitam.

Aku sempat menelepon Tama untuk memastikan jalan-jalan yang dilalui sampai aku melihat mobil Tama yang bertengger tepat disebuah rumah sedang tapi bertingkat.

"Tam, aku sudah sampai.." Ucapku setelah mendengar suaranya di ponselku.

"Oke, tunggu El, aku akan menjemputmu di depan.

Aku keluar dari mobilku sembari memperhatikan sekeling. Perumahan yang cukup sepi.

"Aku yakin kamu pasti datang El.." Sambut Tama tersenyum.

"Ayo ikut aku masuk." Tama mencoba menggandeng tanganku, tapi aku menolaknya secara halus.

Aku mengikuti Tama masuk kedalam rumah yang halamannya dipenuhi dengan tanaman.

"Tante ini yang bernama El, anak tante Septi." Ucap Tama ke wanita dewasa seumuran dengan mama Septi.

Aku belum paham siapa sebenarnya orang ini, darimana Tama tahu. Itu masih menjadi pertanyaan dalam batinku.

"Elsa?" tebak wanita berbadan sedikit gemuk dan berambut bergelombang sebahu.

Aku mengangguk.

"Iya.." Jawabku lirih.

"Mungkin kamu bertanya-tanya siapa tante kan?Silahkan duduk dulu, tante akan ceritakan." Wanita itu menyarankanku untuk duduk, dan akupun menurutinya.

"Perkenalkan, nama tante Kristin, tantenya Tama, mamanya Tama kakaknya tante." Ucap tante Kristin mengulurkan tangannya. Akupun segera menyambut uluran tangannya.

"Tante dulu adalah sahabat dekat mamamu semenjak SMP El, tapi pas masuk perguruan tinggi kami pisah. Mamamu kuliah disini. Tante di Bandung."

Oo teman dekat mama

Tangisan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang