BAB 37 MELEPASKAN DIRI, DAN TERTEMBAK

19 1 0
                                    

Tinggal kami bertiga sekarang. Aku memilih diam dan pasrah.

Kak Chan membungkuk, menarik dengan kasar penutup mulutku dan juga punya Miko.

Dia lalu mengikat kedua kakiku kuat-kuat.

"Kak Chan?" Gumam Miko.

Aku dapat melihat eksprisi wajah Miko yang terkejut dan kedua matanya terbelalak.

Miko menoleh ke arahku masih dengan tatapan tidak percaya.

Kak Chan lagi lagi hanya terdiam tanpa ekspresi, segera berjalan meninggalkan kami di gudang yang luas, berbau, penuh debu, pengap dan kotor sekali.

Kulitku sudah mulai gatal karena debu liar yang menempel.

"El.." Miko memanggilku lirih.

"Aku baik-baik saja.." Jawabku tersenyum menatapnya penuh keyakinan.

Maaf Miko, sudah membuatmu ikut menanggung semua ini.

"Maaf.." Ucapku lirih ke Miko.

Miko hanya menggeleng dan menatapku seolah sedang mengatakan jangan kuatir.

"Semua salahku, karena keegoisanku, kamu ikut menanggungnya.."

"Mulai deh kamu, sudahlah El, stop menyalahkan diri sendiri."

"Ini memang kesalahanku Mikooo.." Ucapku ngotot.

"Sudah diijinkan terjadi El" Jawab Miko tersenyum.

Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Miko, disaat seperti ini dia masih saja bisa tersenyum dan bersikap tenang.

"Aku memang tidak bisa setenang dirimu.." Aku tertunduk lesu.

Miko menoleh kearahku, tersenyum tipis.

"Kamu tahu, di dunia ini semua sudah digariskan sama Tuhan El, peristiwa apapun yang terjadi dalam hidup kita, apa yang memang harus terjadi, pasti akan terjadi, sekuat apapun kita menolak, menghindar, maupun menjauhinya, kalau memang harus terjadi, kita bisa apa?" Miko terdiam sejenak.

"Seperti mama kamu yang tiba-tiba tinggalin kamu, Tuhan sudah ijinkan, makanya terjadi. Yakin saja, Tuhan tidak pernah iseng dengan hidup manusia El, ada maksudNya yang kita tidak tahu." Ucap Miko.

Dia bersandar pada bangku reyot yang penyangganya sudah keropos sebagian.

Aku menoleh ke arah Miko dan dia membalas dengan senyuman tenang kemudian berbalik menyandarkan kepalanya ke badan bangku tua itu.

"Apa yang perlu kita risaukan El?Jika ini bagian dari jalan ceritaNya, bukan salahmu, bukan salah kak Chanmu, bukan salah siapapun. Tinggal bagaimana kita menyikapinya."

Mungkin Miko sedang didekati malaikat sorga, kata-katanya sungguh menenangkan.

"Bijak sekali.." Aku tersenyum tipis, kemudian menghela napas.

Kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat dalam lamunan masing-masing.

"Aku kepikiran papa Dirga dan mama Nenci Mik, semoga mereka baik-baik saja.." Ucapku lirih, membuka kesunyian.

"Tenang saja El, kita pasti akan segera keluar dari sini" Miko berucap penuh keyakinan.

"Amin" jawabku.

"Bagaimana caranya?"tanyaku

"Belum kepikiran" jawab Miko tertawa kecil.

"Dasar bodoh" celetukku.

Kami sama-sama tertawa.

Disini memang hanya ada aku dan Miko, tapi diluar pintu bangunan jelas banyak anak buah Kak Chan yang berjaga-jaga.

Tangisan HujanWhere stories live. Discover now