15 - Kisah Baru Antara Kurcaci dan Makhluk Bumi

485 92 11
                                    

Tidak jadi pacar, teman pun tak apa.

Lama-lama juga kamu suka.

***

"Aletta, kenapa kamu berantakan sekali?" Guru berkepala plontos itu bertanya heran.

Aletta diam-diam melirik Gema sebelum menjawab, "Tadi Gema ninggalin saya, Pak. Jadi saya jatuh dari sepeda." Membuat sosok Gema yang berada beberapa meter di sana melotot tidak percaya.

Aletta yakin bahwa ia akan menang kali ini.
Seluruh pasang mata sontak saja beralih menatap Gema. Mungkin tidak menyangka bahwa Gema akan setega itu pada orang lain. Terlebih lagi pada perempuan. Mengingat bagaimana sifat ramahnya pada setiap siswa.

Tentu saja Gema langsung menyergah, "Kenapa jadi gue?" Tapi tidak mendapatkan jawaban dari Aletta.

Gadis itu justru memandang gurunya. "Tapi saya masih boleh masuk kan, Pak?" tanyanya. Takut jika keterlambatannya membuat ia harus berada di luar kelas selama satu jam ke depan.

"Sekarang kamu ke UKS dulu," suruh guru itu. Belum selesai, guru yang kerap disapa Pak Deri itu mengendikkan dagu ke arah Gema. "Dan Gema, kamu yang temani Aletta."

Tidak menerima bantahan. Siapa pun tahu bahwa Pak Deri bukan orang yang bisa diajak kompromi, dan Gema tahu pasti. Karena itulah ia segera keluar dari kursi dengan langkah malas. Tepat di samping Aletta, Gema mendengar kekehan dari gadis itu. Kekehan yang terlalu jelas jika disebut sebagai satu kemenangan.

Keduanya keluar kelas. Gema berjalan lebih dulu dengan kedua tangan tenggelam di saku. Pikirannya berkeliaran. Menyebalkan sekali rasanya jika terus berdekatan dengan gadis seaneh Aletta. Andai saja pintu ke mana saja milik Doraemon itu betulan ada. Sudah pasti ia lebih memilih pergi ke luar negeri, yang tidak ada Aletta di sana. Hanya ada para gadis dengan tubuh semampai, berambut pirang, berhiaskan bola mata hijau atau biru. Ahh, pasti menyenangkan sekali.

Membayangkan itu, Gema jadi tahu bahwa ia sudah mulai suka berkhayal tentang dunia luar hanya untuk menyingkirkan Aletta. Gadis bodoh yang selalu mencari perhatiannya.

Sial!

Sekarang pikirannya jadi berantakan.

"Gema, jalannya jangan buru-buru dong. Mau ngambil sembako, ya?"

Dan bertambah berantakan saat Aletta buka suara.
Gema memilih tidak menjawab. Ia justru mempercepat langkahnya. Di anak tangga menuju lantai dua, Aletta mengaduh kesakitan.

"Gema, jangan buru-buru dong! Kakiku sakit."

Tidak dipedulikan lagi oleh Gema.

Aletta tertatih sambil menahan nyeri di kedua lututnya. Langkah Gema semakin cepat. Menjauhinya dengan cara yang paling mengerikan. Tidak tahukah cowok itu bahwa mengejar sesuatu yang terlalu bersinar itu sulit sekali?

Satu anak tangga lagi sebelum menjejak lantai, saat kaki kiri Aletta justru tersandung kaki kanannya sendiri. Tidak sempat meraih palang tangga, Aletta terjerembab ke lantai dasar. Lutut yang belum sempat diobati kini menghantam kerasnya lantai.
Siapa pun harus tahu bahwa itu rasanya sakit sekali. Aletta bahkan harus menggigit bibirnya sendiri agar tidak menangis.

"Astaga, jalan aja kayanya elo belom becus. Perlu gue bawain kursi roda?" sindir Gema yang tiba-tiba sudah berada di depan Aletta. Rupanya Gema mendengar suara gedebuk dari tubuh Aletta.

Aletta meringis kesakitan. "Bantuin dong, Gema!" pintanya mengulurkan tangan.

Gema berdecih sinis sembari membuang muka. Mana mungkin kan ia mau menolong Aletta?

"Udah lah, gak usah caper sama gue. Gue sebenernya gak mau nemenin lo ke UKS. Ini karena perintah Pak Botak aja, makanya gue gak bisa nolak."

Tanpa ditegaskan pun Aletta tahu hal itu. Gema hanya terpaksa menemaninya. Tapi jujur saja ia kesal sekali. Tidak bisa kah berpura-pura peduli? Sebentar saja.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Where stories live. Discover now