BAB 21 MAFIA HITAM

8 1 0
                                    

Jam makan siang berlalu, dan aku tidak sempat mengisi perutku, karena sibuk mengecek dan menandatangani berkas.

Sesuai jadwal yang kutentukan, aku segera menuju ke ruang meeting bersama Vira. Seluruh staff operasional sudah menunggu di ruangan serbaguna yang sering kami pergunakan meeting jika melibatkan semua staff karyawan, karena lebih luas.

"Siang semua.." Sapaku,

dan dijawab "siang bu" serentak oleh mereka.

Semuanya hadir, kecuali Pak Ari dan para staff produksi dibawahnya yang baru saja dipecat. Mereka memang sudah tidak punya andil untuk mengikuti meeting di kantor ini.

"Siang ini kita akan membahas tentang project baru kita bersama away kosmetik" Aku mengawali pembicaraanku dan mengambil posisi duduk.

"Kemarin saya sudah berdiskusi dengan para drafter mengenai desainnya, dan mengerjakan contohnya. Saya sudah kirimkan dan kabar baiknya, pihak away kosmetik sudah menghubungi saya dan menyetujui desainnya, hanya ada request sedikit soal warna nanti kita atur." Lanjutku melihat ke arah mereka sambil tersenyum.

"Oo ya..untuk sementara, saya yang akan menghandle pekerjaan di bagian produksi, karena per tanggal besok, Pak Ari dan para staffnya tidak lagi bekerja bersama kita. Nanti saya akan meminta pihak HRD mencari para pengganti secepatnya. Jadi saya akan tetap handle sampai ada orang baru yang berkompeten,jadi saya mohon bantuan dari Bapak Ibu dan Saudara semuanya, untuk saling membantu, supaya pekerjaan tidak terbengkalai dan terhambat." Sebelum mereka bertanya, aku harus menjelaskan terlebih dahulu mengenai konstribusi Pak Ari di kantor ini yang sudah tidak diperlukan lagi.

Aku mulai membagikan tugas di masing-masing bagian, aku berharap mereka tidak hanya menelan mentah-mentah usulku, tapi juga mau mengemukakan pendapat, karena semakin banyak masukkan, akan membuat ide-ide cemerlang baru bermunculan.

Meeting berjalan cukup efektif, semua sudah mengerti tugas dan tanggung jawabnya masing masing, dan akhirnya akupun menutupnya. Meeting selesai.

Aku berjalan cepat menuju ke ruanganku. Perutku terasa lapar sekali. Sampai diruanganku, aku segera menuju kulkas, sayangnya di kulkas aku hanya menemukan coklat pemberian Miko, dengan beberapa minuman kemasan. Aku hanya bisa menghela napas kecewa. Dengan tersenyum dan menghela napas tipis akupun mengambilnya.

Mau tidak mau aku memakan coklat itu meskipun tidak mengenyangkan dan justru terasa aneh di perut, tidak ada pilihan lain, aku menetralkannya dengan minuman kaleng dingin.

Lagipula aku malas keluar kalau hanya untuk membeli makan dan makan siang sendirian, lalu kembali lagi ke kantor.

Aku kembali menatap layar laptop, cek email, kemudian menanda tangani beberapa berkas penting yang belum kuperiksa sekaligus membutuhkan tanda tanganku.

Aku berharap sore ini tidak hujan, karena aku harus berbelanja ke swalayan membeli kebutuhan seperti biasanya.

Tepat jam 5 sore aku keluar kantor. Beruntung udara cukup cerah, aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang untuk menuju ke salah satu mall terbesar yang hanya berjarak kurang dari 10 km.

Mendekati akhir pekan, mall selalu ramai dengan pengunjung, membuatku tidak ingin berlama-lama di mall tersebut.

Setelah memarkirkan mobilku, aku langsung berjalan menuju ke swalayan yang ada di mall tersebut. Beberapa kebutuhan bulananku telah habis, aku juga harus menyetok makanan di kulkas kantor juga membeli beberapa titipan Mama Nenci dan Mbak Ina.

"Ibu Elsa..." Sapa seseorang yang suaranya tidak asing di telingaku.

Aku spontan menoleh ke sumber bunyi seseorang yang menyapaku tersebut.

Tangisan HujanWhere stories live. Discover now