BAB 26 MEDICAL CHECK- UP

7 1 0
                                    

Pagi ini Miko mengantarkan aku untuk melakukan check up seperti yang disarankan kemarin oleh Pak Rudi, dokter keluarga sekaligus sahabat Papa Dirga.

"Sudah mulai lebih baik?" tanya Miko sesekali menatapku sembari kembali kosentrasi menyetir.

"Lumayan"

"Aku lebih kepikiran pekerjaan kantor, dan keadaan papa Dirga Mik.."jawabku lirih.

"Hm, memangnya om Dirga kenapa?"tanya Miko menghela napas.

"Sekarang itu yang terpenting kamu pulih dulu El.."ujar Miko.

"Soal bisnis propertynya Mik.."jawabku.

"Kemarin papa Dirga cerita, kalau saat ini, proyek papa di daerah Jakarta Timur menjadi rebutan dua developer yang saling bersaing. Salah satu diantaranya, kemungkinan besar adalah dalang peristiwa penculikkanku.."aku mulai menjelaskan sembari menatap ke arah jalanan yang lumayan padat merayap di balik kaca depan mobil Miko.

Miko hanya terdiam.

"Aku cuma kuatir Mik, baru saja aku yang diculik, bisa jadi nanti mama Nenci yang jadi sasaran targetnya. Atau mungkin justru papa Dirga sendiri yang akan dicelakai."ujarku lirih. Dadaku sudah berdesir kuatir.

"El, ada pihak berwajib yang akan tangani ini semua, kamu tenang saja lah. Om Dirga kan sudah lama berkecimpung di dunia bisnis, beliau pasti lebih paham bagaimana harus mengatasinya. Sudah aku bilang yang terpenting itu kesehatan kamu. Kalau kamu ga cepat sehat, justru akan menambah beban pikiran om Dirga. Kalau pikiran beliau terpecah, otomatis gak akan bisa handle urusan pekerjaan dengan baik kan?" Miko berusaha menasehatiku.

Ah seandainya Miko ada diposisiku, pasti dia juga memiliki kekuatiran sepertiku, karena ini menyangkut keselamatan orang-orang yang aku sayang, keluargaku.

Aku tidak ingin berbicara lagi dan memilih diam sembari memperhatikan sekeliling lewat kaca mobil.

Sepintas aku teringat dengan penyelamat misterius itu.

Hati dan pikiranku menebak hal yang sama, lelaki itu adalah kak Chan, tapi itu sama saja dengan aku mempercayai bahwa Kak Chan bagian dari mafia hitam, tapi pak Arlan tidak pernah mengada-ada dengan apa yang diucapkannya. Ah entahlah!

"El?" Miko mengeluarkan suaranya

"El?" untuk kedua kalinya dia memanggilku.

"Ehh...ya"jawabku dengan nada sedikit terkejut.

Miko memandangku sembari tersenyum.

"Ngelamun lagi?" Tanyanya.

Aku hanya menghela napas.

"Kenapa?" Tanyaku menoleh ke arahnya.

"Selama diculik kamu gak kangen aku?" Tanya Miko konyol. Pertanyaan yang tidak penting, pertanyaan yang tidak seharusnya, dan pertanyaan yang tidak kuduga.

"Kangen?ada ada saja kamu. Mana kepikiran?"jawabku ketus sembari bergeleng.

"Yaa kali aja El, karena jujur aku kuatir banget. Aku mulai takut, takut kehilangan kamu, takut ga bisa ketemu kamu lagi."ucap Miko sedikit serius, dan terus kosentrasi menyetir mobil.

Aku hanya menoleh ke arahnya, memandangnya lamat-lamat kemudian tersenyum tipis.

"Lebay..." Jawabku.

"Mulai deh..!" Miko sedikit sewot, karena keseriusannya yang tidak aku tanggapi dengan baik.

"Sorry.." Gumamku.

Suasana menjadi hening cukup lama.

"Maaf Mik, seandainya kamu tahu, merubah rasa sayang sebuah persahabatan menjadi cinta itu tidak mudah bagiku. Di hati ini masih ada nama kak Chan, meskipun rasanya takdir hidup seakan menjauhkan kita. Tapi kak Chan masih menjadi pemilik hati ini, rasa itu belum berubah sedikitpun, atau bergeser dari tempatnya." batinku, sembari terus menoleh ke arah Miko.

Tangisan HujanWhere stories live. Discover now