BAB 16 OBROLAN DI KAMAR

20 2 0
                                    

Lambat laun akupun tertidur, aku lupa sejak kapan, hanya saja tiba-tiba aku terbangun dan merasakan kerongkonganku terasa kering.

Haus tak tertahankan membuatku terbangun di jam 2 dini hari. Aku melihat gelas dan teko yang biasanya terisi air, kosong tidak ada air sama sekali.

Mau tidak mau aku memutuskan untuk turun ke dapur dan mengambil air minum, biasanya aku mengisi penuh teko kaca yang ada di mejaku, tapi akhir-akhir ini karena sibuk aku lupa mengisinya.

Dengan malas-malasan aku keluar dari kamar dan berjalan kebawah menuju dapur.

"Cepat atau lambat El pasti tahu pa.." Suara Mama Nenci terdengar lirih saat aku melewati kamarnya. Mungkin karena tengah malam dan suasana lebih sunyi dan sepi sehingga aku dapat mendengar. Akupun menghentikan langkahku, mundur perlahan dan nembungkuk, berdiri dekat dengan pintu kamar Papa Dirga dan Mama Nenci

"Tapi tidak saat ini ma, biarkan Pak Arlan menyelidikinya dahulu sampai tuntas.." Kali ini suara Papa Dirga yang terdengar, akupun mengendap perlahan dan semakin mendekatkan tubuhku, menempelkan telingaku di balik pintu.

"Lagipula papa takut ma, kalau saat ini El tahu, pasti akan berpengaruh dengan kepemimpinannya di Dirgantara Advertising yang baru saja papa beri tanggung jawab penuh" Suara Papa Dirga kembali terdengar.

Aku menyandarkan tubuhku ke dinding. Ada apa sebenarnya?apa yang mereka rahasiakan dariku? apakah ada hubungannya dengan Pak Arlan yang akhir-akhir ini menghindar?

Percakapan Papa dan Pak Arlan di taman, mobil Pak Arlan yang keluar dari rumah yang pasti bertemu dengan Papa, tanpa sepengetahuanku. Semuanya memang terasa aneh. Aku mulai lupa dengan rasa haus di kerongkonganku.

"Mama cuma tidak ingin El kenapa-kenapa Pa, jangan menambah kesedihannya." Suara mama kembali menimpali.

"Sudahlah ma ayo tidur lagi, El pasti tahu kok, tapi nantilah perlu waktu dan bukti, yaa..." Papa mencoba meyakinkan mama, sembari menguap.

Beberapa saat kemudian semuanya kembali sunyi. Sepertinya mereka memang kembali tidur, karena sesaat kemudian terdengar bunyi klek mematikan lampu.

Aku menghela napas, terpaku dibalik pintu.

"Tuhan apa sebenarnya yang dibicarakan mereka?Ada apa sebenarnya" Batinku terus bertanya-tanya.

Dengan linglung aku berjalan turun ke bawah dan mengambil air putih, meminumnya segelas penuh dan kembali ke kamar dengan pertanyaan berulang di dalam benakku.

Aku berusaha untuk kembali tidur, tapi sayangnya, aku hanya bisa membolak balikkan badanku di kamar.

Apa yang mereka rahasiakan?Apa tujuannya?Mengapa?banyak pertanyaan yang membuatku tak mampu memejamkan mata? Walaupun akhirnya tertidur tapi tidak kurang dari 1 jam dan pagipun menyapa.

Mau tidak mau aku harus segera mandi dan bersiap ke kantor, terus mencoba menghilangkan kantukku. Rasa pusing dikepalaku karena kurang tidur juga aku abaikan.

Di meja makan

Rutinitas setiap pagi di keluarga Dirgantara adalah makan bersama dan mengobrol, sarapan dan makan malam harus menjadi kebiasaan kebersamaan kami sekeluarga yang sama-sama sibuk untuk saling berkumpul.

"Pagi Pa Ma.." Sapaku berusaha sebiasa mungkin, seolah aku tidak pernah mendengarkan pembicaraan mereka di kamar. Meskipun suaraku jelas sekali terdengar lesu.

"Pagi El..tidur cukup kan malam ini?" Mama memperhatikanku dengan seksama. Aku hanya terdiam

"Tiba-tiba kok Mama berpikir untuk memasang banyak peredam di kamarmu ya El, supaya suara hujan tidak mengganggu kamu.." Usul Mama sembari mengoleskan selai ke roti.

Tangisan HujanWhere stories live. Discover now