BAB 28 PENELEPON TAK DI KENAL DAN KARYAWAN BARU

10 1 0
                                    

Kembali aku menanyakan siapa sosok lelaki bersuara bass di seberang telepon.

"Siapa?"tanyaku sembari menatap papa Dirga yang sedang berada di depanku.

Papa Dirgapun ikut memandangku dengan tatapan tanda tanya.

"Itu tidak penting bagi Anda saudari Elsa Angela Nathania.."jawabnya terhenti.

DEG!Jantungku kembali dibuat berdenyut cepat.

Lelaki itu menyebut nama asliku, nama yang diberikan papa Reno dan mama Septi. Siapa dia?Tidak semua orang tahu namaku, kecuali orang-orang terdekatku.

"Darimana anda tahu nam..?"tanyaku terbata.

"Saya tahu semua tentang anda saudari Elsa, termasuk Chandra kakak anda selama di Panti Asuhan.."

Belum selesai aku menuntaskan perkataanku, lelaki itu sudah menyela.

Aku menghela napas.

"Jika ingin bertemu dengan Chandra, temui saya di depan departemen store daerah Klender, besok jam 10 malam" Tut tut tut tut.

Aku menurunkan ponselku dari telingaku.

"Ada apa Nak?" tanya papa Dirga.

Aku hanya bergeleng pelan.

Aku menatapnya dengan tatapan bingung, tidak tahu harus menjawab apa, aku bukan pribadi yang pandai berbohong.

"Telepon dari siapa?" tanya papa Dirga sekali lagi.

"Eh, tidak tahu pa" Aku berusaha mencari alasan yang tepat.

"Ehm aku coba tanya terputus.."jawabku berusaha menyembunyikan kegugupan.

Ya Aku sedikit berbohong. Aku tidak ingin papa Dirga tahu. Beban pikirannya sudah terlalu banyak, dan aku tidak mau menambahnya lagi.

"Ooo, mungkin orang iseng nak..."jawab Papa Dirga.

Syukurlah papa Dirga tidak membahasnya lagi. Rasanya plong sekali.

Aku mengangguk perlahan, menghela napas tipis

"Sekali lagi pesan papa, jangan terlalu banyak mikir ya Nak, kasus penculikkan itu sudah ditangani polisi. Papa juga sudah meminta Miko untuk selalu menjaga kamu, dan soal perusahaan, tidak ada masalah berarti. Semua bisa bekerja dengan baik. Kerjasama dengan pihak away kosmetik perlahan sudah mulai dikerjakan. Minggu-minggu ini mungkin sudah turun ke produksi." Papa berbicara di depanku, seperti orang yang sedang memberikan laporan harian.

"O, ya satu lagi kepala bagian produksi sudah ada yang menghandle namanya Iraz, dia mantan manager papa di showroom, masih muda dan pekerja keras seperti kamu." lanjut papa sembari tersenyum menatapku.

"Makasih pa.." balasku tersenyum tulus kepadanya.

"Eh, hasil check upnya kapan Nak?"tanya papa loncat ke topik yang lain.

"2 hari lagi pa.."jawabku.

"Ooo.." timpal Papa manggut-manggut.

"Kamu sudah bisa ditinggal?"tanya papa.

"Tinggal saja pa, aku sudah baik-baik saja kok.."jawabku.

"Papa masih ada yang harus dikerjakan Nak."

"Tadi Papa cuma ingin memastikan kamu baik-baik saja, sekalian melaporkan pekerjaan di kantor.." Papa mulai beranjak dari dipan tempat tidurku.

"Cepat sembuh yaa Nak" Papa Dirga langsung mencium keningku dengan lembut kemudian berlalu pergi.

Beberapa saat kemudian,

Aku kembali mengecek no ponsel yang menghubungiku.

Aku berjalan menuju pintu kamar dan memguncinya dari dalam. Aku tidak ingin siapapun mendengar percakapan ini dan berujung ingin tahu.

Tangisan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang