17 - Semuanya Selalu Berawal Dari Teman, Bukan?

434 83 0
                                    

"Sumpah, entah gue yang terlalu oon atau emang suasana bener-bener berubah, tapi gue tetep gak paham sama situasinya. Ini sebenernya ada apaan, oy!" tuntut Gio meminta penjelasan dari Gema.

Pertama, Aletta tiba-tiba bersikap aneh dan mengatakan bahwa gadis itu ingin menjadi teman saja.

Kedua, Gema seolah tahu mengenai hal itu.

Dan yang terakhir, Aletta dengan polosnya mau-mau saja dijadikan babu.

Ada berita apa memangnya pagi ini?

"Gue juga gak ngerti," sahut Digo. Ia menatap Gema masih tidak paham. "Kemarin-kemarin kayanya Aletta gak gini. Oke, kita emang baru kenal, tapi sifat dia yang hiperaktif itu bisa dengan mudah dikenali dalam waktu sehari. Dan lo juga biasanya risih sama Aletta, sekarang kenapa justru keliatan welcome gitu sama dia? Dan kenapa gue tiba-tiba kaya orang bego yang gak bisa ngerti apa-apa?" ujar Digo panjang lebar. Mengeluarkan unek-uneknya sejak tadi.

Gema tergelak melihat reaksi kedua temannya. Itu berlebihan sekali menurutnya. Padahal kan mereka tidak punya hak untuk ikut campur urusannya, tapi kenapa bisa seheboh ini menghadapi situasi lain antara dirinya dan Aletta?

"Lo berdua kenapa, dah?" tanya Gema lempeng.

Digo dan Gio saling pandang lalu berteriak bersamaan, "LO YANG KENAPA?!"

Gema melirik sekitarnya. Aletta berada cukup jauh dari posisinya saat ini.

"Jujur dah, ya. Gue kalo bisa milih, gue gak mau sekelas apa lagi sebangku sama Aletta. Dia itu kaya apa, ya?" Gema kebingungan sendiri saat harus menjabarkan Aletta menurut pemikirannya. "Mungkin kaya orang yang gak pernah kenal cinta, jadi sekalinya nemu sesuatu yang menurut dia menarik, dia langsung tergila-gila. Ya, gue tau sih gue emang seganteng itu." Karena kalimat terakhirnya, Digo yang sedang mendengarkan harus memukul keras kepalanya.

Sedang serius-serius masih sempat saja memuji diri sendiri.

"Jadi waktu tadi di UKS itu dia nanya kenapa gue gak mau deket-deket sama dia. Intinya kaya gitu lah. Ya, terus gue jawab karena dari awal dia salah nempatin diri. Coba kalo dari awal dia bersikap kaya anak cewek lainnya, udah pasti gue bisa temenan sama dia," lanjut Gema.

"Terus?" tanya Digo cepat.

Gema mengendikkan bahunya sebelum menjawab, "Ya, terus dia bilang 'Gema, ayo kita temenan aja.' terus kaya gini jadinya. Berhubung gue gak suka dikejar-kejar walaupun fans gue bejibun, jadi mungkin gue bisa aja kalo cuma temenan sama si Alien itu."

Memang tidak ada yang salah, tapi keputusan Gema yang seolah sedang menekan Aletta tidak bisa juga dibenarkan. Tidak ada satu orang pun di dunia ini bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa, termasuk Aletta. Dan saat hatimu sudah memilih satu orang, wajar saja jika perasaan ingin memiliki itu hadir. Gema tidak menyukai perasaan itu, sehingga ia memaksa Aletta agar tidak perlu lagi menunjukkan rasa sukanya. Dengan bayaran, Aletta bisa sedikit dekat dengan Gema.

Menurut Gema, menyukai tapi tidak harus memiliki itu adalah satu hal mutlak.

"Gak punya perasaan emang lo mah," komentar Digo. Lelah menghadapi sikap Gema yang terlalu keras kepala.

"Apa salahnya? Toh, gue sama Aletta sama-sama untung. Gue bebas dari sikap berlebihan dia yang setiap hari bilang suka sama gue, dan dia juga secara gak langsung bisa deket sama gue. Bener gak, Yo?" ujar Gema meminta pendapat Gio.

Cowok yang duduk di seberangnya itu mengerjap kemudian mengangguk. Tidak paham pembicaraan antara Digo dan Gema sejak tadi. Ia hanya mendengarkan saja. Walaupun keseluruhan tidak ada yang masuk ke kepala. Yang penting manggut saja, pahamnya belakangan.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Where stories live. Discover now