BAB 29 TEMAN MASA LALU

10 1 0
                                    



Beberapa saat aku dibuat terbelalak oleh lelaki yang berada di depanku. Jantungku berdenyut cepat serasa ingin lepas.

"Ehh..silahkan duduk.." sambutku mempersilahkan, berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan keterkejutan di wajahku.

Dengan sedikit tersenyum, lelaki itu duduk di hadapanku.

Persis seperti yang dikatakan Vira, lelaki di depanku ini memang cukup keren untuk seorang laki-laki.

Dengan jarak tidak lebih dari satu meter, aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Tapi bukan itu yang membuatku melongo dan terkejut. Aku tidak seperti Vira yang mudah menyukai seseorang.

"Eh, sebentar sepertinya aku tidak asing dengan kamu?" selidikku, mencoba mengutarakan apa yang aku pikirkan.

Lelaki tersebut tersenyum menatapku. Menggosok kedua telapak tangannya perlahan.

"Perkenalkan Iraz Tama Setya.." ucapnya sembari mengulurkan tangan kanannya, tersenyum lebar.

"Tama?" Tebakku dengan tatapan tak percaya.

"Yess..." jawabnya mantab tersenyum kepadaku.

***********

"El...tunggu, jangan ditinggal" Pinta Tama yang berjalan disampingku, dengan sedikit berlari kecil.

Aku terus berjalan cepat menuju ke perpustakaan, tidak menghiraukannya sama sekali. Ada buku yang harus aku cari untuk tugas mata pelajaran sejarah.

Semenjak ditinggal kak Chan, aku berubah menjadi orang yang lebih pendiam dan dingin.

Semakin jarang aku berkomunikasi dengan orang disekitarku jika itu tidak terlalu penting.

Bukan hanya itu, aku mulai trauma dengan hujan, tubuhku gemetar dan rasa sedih menguasai hatiku. Aku tidak ingin orang lain tahu dan menganggapku aneh.

Tama adalah salah satu temanku yang sekelas di SMA, tepatnya kelas 12.

Dia adalah satu-satunya lelaki yang belum menyerah mengejarku selama ini.

"Kamu mau ke kantin kan?Bareng ya.." tanya Tama mencoba menebak.

Tama terus mengikuti langkahku, dan terus menatapku menunggu jawaban dariku.

"Aku mau ke perpus.." jawabku singkat dan datar, menatapnya sebentar kemudian kembali berjalan menyusuri kelas demi kelas, menuju ke perpustakaan yang terletak di lorong paling ujung dekat dengan ruang laboratorium.

"Oke, aku ikut kalau kamu ke perpus." jawabnya.

Aku tidak menanggapinya dengan jawaban "iya" "oke" "tidak" atau apapun. Meskipun Tama masih terus mengikutiku.

Ya Tama tergolong lelaki yang tidak mudah menyerah, sekalipun sudah aku acuhkan,tidak terlalu aku anggap, khususnya jika membahas hal-hal yang tidak penting.

Sudah jelas sekali dia tidak mendapat respon positif dariku, tapi dia tidak pernah berhenti berusaha mendekatiku.

Bukannya aku kejam, tapi aku hanya tidak ingin fokusku terpecah gara-gara hal-hal yang menurutku tidak terlalu penting atau mendapat prioritas utama dalam hidupku.

Sudah kukatakan berkali-kali kepada diriku sendiri, bahwa fokusku adalah mencari kak Chan dan mama, yang tidak berhubungan dengan dua hal tersebut, tidak terlalu aku pikirkan dan proioritaskan.

"El, nanti kita nonton yuk?" ajak Tama dengan berbisik.

Aku menatapnya sebentar, kemudian kembali melanjutkan membaca buku sejarah tentang kerajaan-kerajaan tertua di Indonesia, karena aku butuh banyak data tentang itu untuk melengkapi tugasku.

Tangisan HujanDär berättelser lever. Upptäck nu