45 - Pembahasan Menyebalkan

254 53 5
                                    

"Gema, Aletta tuh lucu, ya?"

Gema yang sedang menutup pintu rumahnya sontak langsung membalikkan badan agar bisa menatap Gina. Gadis itu berdiri di anak tangga teratas di depan pintu rumahnya.

Karena hari sudah malam, Gema memutuskan untuk mengantar Gina pulang sampai gerbang masuk kompleks perumahannya. Sebenarnya ia ingin mengobrol banyak hal dengan Gina, tapi sekarang Gema justru bertanya-tanya kenapa harus Aletta yang menjadi bahasan pertama?

Gema berjalan mendekati Gina. Keduanya kini beriringan menuruni beberapa anak tangga. Langit malam sedang cerah. Beberapa bintang terlihat terang benderang memenuhi langit. Gema jarang ke luar rumah malam hari, tapi ternyata pemandangan yang ia lihat sekarang tidak buruk juga.

"Kenapa harus bahas dia?" tanya Gema. Ia membukakan gerbang untuk Gina. Gadis itu keluar dan ia segera menyusul. Membiarkan gerbang rumahnya terbuka sedikit.

"Emangnya kenapa kalo aku mau bahas dia. Aku kan mau kenal sama calon pacarmu itu."

What the-

Besok akan Gema pastikan bahwa dirinya memukul kepala Aletta menggunakan penghapus kelas karena gadis itu sudah bicara yang tidak-tidak pada Gina.

"Dia itu cuma ngaku-ngaku. Ngapain sih ditanggepin kaya gini?"

Gina mengendikkan bahunya acuh. "Abis dia itu lucu. Pas dia ngaku kalo dia itu calon pacar kamu, aku jadi mau ketawa terus pas inget itu," tuturnya tersenyum geli.

"Dia itu nyebelin banget asal kamu mau tau."

Gina menoleh ke arah Gema. Gema balas menatapnya.

"Nyebelin kenapa?"

Selamat pagi, Gema.

Gema, kamu gak boleh galak-galak tau.

Halo, Gema.

Gema, tungguin aku dong.

Aku suka sama kamu, Gema.

Semua bayangan Aletta saat mengatakan itu dengan senyum di bibirnya benar-benar membuat Gema naik pitam. Jika harus dijabarkan satu-persatu, mungkin akan memakan waktu lama. Aletta dengan kepribadiannya, adalah hal yang membuat Gema sering mendengkus.

Mulai dari datang menjemput di pagi buta, membuatkan bekal makanan tanpa diminta, dan melakukan segala macam hal secara sukarela. Untuk orang yang mudah jengah, kehadiran Aletta sudah seperti hama.

"Pokoknya dia itu nyebelin," sahut Gema tidak ingin menyebutkan satu persatu keajaiban apa saja yang pernah dilakukan oleh Aletta sampai membuatnya ingin menghilang dari dunia.

Namun, Gina nampaknya justru semakin penasaran melihat sikap Gema yang ogah-ogahan itu. "Coba ceritain gimana awal mula kamu kenal sama dia? Dia temen SMA kamu kan? Kalian pasti udah kenal lama. Koreknya lebih jauh lagi.

Gema tahu bahwa sangat tidak mungkin Gina tiba-tiba diam saat rasa penasarannya sudah muncul ke permukaan. Gadis itu akan terus berbicara, mencoba bertanya, dan melakukan segala hal untuk membuat Gema buka mulut. Karena sekalem apa pun Gina, rasa penasaran akan membuat gadis itu berubah menyebalkan.

"Enggak."

Mungkin karena itulah Gema memilih mengalah. Diam-diam memaksa bibir Gina untuk melengkungkan senyuman.

"Kita ketemu entah pas kelas satu atau dua, aku lupa, tapi waktu itu aku ketemu di perpus. Setelah itu aku gak pernah ngeliat dia lagi, pas muncul tau-tau kita ada di kelas yang sama kelas tiga, sebangku pula."

"Pertanda jodoh gak, sih?" ledek Gina.

Gema mendelik tajam. Enak saja mengatakan hal itu. Siapa pun yang membaca cerita ini dari awal tahu bahwa Gema tidak menginginkan Aletta, dan Gina lah yang diharapkan akan menjadi jodohnya.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Where stories live. Discover now