52 - Hadir yang Diterima Sejak Lama

397 82 15
                                    

Meminta maaf mungkin tidak akan menghapus kesalahan begitu saja, menyesal pun tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula, tapi setidaknya itu membuktikan bahwa masih ada sesuatu yang bisa diperbaiki.

***

Matahari sudah nyaris pulang ke peraduannya saat Gema membuka gerbang rumahnya. Digo langsung pamit karena hari sudah terlalu sore. Langit sudah hampir gelap. Warna birunya berganti jingga.

Gema melangkah lunglai melewati gerbang rumahnya. Ia membiarkan gerbang itu terbuka dan memilih melanjutkan langkah. Di anak tangga menuju pintu utama, seorang wanita sudah berdiri menunggu kedatangannya. Wajahnya terlihat cemas saat melihat wajah muram puteranya.

Mendongakkan kepalanya, Gema mempercepat langkah saat melihat ibunya membuka tangan lebar-lebar. Ia bahkan berlari. Berakhir di pelukan ibunya. Wanita itu langsung menenteramkan hatinya yang dilanda kegelisahan hebat.

Sisi rapuh Gema langsung terlihat. Serupa buku yang terbuka. Gema tidak sungkan memperlihatkan kesedihannya, menyatakan secara langsung bahwa dirinya tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Aletta, Ma..."

"Iya, Sayang. Mama tau," tukas ibunya cepat.

Sontak saja Gema langsung mendongakkan kepala. Bagaimana ibunya bisa tahu?

"Tadi pagi Aletta ke sini, dan sesuai permintaan kamu, mama bilang kamu udah pergi. Aletta sempet keliatan kecewa, tapi kaya hari sebelumnya, dia ceria lagi terus pamit. Gak sampe sejam setelah itu..." Jeda sebentar. Gema menanti sabar kelanjutan cerita ibunya.

"Waktu mama lagi belanja sayuran, ibu-ibu ngegosip, katanya ada anak kompleks sini yang baru kecelakaan. Tetangga sebelah kita bilang kalo yang kecelakaan satu sekolah sama kamu."

Tidak perlu diperjelas lagi Gema sudah tahu bagaimana akhir dari kisah itu. Di kompleks perumahan tempat ia tinggal, sebelumnya tidak ada yang satu sekolah dengannya, tentu sebelum Aletta datang. Mungkin dari sana ibunya tahu bahwa Aletta lah yang mengalami kecelakaan.

"Ini semua salah aku..." lirih Gema menghembuskan napas berat.

Usapan halus Gema rasakan di bahunya. Naik turun dan bergerak teratur. Seorang ibu akan langsung mengerti penyebab keresahan anaknya hanya dengan melihat raut wajah, terutama untuk mereka yang sudah sangat dekat. Bagi ibunya, Gema adalah buku terbuka yang mudah sekali dibaca.

Tidak peduli sedalam apa luka yang diberi oleh Gina karena pergi bertahun-tahun lamanya, kejadian yang menimpa Aletta melebihi rasa sakit itu. Meremukkan tubuh Gema dan menghancurkan perasaannya. Meninggalkan rasa bersalah yang menjamur di dalam hatinya.

"Gak ada gunanya nyalahin diri kamu sendiri. Semuanya udah terjadi. Gak baik bersikap kaya gini. Lebih baik kamu berdoa supaya Aletta lekas pulih."

"Tapi, Aletta sampe dioperasi karena kecelakaan itu."

"Jangan bilang kamu berpikir kalo setelah ini Aletta gak bisa seperti dulu lagi?"

Gema diam. Ia tidak ingin membenarkan, tapi kekhawatiran tentang hal itu tidak bisa diabaikan. Bagaimana jika Aletta hilang ingatan? Bagaimana jika Aletta memerlukan alat bantu untuk menunjang kehidupannya? Dan bagaimana jika Aletta tidak bisa meraih masa depannya karena kecelakaan itu?

"Kalo aja tadi pagi aku gak ninggalin Aletta, dia pasti gak bakal kecelakaan. Semuanya pasti baik-baik aja."

"Kamu gak bisa berandai-andai seakan kamu bisa merubah takdir," kata ibunya.

Gema tidak tahu sudah berapa kali ia menghela napas panjang sejak pagi tadi, tapi yang pasti, detik yang dilaluinya sejak tadi terasa mengerikan.
Lelah, Gema memilih duduk di anak tangga. Kecelakaan yang menimpa Aletta sangat tiba-tiba dan membuat keadaan mentalnya tidak stabil. Ia memang tidak menyukai Aletta, bahkan belum menyukai Aletta, tapi jelas saja apa yang terjadi pada gadis itu memberatkannya.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang