"Walau aku tak mengerti mengapa itu bisa terjadi kepada makhluk sepertimu."

"Bagaimana kalau aku membantumu untuk bebas dari anak itu?"

"Bergabunglah denganku, ada banyak hal menarik yang bisa kau nikmati jika bersamaku."

"Aku tahu bahwa kau sedang menahan nafsumu sekarang. Aku tahu bahwa kau adalah makhluk liar yang haus akan darah. Sama sepertiku, HAHAHA!"

Pria berjubah merah hanya diam tak merespon setiap ucapan yang keluar dari mulut makhluk itu.

"Kenapa kau hanya diam? Bukankah tawaranku menarik? Atau ada sesuatu yang kurang dan ingin kau tambahkan?" tanya makhluk itu.

"Atau jangan-jangan ada sesuatu yang kau inginkan dari anak itu?"

"Tenang saja, aku tak akan merebutnya dan membiarkanmu memilikinya. Kau hanya perlu memberikan sebagian darah anak itu kepadaku," ucap makhluk itu dengan santainya.

Pria berjubah merah perlahan bergerak mendekati makhluk itu.

"Aku memang tak bisa berbohong di depan makhluk sepertimu," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.

Pria berjubah merah itu mengangkat satu jarinya seraya berkata, "Tapi aku memiliki satu syarat lagi."

"HAHAHAHA! Ucapkan saja," ucap makhluk itu sambil tertawa terbahak-bahak.

"Aku butuh bawahanmu untuk memulihkan tenagaku," balas si pria berjubah merah.

"Tapi sebelum aku memanggil mereka, bukankah ada yang harus kau lakukan dulu?"

Pria berjubah merah mengangkat salah satu tangannya ke atas, "Aku bersumpah untuk tidak mengkhianatimu."

"Cukup?" tanya pria berjubah merah layaknya memastikan.

"Baiklah," balas makhluk pesugihan itu singkat, lalu seketika dalam sekejap mata, para pasukannya kembali memenuhi seluruh ruangan.

Begitu juga dengan si pria berjubah merah yang telah berubah wujud menjadi ular raksasa. Tanpa basa-basi, dia langsung menelan para pasukan yang baru saja muncul itu dengan cepat. Mulutnya bagaikan pusaran angin yang bisa menghisap apa pun tanpa meninggalkan jejak. Semakin banyak yang dihisapnya, semakin besar pula energi yang dipancarkannya.

Aku tak tahu harus bereaksi apa saat ini, sebab semuanya terjadi begitu cepat. Aku bahkan tak habis pikir, tipuan dan pengkhianatan terbongkar satu demi persatu seiring bergulirnya waktu. Bahkan penjaga yang kupercayai selama ini juga telah mengkhianatiku. Rasa kecewa, marah, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Itulah perasaan yang kualami saat itu.

Di sisi lain, Putra tak mau tinggal diam saja. Secara tiba-tiba dia dan semua khodamnya mencoba menyerang pria berjubah merah dengan tembakan energi. Aku baru menyadari bahwa ternyata mereka sudah mengumpulkan energi, sejak makhluk pesugihan itu mengulur-ulur waktu saat berbicara. Namun sayangnya energi yang mereka tembakkan juga terserap oleh pusaran yang dikeluarkan ular merah itu.

"Menyerah sajalah. Sebab bagaimanapun caranya, kalian tak akan sanggup menghadapi kami," ucap makhluk itu dengan sinis.

"Pujalah diriku, akan kuberikan kalian harta dan kekuatan yang berlimpah nantinya," tawar makhluk itu mencoba untuk menggoda kami.

"Untuk apa aku memiliki harta dan kekuatan yang kau janjikan itu. Kalau aku hanya akan menjadi budak yang bisa kau gunakan sesuka hatimu. Sama seperti para pasukanmu barusan," balas Putra

"Kau pikir aku sebodoh itu?" ejek Putra.

"Sepertinya kau manusia yang harus menerima siksaan dulu, baru bisa mengerti."

Awakening - Sixth SenseNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ