BAB 41 MELEPASKAN DAN MEMULAI YANG BARU

12 1 0
                                    



Kakek Rahman melepas kacamatanya sembari mengusap air mata yang menetes.

"Meskipun kakekmu ini mengusir mamamu, tapi kakek tetap menyuruh seseorang untuk mengikutinya diam-diam nak. Terakhir yang kakek tahu, setelah si Reno bangkrut, mereka pindah di rumah kontrakkan. Semenjak itu, orang suruhan kakek tidak lagi mau memberikan informasi " Kakek Rahman menceritakan semua dengan perlahan.

Air mataku sesekali terjatuh, papa menggenggam tanganku.

Aku tidak menyangka jalan hidup mama begitu rumit. Satu kesalahannya di masa lalu telah membawanya ke berbagai macam pencobaan di kehidupan berikutnya. Apa Tuhan sedang memberlakukan hukum tabur tuai baginya?Apa yang manusia tabur, itu yang akan dituainya?Itu kedaulatanNya.

Memang benar, bahwa pengampunanNya pasti! tapi akibat dari sebuah kesalahan, manusia tetap harus menanggungnya.

Meskipun begitu, ada satu hal yang harus tetap disyukuri, Tuhan selalu memberi rencana terbaik untuk manusia.

Dalam proses kehidupan yang tidak nyaman itu, siapa yang menyangka? jika kakek Rahman dan papa Dirga akhirnya bisa berhubungan baik.

Jika mama tidak meninggalkanku, mungkin juga aku tidak akan bertemu dengan papa Dirga, papa kandungku.

Ya aku harus meyakini bahwa peristiwa semenyakitkan apapun yang diijinkanNya terjadi pasti selalu ada maksud Tuhan yang terbaik di dalamnya.

Aku harus yakin itu.

Setelah beberapa jam kami berbincang di rumah kakek Rahman. Akhirnya aku dan papa pamit pulang, kasihan mama Nenci yang cemas di rumah sendirian, meskipun ada mbk Ina, dia pasti akan tetap memikirkan kami. Apalagi setelah peristiwa dua kali aku diculik.

Aku juga harus mulai ngantor besok, karena ada banyak pekerjaan yang sudah menanti, dan tentu saja berkas semakin menumpuk.

Dengan berat hati kakek Rahman melepas kepulangan kami. Aku tidak berjanji akan kembali lagi, tapi aku harus mengatur jadwal rutin untuk sering bertemu dengannya.

Diusinya yang sudah memasuki masa senja, pasti rasa kesepian sesekali datang menghampiri.

Mungkin aku akan mengajak Miko, dia pasti cepat akrab dengan kakek Rahman.

Miko?kenapa tiba-tiba aku ingin selalu melibatkan dia?

Ahh Tuhan, apa benar aku jatuh cinta ke Miko?Tidak tidak!Bagaimana dengan kak Chan?apa dia hanya ambisiku?

********

Pagi ini aku ingin memulai semuanya serba baru, aku ingin menjadi El yang kuat, tangguh, mandiri, seperti yang seharusnya, dan point terpentingnya adalah aku harus bisa sembuh dari trauma panjangku. Hujan!

Project dengan away kosmetik sudah berjalan setengah jalan. Dag dig dug rasanya dengan project besar perdanaku ini. Beruntung, peristiwa yang terjadi kepadaku tidak menghalangi perusahaan untuk tetap beroperasi seperti biasanya.

Bersyukur juga mempunyai karyawan dan rekan kerja yang dewasa dan tidak kepo tentang semua hal yang terjadi, setidaknya di depanku mereka bersikap biasa saja.

Seperti apapun berita yang beredar di luaran sana, tidak membuat mereka bergosip sendiri. Mereka tetap berlaku wajar, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kamu sudah sehat El?" Tanya Tama kepadaku saat kami ada di lift yang sama.

"Yaa, seperti yang kamu lihat.." Jawabku.

"Semangat!!" Ucap Tama sebelum keluar dari lift. Aku tersenyum dan mengangguk.

Beberapa detik kemudian aku sudah sampai di lantai 5.

Aku berjalan menuju ruang kerjaku.

"Vir, aku butuh laporan dari kamu.." Ucapku saat melewati ruang kerja Vira, bisa ditebak, dia sedang berselfie ria.

Tangisan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang