16 - Istirahat Pertama Kurcaci dan Makhluk Bumi

435 92 0
                                    

Boleh aja suka, asal tahu diri. Itu aja.

***

Satu kelas serempak menoleh saat Aletta datang ke kursinya setelah sebelumnya mengangguk pada guru mereka. Seperti biasa, selalu ada senyum yang tersampir. Meski untuk kali ini dua lututnya diperban kecil. Gadis itu meminta kepada Gema agar mengizinkannya masuk. Diikuti tanpa ada sedikit pun protesan.

"Gema," bisik Aletta.

Gema yang sedang duduk sambil menulis kini mendengkus halus. "Apaan?" tanyanya malas.

"Hari ini aku gak bawa bekel, jadi aku mau ikut kamu ke kantin. Boleh?"

"Kenapa harus minta ijin? Terus kenapa harus ikut-ikutan gue mulu? Emang gue emak lo?"

Aletta tersenyum geli. Ia memiringkan kepala sebelum berkata, "Soalnya kita itu temen." Dengan kedua mata tertutup. Nyaris membuat Gema tersentak dan hampir terjengkang kalau saja tidak memilih membuang muka.

Teman katanya? Gema geleng-geleng kepala. Jadi ternyata Aletta serius dengan perkataannya. Sudut bibir Gema sedikit tertarik. Ia tidak bisa memungkiri bahwa dirinya sedikit lega. Untuk definisi seorang teman, sepertinya Aletta tidak terlalu buruk untuk menyandang status itu. Setidaknya lebih baik, daripada harus mendengarnya merengek minta jadi pacar setiap hari.

Ya, mulai dari sini Gema akan sedikit berbuat kejam pada Aletta. Akan ia biarkan gadis itu menikmati perannya, sampai terlalu menikmati dan akhirnya tenggelam lalu lupa dengan perasaannya sendiri.

Sambil menggerakkan tangan mengikuti tulisan di papan tulis, Gema berbicara dengan nada pelan. "Sebagai temen lo harus ngikutin peraturan gue. Gak boleh cerewet apa lagi sampe bilang suka lagi ke gue. Lo gak boleh terlalu deket sama gue, pengecualian pas kita lagi duduk kaya gini. Pokoknya harus ada jarak minimal dua meter antara lo dan gue. Dan selebihnya, lo harus bersikap kalo lo emang beneran temen gue. Itu aja."
Aletta mengerjapkan matanya polos. "Emang ada peraturan kaya gitu, ya?" tanyanya.

Gema mengangguk bangga. "Lo harus bangga jadi salah satu temen gue. Dan mulai sekarang, lupain perasaan lo sama gue. Titik. Sekali gue denger lo bilang kalo lo suka sama gue, gue gak akan mau liat muka lo lagi."

Lalu hening. Gema fokus mengikuti pelajaran, dan Aletta diam-diam meneguk air liurnya susah payah. Kenapa ada orang seperti Gema? Yang tidak mau disukai dan malah memaksa orang yang menyukainya agar memendam perasaannya sendiri.

Diam-diam Aletta berdoa dalam hati. Semoga Tuhan memberi sedikit saja pengertian kepada Gema. Dengan cara mencubit ginjalnya, misalnya.

***

Aletta tentu bukan gadis udik atau gadis introvert yang selalu menyendiri di kelas. Ia merupakan salah satu siswa ramah yang memiliki banyak teman. Jadi tidak jarang saat ia menginjakkan kaki di tengah ramainya suasana kantin, ada banyak adik kelas atau teman dari kelas lamanya yang menyapa.

Aletta canggung. Bukan karena banyaknya sapaan yang ia terima. Tapi karena himpitan tiga cowok di dekatnya. Gema berdiri di depannya. Dengan jarak hampir dua meter. Dua tangannya tenggelam di saku. Banyak tangan terulur untuk meminta tos pada Gema, membuat macet jalan masuk kantin. Aletta berada di belakang dengan Gio dan Digo yang menjaga sisi kanan dan kiri tubuhnya. Aletta sendiri sebenarnya tidak tahu kenapa dua cowok itu bersikap seolah sedang menjaganya, tapi ia tidak terlalu peduli.

Mereka berpisah begitu Gema duduk di meja kosong. Digo duduk di samping cowok itu, sementara Aletta duduk di kursi yang berada di depan Gema bersama Gio. Menjadikan meja sebagai pembatas yang disebutkan Gema beberapa waktu lalu.

"Ngomong-ngomong ini ada apaan Aletta pake ikut segala?" tanya Gio setengah heran. Sebenarnya sejak tadi ia ingin bertanya perihal Aletta yang ikut mengintili Gema sampai ke kantin, tapi ia urungkan. Ia pikir Aletta hanya akan pergi ke toilet, ternyata mengikuti sampai Gema memasuki area kantin.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Where stories live. Discover now