BAB 38 RAHASIA PAPA DIRGA

12 1 0
                                    



Tangisku kembali pecah, bersama deras hujan yang datang bersautan. Tubuhku menjadi lemas, aku terjatuh di pinggir jalan, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.

Aku berusaha melawan traumaku. Aku berusaha membuat tubuhku menjadi kuat, mencoba berdiri meskipun kembali terjatuh, lagi dan lagi.

"El..." Seseorang memegang pundakku.

Aku menoleh ke arahnya..

"Tam..." Hanya kata itu yang keluar dari mulutku.

Tama berusaha mengangkat tubuhku, dan seketika aku tidak ingat apa-apa lagi.

Di rumah

"Nak?..." Suara papa Dirga terdengar lembut saat aku membuka mata perlahan.

"Miko?" Gumamku dengan pandangan yang masih buram.

Seketika aku dapat melihat dengan jelas beberapa orang yang ada di sekitarku. Papa Dirga, mama Nenci, Tama, dan Pak Arlan.

"Kamu sudah sadar El?" Tanya mama Nenci.

"Miko ma.."Jawabku.

Aku teringat Miko, aku ingin sekali ada di dekatnya. Aku takut kehilangannya.

"Miko sudah melewati masa krisis El..dia akan baik-baik saja." Mama berusaha menenangkan.

"Tapi, aku ingin bertemu Miko ma.." Ucapku sembari beranjak dari tempat tidur sampai terduduk.

"Iya nak, nanti pulihkan kondisimu dulu ya." Jawab Papa.

"Pak Arlan?Tama?" Tama dan Pak Arlan mengangguk.

"Pak Arlan ingin menceritakan kabar tentang mama kamu El.." Jawab papa.

"Ada kabar terbaru Pak?" Tanyaku lirih menatap Pak Arlan.

Pak Arlan mengangguk sekali lagi.

"Tentu nona El.."

"Kamu siap mendengarnya El?" Tanya mama Nenci menggenggam tanganku.

Aku mengangguk mantab.

"Ceritakan Pak Arlan.." Pinta papa.

"Begini nona El, berdasarkan investigasi tim kami, mama anda sempat tinggal dengan Ibu Mer di Semarang, tapi semenjak tante anda bercerai dengan suaminya sekitar 8 atau 9 tahun yang lalu, mama anda memilih pergi ke Jakarta dan tidak pernah memberi kabar lagi.." Pak Arlan menceritakan dengan sedikit hati-hati.

"Tante Mer, menikah lagi dan bercerai?" Tanyaku tidak percaya.

"Iya nona El, dan mantan suami tante nona El adalah ayah dari saudara Tama..." Jawab Pak Arlan.

"Tama?" Skenario apa ini? Jadi mama pernah numpang di rumah ayahnya Tama?

"Iya...Semenjak semenjak tante nona El bercerai dengan ayahnya saudara Tama, mama nona El memilih pergi ke Jakarta, dengan alasan tidak mau merepotkan siapapun. Untuk itu kami masih menyelidiki, dimana beliau berada. Kemungkinan mama nona El menikah lagi, tapi belum tahu dengan siapa.." Pak Arlan menceritakan dengan hati-hati.

Aku menghela napas pasrah.

"Pak, hentikan saja pencariannya.." Saranku tegas.

"Maksud nona El?ini tinggal sebentar lagi." Pak Arlan tidak mengerti.

"Iya, saya tahu pak, tapi rasanya memang percuma mencari mama. Bisa jadi mama memang tidak menginginkan saya. Saya saja yang terlalu naif. Jelas-jelas waktu itu mama meninggalkan saya sendiri di kontrakkan. Itu artinya mama memang tidak ingin saya bersamanya." Kepalaku seketika terasa pusing sekali.

Tangisan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang