34 - Tamu Istimewa

291 63 18
                                    

Gema membuka mata saat telinganya menangkap suara ketukan pintu. Saat menoleh, ibunya muncul sambil mendorong pintu.

"Ada temen kamu tuh di luar, cewek," kata ibunya.

Gema segera bangun. Ia memandang ibunya. Belum sempat bertanya siapa yang datang, ibunya sudah berlalu begitu saja. Berteriak kebelet ingin pergi ke toilet.

Memilih mengabaikan rasa kantuk serta seragam sekolah yang masih melekat, Gema beringsut turun dari ranjang dan memilih keluar kamar. Wajah pertama yang muncul di kepalanya adalah Aletta. Pertama, karena ibunya berkata bahwa yang datang perempuan. Kedua, karena memang hanya Aletta makhluk yang sering datang belakangan.

Pikirannya sudah dipenuhi dengan bayangan Aletta yang membawa alasan aneh dengan bertamu ke rumahnya. Ingin silaturahmi, ingin belajar bersama, ingin melihat peliharaannya atau bisa juga yang lebih aneh lagi.

Sampai di pintu utama rumahnya yang sudah terbuka, Gema bersandar di palang pintu sambil menguap. Matanya menangkap sosok gadis dengan surai panjang. Mengenakan hoodie merah muda dengan jeans pendek yang nyaris tertutupi hoodie tersebut. Ada tas selempang di bahu kanannya.

Penampilan sok manis seperti itu sudah pasti Aletta. Bahkan sebelum melihat wajahnya Gema sudah sangat yakin.

"Ngapain sih, Ta? Lo kurang kerjaan sore-sore gini ada di depan rumah gue? Atau lo lupa jalan balik ke Pluto?"

Gema menguap lagi. Pada detik berikutnya, ia juga membeku.

Tubuh gadis itu berbalik. Manis dan terlihat cantik sekali. Gema tidak sadar bahwa dirinya sampai tidak berkedip. Bukan karena tingkat kemanisan yang dimiliki gadis itu, tapi karena ia tahu bahwa gadis itu bukanlah Aletta.

Tingginya mungkin sama dengan Aletta, bahkan potongan rambut dan cara berpakaiannya juga. Itu yang membuat Gema yakin bahwa gadis itu adalah Aletta. Tapi ternyata...

"Halo, Gema. Apa kabar?" sapa gadis itu lembut.

Seulas senyum nyaris membuat Gema terjungkal karena tiba-tiba dirinya kehilangan kendali untuk menjaga keseimbangan tubuh. Degup jantungnya menggila, kepalanya tiba-tiba pening, telapak tangannya berkeringat, tapi hatinya luar biasa menghangat. Itu adalah reaksi yang sangat Gema kenali dulu, dan ia hampir lupa rasanya.

Kemudian hari ini ... Gema seolah menemukan lagi bagian dari dirinya yang hilang.

"Gina?"

Memaksa mulutnya terbuka, memaksa tenggorokannya bekerja saat tiba-tiba kering, nama itulah yang Gema sebutkan.

Gadis yang Gema panggil Gina itu mengangguk. Keduanya sama-sama mendekat dengan langkah pelan, tapi pasti. Saat jarak antara keduanya hanya tersisa satu langkah, Gema meneliti Gina dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Jika perlu dijelaskan, Gema hanya ingin mengungkapkan satu hal. Bahwa Gina adalah orang yang pernah dan selalu mendiami hatinya.

Hampir tiga tahun tidak bertemu, wajah itu masih terlihat sama di mata Gema. Senyumnya mengembang masih sangat sempurna. Setiap lekuk tubuh yang dulu ia hapal di luar kepala juga tidak ada yang berbeda kecuali tinggi dan besar tubuhnya.

"Ini beneran kamu?" tanya Gema setengah percaya.

Gina memiringkan kepala, kembali mengulas senyum lebar dan mengangguk dua kali.

"Astaga! Aku masih gak percaya ini kamu. Ke mana aja selama ini?"

Tahukah kalian apa yang berbeda dari Gema? Ya, cara bicaranya.

"Gema! Anak orang kenapa diajak berdiri terus, nanti pegel. Ajak duduk dong!"

Suara itu berasal dari arah pintu. Saat Gema menoleh, ibunya muncul dengan nampan berisi dua gelas minuman dan beberapa toples camilan. Wanita itu membawa nampan ke meja yang berada di luar rumah dan menyajikannya di sana. Tidak hanya itu, Gema juga terpaksa harus ikut duduk saat ibunya meminta Gina duduk di salah satu kursi.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Where stories live. Discover now