32 - Hantu dari Pluto 2

279 62 3
                                    

Ketenangan pagi hari di mana suasana masih cukup sejuk untuk dinikmati, hiruk pikuk kota belum terasa sepenuhnya, udara masih terasa nyaman untuk dihirup, matahari belum menunjukkan keganasannya, tidak lagi bisa Gema rasakan sejak Aletta memasuki kehidupannya.

Dulu Gema selalu suka minggu paginya yang nyaman. Tidak ada tugas, tidak ada bising kelas, tidak ada kayuhan sepeda, tidak ada kemacetan kota. Yang ada hanya hari tenang bersama peliharaannya.

Namun, sekarang semuanya berubah total. Gema tidak tahu sudah berapa lama Aletta berada di depan gerbang rumahnya. Berdiri dan melambaikan tangan saat dirinya keluar dari rumah. Gadis itu sekarang lebih mirip seperti penguntit yang membuatnya takut. Tiba-tiba nongol tanpa diundang. Mungkin bisa dibilang Aletta sudah jauh melampaui jelangkung.

Anjingnya menggonggong. Yang tadinya duduk kini berlari ke arah gerbang. Seolah tahu ada tamu di sana. Padahal jika diibaratkan, Gema lebih suka jika Aletta dianggap hantu saja. Kehadirannya mampu membuat bulu kuduk berdiri.

Gema ikut berjalan ke arah gerbang. Ia membuka gerbang sebelum akhirnya menghela napas berat.

"Selamat pagi, Gema," sapa Aletta riang.

"Emang lo gak bisa kalo sehari aja gak ada di deket gue? Seenggaknya biarin hari Minggu gue tenang tanpa kehadiran lo."

Aletta nyengir lebar. Menikmati kemarahan Gema.

"Gak usah nyengir. Lo jadi mirip kuda!" sindir Gema mendengkus.

"Abisnya lari pagi sama kamu itu seru. Aku yang awalnya nggak suka olahraga jadi semangat," tutur Aletta.

Keduanya mulai berjalan, sebelum akhirnya langkah mereka semakin cepat berubah haluan menjadi berlari santai. Mengikuti tuannya, anjing milik Gema pun ikut berlari santai di samping Gema, sementara Aleta mengikuti di belakang keduanya.

Mereka banyak bertemu penghuni kompleks yang juga akan jogging. Beberapa yang Gema kenal melemparkan sapaan kecil dan Gema membalasnya dengan senyum ramah. Benar-benar sempurna. Gema dikenal sebagai tetangga yang ramah dan menyenangkan. Lain cerita saat sudah berada di dekat Aletta, cowok itu akan berubah menjadi harimau yang siap menerkam mangsanya. Ganas.

"Gema, sepulang dari sini mampir ke rumahku, yuk!" ajak Aletta di belakang Gema.

"Ogah, ngapain juga gue harus ke rumah lo. Buang-buang waktu tau, gak."

"Sekali-kali kamu tuh harus jadi orang baik tau, Gema. Ditawari sesuatu sama seseorang itu jangan keseringan ditolak, itu sama aja kamu kaya lagi numpuk dosa."

Perkataan Aleta sontak saja membuat Gema yang sedang berlari menghentikan langkah. Iya memutar tubuhnya cepat lalu berkata, "Ternyata mulut lo bisa lebih kejam dari gue, ya?" Membuat Aletta ikut berhenti juga.

Gadis itu memiringkan kepala. "Apa yang kejam? Aku cuma ngasih tau kamu supaya kamu gak terjerumus terlalu dalam," jelasnya.

Sekarang Gema betul-betul merasa bahwa dirinya adalah pengguna narkotika, manusia yang sering minum miras, pembunuh berantai, sekaligus bos mafia yang kejam.

"Ngomong sama lo itu emang cuma bikin darah tinggi." Tubuhnya kembali bergerak untuk berlari lagi. Berusaha mengabaikan sosok Aleta yang sebetulnya sangat mengganggu di belakangnya.

Sampai di taman kompleks, Gema memilih kursi kosong dan langsung duduk. Jujur saja, sebenarnya kegiatan minggu pagi Gema tidak dikhususkan untuk berolahraga. Ia bangun pagi dan mengajak anjingnya pergi semata-mata untuk bermain bersama anjingnya itu.

Sebagai tuan, Gema selalu ingin bersikap baik. Kalau bisa, ia ingin mengajak anjingnya keluar rumah setiap hari. Agar anjingnya itu tidak hanya bisa beradaptasi di rumahnya yang tidak terlalu luas, tapi juga bisa mengenal dunia luar lebih baik lagi.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Where stories live. Discover now