BAB 10 SUNSET

15 3 0
                                    

"Kita gak nginep kan El?" Tanya Miko.

"Kenapa?"Aku balik bertanya.

"Ya kan kalau ga nginep kita pesan 1 kamar saja..lebih efisien El.." Jawab Miko

"Ha?1 kamar?" Spontan aku melotot ke arah Miko

"Kan ga tidur, cuma istirahat,ntar malam kita pulang di penerbangan terakhir" Jawab Miko.

Tapi apa persepsi orang, laki-laki dan perempuan tinggal satu kamar.

"Pakai credit card aku aja Mik, pesen dua kamar.." Jawabku datar.

"Aku gak mungkin ngapa-ngapain El..kita pesan 1 kamar, cuma untuk mandi istirahat sudah" Jawab Miko tanpa menunggu protesku langsung bergegas ke hadapan resepsionist.

Aku tidak pandai berdebat dan tidak suka ribut di depan umum, malu dan buang-buang tenaga. Aku tahu Miko sopan, aku hanya ingin mandi dan menikmati panorama di dekat hotel.

"Ayo El.." Miko menggandeng tanganku dan seorang pegawai hotel mengantar kami ke kamar hotel yang kami pesan.

Sesampai di kamar, aku merebahkan diriku di sova, baguslah Miko menyewa kamar yang nyaman dan luas.

"Jadi di Bali hanya untuk pindah tidur?" Ledek Miko.

"Yang ingin kesini kan kamu.." Jawabku.

"Berenang yuk...." Ajak Miko

"Malas ah..aku kan ga bawa baju renang.." Jawabku.

"Yaa tinggal beli El, ribet amat..."

"Malas Miko!"

"Melihat pemandangan di balik jendela kamar, sudah refreshing bukan?" Lanjutku.

Miko menghela napas. Dia meraih tasnya dan menggandeng tanganku.

"Manfaatkan liburan El, ngapain jauh-jauh kalau hanya di kamar saja." Ujar Miko menarik lenganku untuk mengikutinya.

Aku menghela napas pasrah, tak bisa menolak, entah kenapa aku tidak bisa sebebas Miko. Hidupku selalu menyimpan beban, susah untuk tertawa lepas, setiap hal yang terjadi selalu mengingatkanku pada peristiwa atau memori masa lalu, dan seketika kesedihan itu menyusup dan menghilangkan semangatku.

Selama ini aku menyibukkan diriku, supaya aku tidak punya waktu untuk memikirkan keberadaan mama, berusaha tidak mengijinkan pikiranku dengan prasangka-prasangka negatif tentang mama. Tentu aku juga tidak ingin terus memikirkan Kak Chan, merindukannya,bahkan bertanya-tanya dan menebak alasannya tiba-tiba menjauh dariku. Bagaimana jika selama ini aku cinta sendiri, bagaimana jika Kak Chan sekarang sudah bahagia dan beristri atau bahkan sudah mempunyai anak?Apa hubungannya denganku? Dia hanya seseorang tanpa ikatan darah yang aku anggap sebagai kakakku, harusnya tidak lebih, jika memang dia menjauh itu hak dia bukan?Apa wewenangku?apa hakku menghalangi Kak Chan menjauh?Pikiran itu seringkali menyiksaku sendiri, rasanya ingin berteriak "STOP!!!" untuk menghentikan itu semua di benakku.

Kami sudah berada di depan kolam renang privat yang menghadap ke pantai, Miko menyewa kamar vvip dengan kolam renang kecil yang menghadap pantai.

Miko pandai memilih hotel, pemandangan dari kolam renang benar-benar indah. Cuaca yang cukup panas di Bali sangat pas jika dihabiskan dengan berenang atau hanya sekedar membasahi tubuh dan bermain air.

"Nih ganti baju kamu, itu masih baru aku belikan kemarin, semoga muat.." Miko memberikan two piece baju renang yang tidak terlalu vulgar, Miko mengerti selerahku, dia tidak membelikanku bikini.

"Kamu sudah merencanakan liburan ini?" Tanyaku menyelidik, aneh saja dia seperti sudah prepare, bahkan membelikanku baju renang.

"Hanya jaga-jaga El, aku kan gak yakin kamu mau iku apa gak, sudahlah itu tidak penting, yang penting liburannya.." Jawab Miko.

Tangisan HujanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora