23 - Hantu dari Pluto

354 72 7
                                    

Harapan itu memang obat putus asa, tapi ada saatnya kamu perlu berhenti juga.

Bukan berarti menyerah, hanya untuk memastikan kamu tidak berharap pada orang yang salah.

***

Pagi itu matahari belum terbit saat Gema menarik gerbang rumahnya. Suara gonggongan anjing terdengar di belakangnya. Gigi ikut keluar saat dirinya ingin kembali menutup gerbang. Karena masih baru, Gema tidak ingin ambil risiko jika turut serta mengajak anjing Miko pergi lari pagi. Kalau sampai anjing itu kabur, ia akan kesulitan sendiri nanti.

Setelah mengencangkan ikat tali sepatunya, Gema merogoh saku. Ponsel dengan tali earphone yang sudah tersambung ia tarik keluar. Ponselnya ia masukkan lagi sedangkan earphone-nya dipasang di telinga. Dan hari pun dimulai.

Gigi mengikutinya berlari mengelilingi kompleks. Beberapa tetangga yang juga sedang lari pagi menegurnya saat Gema menoleh ke samping.
Lalu...

"Halo, Gema!"

Gema terlonjak dan bergerak mundur. Langkahnya tidak seimbang, membuat pijakannya tidak stabil dan akhirnya terpeleset. Bokongnya langsung menubruk aspal dengan kencang.

What the—

Dari mana gadis itu muncul?

"Gema, hati-hati dong. Sini aku bantu."

Demi Tuhan, Gema tidak pernah melihat apalagi bertemu dengan hantu, tapi ia sangat yakin bahwa definisi hantu yang sebenarnya sedang ada di depan matanya sekarang. Dan itu menyeramkan. Jauh lebih menyeramkan, daripada saat ia mendengar gonggongan anjingnya tengah malam dan memaksanya terbangun, atau ketika ia kalah dalam pertandingan basket padahal awalnya yakin bisa menang. Ini ... benar-benar mengerikan.

"Gema, kamu gak pa-pa?" tanya Aletta mengulurkan tangan dengan tubuh setengah membungkuk. Melihat Gema yang belum berkedip sejak tadi.

Gigi menggonggong, menyadarkan Gema dari lamunannya. Cowok itu berkedip dan langsung berdiri dengan cepat. Memelototi Aletta yang sama sekali tidak merasa berdosa.

"Lo gila?!" tukasnya kesal.

Aletta mengerjapkan matanya polos. Menarik kembali tangannya kemudian memiringkan kepala. "Kok gila? Aku tadi negur kamu, tapi kamu malah kejengkang. Kenapa?" tanyanya.

"Ya udah jelas karena lo yang muncul tiba-tiba lah. Jadi selain kurcaci dari Pluto, lo itu merangkap jadi hantu juga?!"

Aletta tidak mengerti apa maksud Gema. Padahal sejak tadi ia berlari di belakang Gema, kalaupun Gema terkejut, itu karena Gema saja yang tidak menyadari kehadirannya. Iya, kan?

"Aku tuh dari tadi di belakang kamu. Kamu gak ngeh?" tanya Aletta menyuarakan pikirannya.

Gema mengibaskan tangannya kesal. Melepaskan earphone-nya dengan tarikan kasar kemudian menatap Aletta sambil bertolak pinggang. "Itu yang bikin gue kejengkang. Sejak kapan lo ada di belakang gue? Lo nguntit gue, ya?!" tuduhnya. Suaranya semakin meninggi.

Aletta menggeleng cepat. Tidak ingin dituduh lebih parah lagi, ia mulai menjelaskan. "Jadi, tadi tuh aku mau ngajak kamu jogging. Awalnya aku mau jemput kamu, tapi belum sampe rumah kamu aku udah liat kamu keluar dari gerbang. Makanya aku ikutin."

"Kenapa gak bilang dari tadi, astaga?!" teriak Gema frustrasi.

"Tadi kan aku nyapa kamu, itu mau bilang. Eh, kamunya malah kejengkang."

Gema menangis dalam hati. Siapa pun, tolong lempar dirinya ke Eropa. Kalau Aletta tidak mau pergi, tidak apa-apa jika dirinya yang melarikan diri. Karena kalau seperti ini terus, bisa gila ia nanti.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang