BAB 31 PERTEMUAN RAHASIA

12 1 0
                                    

Dadaku sudah berdegup kencang mendengar perkataan lelaki misterius bersuara bass tersebut.

Aku mengelus dada, terduduk dengan lunglai.

"Kosentrasi El..." Aku berusaha mensugesti diriku sendiri, meskipun tetap saja gelisah tanpa henti mengganggu diriku.

Dengan segera aku menandatangani beberapa berkas yang bisa aku selesaikan.

Tok tok..

"Masuk.." Sambutku sembari kosentrasi mengecek email yang masuk di laptopku.

"Permisi.." Tama menghampiriku dan memberikan sebuah laporan kepadaku.

Aku langsung beralih menatap Tama.

"Mau antar ini," Tama menunjukkan laporan bersampul mika berwarna merah.

"Semua saran, kriktik, dan masukan dari semua karyawan di kotak saran sudah aku copy. Setelah aku pelajari, sekalian aku meringkasnya dan memberikan pendapatku disana.." Tama menyodorkan laporannya di mejaku.

"Thanks Tam, nanti aku baca.." Jawabku tersenyum tipis.

"Sepertinya mendung El, apa kamu masih gemetar jika hujan turun? Lebih baik tirai jendelanya ditutup." Saran Tama.

"Kamu?"

Darimana Tama tahu aku takut dengan hujan?

Padahal semasa sekolah aku selalu berusaha menyembunyikannya dari teman-temanku.

Memang sedikit susah, apalagi jika hujan terjadi cukup lama, aku selalu ijin ke UKS dengan alasan sakit. Beruntungnya meskipun sering, guru masih percaya alasanku, karena aku memang terlihat seperti orang sakit.

Tidak ada yang curiga dengan traumaku, efek hujan waktu itu hanya membuatku gemetar, aku masih bisa berjalan dan berlari kecil ke UKS.

"Dulu aku sering membuntuti kamu El, dan akhirnya aku bisa menyimpulkan, saat hujan tiba kamu pasti aneh.." Sela Tama.

"Aku baik-baik saja Tama.." Jawabku.

Tama menggeleng.

"Nggak El, kamu selalu menyembunyikan kerapuhanmu supaya orang tidak mengetahuinya, tapi tatapan mata kamu tidak bisa berbohong" Jawab Tama.

"Tam, aku masih ada kerjaan maaf."

Aku kembali mencoba berkosentrasi dengan berkas-berkas yang harus ku periksa.

Berharap Tama menyadari dan mengerti bahwa aku sedang tidak ingin membahas hujan.

Sudah cukup Miko yang merasa sok tahu harus menjagaku karena ketakutanku dengan hujan, sekarang Tama.

Sungguh! Aku tidak ingin membahas lagi.

"Oke El, selamat bekerja maaf mengganggu.." Tama pun berlalu meninggalkanku.

Aku hanya menghela napas lega, kembali memeriksa berkas-berkas yang belum aku periksa.

30 menit kemudian,

"El..." Suara yang lembut itu mengagetkanku.

"Ha..?" Seketika aku terkejut.

"Mama?" Sapaku sembari mengelus dada.

"Maaf El, mama mengagetkanmu?" Tanya mama yang langsung duduk di sova seperti biasa.

"Sedikit ma.." Jawabku tersenyum tipis.

"Mama bawa makanan buat kamu, mama yakin kamu tidak akan sempat makan kalau pekerjaan menumpuk seperti ini."

Mama membuka makanan yang dibawahnya. Sop dan ayam goreng, makanan favoritku yang simple. Makananku sehari-hari di panti asuhan. Hanya saja di Panti tidak berlauk ayam goreng, melainkan tempe, tahu, atau perkedel kentang tanpa daging. Ayam goreng hanya sekali waktu saja.

Tangisan HujanWhere stories live. Discover now