BAB 33 KEMATIAN BU IDA DAN CERITA TENTANG KAK CHAN

11 1 0
                                    

Pak Komar memperhatikanku yang masih tidak percaya mendengar kepergian bu Ida untuk selamanya.

"Beliau pergi sekitar satu tahun yang lalu, serangan jantung mendadak El, bapak tidak sempat memberitahu siapapun yang sudah jauh, bapak terlalu sedih dan terpukul, karena hubungan kami sudah mulai membaik, walaupun bapak belum bisa mengabulkan permintaannya untuk meninggalkan dunia hitam ini" Jawab Pak Komar, matanya masih berkaca-kaca.

"Bu Ida..." Pekikku terisak.

Memori tentangnya langsung berputar-putar di kepalaku.

Bagaimana bu Ida dengan lembut menyambut kedatanganku dan membujukku berhenti menangis, bu Ida yang tidak pernah memarahiku dan selalu menasehatiku.

Bahkan bu Ida yang selalu sabar menghadapi kenakalan kami anak-anak penghuni Panti, sekarang semua itu hanyalah kenangan.

Bu Ida tak lagi ada disini, dia sudah berada ditempat yang terbaik. Aku hanya bisa mengenang semua memori bersamanya, entah itu kesabarannya, kebaikkannya, karena mungkin memang sorga kekal adalah tempatnya yang terbaik dan abadi baginya.

Sungguh aku menyesal, karena semenjak lulus kuliah dan mengurus pekerjaan papa Dirga, aku tidak pernah lagi ke Panti, terakhir aku hanya berkomunikasi via telepon, sekedar menanyakan kabar.

Padahal sewaktu masih kuliah, aku sering menengok dan mengunjunginya.

"Chandra sebenarnya tidak bermaksud meninggalkanmu El.." Ucap Pak Komar lagi, memecahkan lamunanku tentang bu Ida.

"Waktu itu, bapak ingat sekali, dengan berlarian girang, Chandra datang menghampiri bapak mengucapkan terima kasih karena hanya dengan mengantar barang, dia dapat banyak uang." Pak Komar melanjutkan ceritanya sembari kembali mengusap wajahnya yang dihiasi peluh keringat, padahal AC diruangan kami saat ini berada sudah dinyalakan.

"Chandrapun dengan antusias mengatakan, kalau bapak perlu bantuannya dengan pekerjaan yang sama, dia bersedia mengantar dengan senang hati"

"Waktu itu bapak masih punya hati, sehingga mengatakan sejujurnya pekerjaan seperti apa yang dia lakukan itu, termasuk resiko-resikonya. Bapak juga jelaskan barang yang dibawanya bukan sembarang barang. Bapak ceritakan semuanya, dengan alasan supaya dia tidak tertarik lagi."

"Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Chandralah yang menawarkan diri untuk menjadi kurir hitam tersebut." Pak Komar kembali menceritakan peristiwa beberapa tahun itu.

Kak Chan menawarkan diri? Benarkah?

Rasanya tidak mungkin seperti itu, Kak Chan yang selalu mengajarkan hal baik kepadaku, menasehatiku. Kenapa dia justru memilih terjun ke dunia hitam penuh resiko?Tuhan benarkah ini semua?Sungguh aku tak percaya, kak Chan yang kukenal selama ini tidak seperti itu.

Pertanyaan besarnya adalah apa alasan kak Chan melakukan hal tersebut?Apa?Sudahkah dia memikirkan matang-matang waktu itu?Atau hanya keputusan tergesa-gesa.

Kenapa jadi serumit ini?

Pak Komar terdiam cukup lama, seperti sedang mengumpulkan peristiwa demi peristiwa yang terjadi.

" Karena Chandra memaksa, dengan berat hati, bapak akhirnya menawarkan Chandra ke Boss Besar, atasan bapak. Bapak berusaha mengatakan bahwa Chandra hanyalah remaja polos yang beranjak dewasa dan sedang mencari identitas diri. Bapak berharap pengajuannya di tolak. Tapi di luar dugaan Bos Besar menerima Chandra tanpa syarat"

"Bahkan, Chandra diberi kebebasan untuk mengatur jadwalnya sendiri sebagai kurir hitam"

"Diapun memutuskan mengambil jadwal malam sampai dini hari, selesai melakukan pekerjaannya di swalayan."

Tangisan HujanWhere stories live. Discover now