BAB 11 CINTA MENYAPA

20 2 0
                                    

Langit sudah gelap, sunset telah berlalu, berganti dengan lampu-lampu berkerlipan yang sangat indah disana-sini, menambah keromantisan di sekitar Pantai Kuta.

Suasana yang sangat mendukung untuk mereka yang sedang di mabuk cinta. Aku hanya terpaku menatap Miko yang memandangku dengan wajah tegang seolah menanti jawaban dariku, apakah ini pernyataan cinta?Masihkah ini berlaku untuk kami yang sudah sama-sama dewasa?

Aku sangat paham rasanya mencintai seseorang tapi sulit untuk mengungkapkannya, itulah yang terjadi saat aku mulai menyadari telah mencintai Kak Chan.

Miko lelaki jadi mungkin lebih pantas untuk menyatakan perasaannya terlebih dahulu, sudah kodratnya, sedangkan aku? Jelas Aku tak bisa mengatakannya, aku hanya mampu menyimpannya, berharap suatu saat nanti orang yang kucintai mengungkapkan perasaan yang sama denganku, meskipun kenyataannya dia justru menghilang entah kemana sampai sekarang.

*********

Saat usiaku masih 10 tahun, 5 tahun setelah mama menghilang, 5 tahun sudah aku tinggal di panti asuhan, 5 tahun mulai bisa beradaptasi tanpa seorang mama, 5 tahun hidup bersama mereka yang mempunyai nasib serupa tanpa orang tua, 5 tahun usiaku bertambah dengan duka yang masih tersimpan di hati, waktu tetap berjalan, sampai aku sudah kelas 5 sekolah dasar.

Untuk pertama kalinya, aku merasakan perasaan yang spesial yang aku sendiri tidak mengerti apa namanya, perasaan yang muncul tanpa kutahu kapan mulanya untuk Kak Chan, kakakku di panti asuhan yang selama ini selalu ada untukku, ya orang pertama yang tidak lelah menyuruhku jangan terus menangis.

Kak Chan sudah menjadi anak SMA, meskipun baru di tahun pertama, tubuhnya semakin besar dan tinggi, bukan lagi bocah 10 tahun yang polos saat membujukku untuk tidak terus menangis, melainkan figur kakak yang selalu berusaha menjagaku kapanpun dan dimanapun.

Semakin lama Kak Chan juga lebih dewasa dalam berbicara, bertindak, dan tentu dalam menasehatiku. Meskipun sikap jahilnya kadang-kadang masih suka muncul tak terduga.

Entah bagaimana semua itu bermula,mungkin rasa kagum yang bertumpuk,atau juga terbiasa mulai mengenali satu sama lain, semakin lama semakin tertarik, semakin hari semakin kagum sehingga untuk pertama kalinya di usiaku yang kesepuluh tahun, aku merasakan perasaan yang berbeda, detak jantung yang berdegup kencang bila didekatnya, salah tingkah dan tubuh gemetar meskipun hanya sekedar berbincang, ingin selalu bertemu walaupun hanya sekedar melihat senyumnya. Selalu mencari-cari perhatiannya dengan malu-malu dan memperhatikannya dari jauh.

Padahal setiap hari aku hampir selalu bersama Kak Chan, seperti adik kakak yang tidak terpisahkan, entah kapan mulainya, cinta untuk pertama kalinya datang menyapa. Aku sendiri tidak tahu bagaimana menjelaskannya dengan benar.

Kak Chan perlahan membuat hatiku berbunga, ada kebahagiaan baru, ada semangat baru, kesedihan kehilangan mama hampir saja bergeser dalam hatiku.

Cinta itu terus tumbuh di hatiku. Lama-lama akarnya semakin kuat dan kuat, meskipun Aku hanya bisa memendamnya sendiri, berkhayal sendiri, dan tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan, maupun mengatakannya.

Berbeda dengan Kak Chan, aku sangat intovert, sedangkan Kak Chan lebih banyak omong dan ekspresif.

Tapi sejauh ini, Kak Chan tidak pernah mengungkapkan perasaannya, jadi aku hanya bisa terus memendam dan memendam, aku juga terlalu takut untuk mengakui kalau aku memang menyukainya.

Aku hanya ingat, saat valentine tiba, aku yang tidak pernah merayakan valentine sebelumnya, tiba-tiba untuk pertama kalinya mendapat sebatang coklat dari Kak Chan.

Kak Chan hanya mengatakan "Selamat valentine El, maaf Kakak cuma bisa memberi coklat, tapi suatu saat nanti, Kakak akan mempertemukan El dengan mama El.." Ucap kak Chan tersenyum sembari menggaruk-garuk rambutnya salah tingkah, mungkin memang dia tidak pandai merangkai kata-kata indah.

Tangisan HujanWhere stories live. Discover now