24 - Sarapan di Bumi

Start from the beginning
                                    

"Jangan pulang dulu, mending ikut sarapan sama Gema."

Gema berdecak kesal. "Mama!" tegurnya.

"Gema!" balas ibunya halus.

Tidak ada pilihan lain selain menuruti. Gema langsung masuk ke rumahnya dengan Gigi yang berjalan di belakang. Dan karena sudah diundang, Aletta tentu tidak akan sungkan untuk ikut. Tidak baik menolak permintaan seseorang.

Mereka masuk ke dalam rumah. Berjalan menuju meja makan yang salah satu kursinya sudah diduduki seseorang. Aletta mengira itu adalah ayah Gema, karena wajahnya mirip sekali. Bisa dibilang Gema versi paruh baya.

"Eh, siapa nih?" tanya pria itu menegakkan tubuh. Melihat Gema yang menarik kursi dan duduk di sana. "Ayo Gema, kenalin sama Papa!" sambungnya menggoda Gema.

"Aku gak kenal sama dia," elak Gema cepat.

Respons yang tidak Aletta duga terjadi. Ayah Gema tertawa mendengar perkataan Gema. Meminta Aletta duduk kemudian mulai bercerita.

"Kamu pasti cewek yang suka Gema ceritain itu." Perkataannya sesaat  membuat Aletta semringah. Sebelum akhirnya kalimat yang selanjutnya berhasil membuatnya menahan diri untuk tidak menunjukkan wajah muram.

"Walaupun yang buruk-buruk sih. Gema bilang kamu itu nyebelin, dan dia gak suka sama kamu."

Saat itu juga Aletta langsung bisa menduga bahwa sifat Gema menurun langsung dari ayahnya. Bicaranya ceplas-ceplos dan terdengar menyebalkan.

Sama sekali tidak ada jawaban dari Gema. Cowok itu membalikkan piring dan menyendok nasi goreng.
Ibunya mendorong air putih agar lebih dekat dengan piring Gema. Setelahnya, wanita itu membalikkan piring milik Aletta dan menyendokkan nasi goreng untuk Aletta.

"Segini cukup?" tanyanya.

Aletta mengangguk. "Makasih, Tante," ucapnya.

"Gak usah sungkan. Sering-sering aja main ke sini."

Gema terbatuk mendengar itu. Ingin protes saat fokus ibunya hanya kepada Aletta. Bahkan ketika tangannya menyendokkan nasi goreng untuk suaminya, atau untuknya sendiri. Akhirnya Gema hanya meneruskan makannya.

Suasana sarapan lebih ramai dari sebelumnya karena bertambahnya satu orang. Gema punya alasan kenapa ia tidak menyukai Aletta, dan ia tidak suka saat gadis itu mengambil perhatian orang tuanya dengan mudah. Duduk di tengah-tengah keluarganya, memangnya dia siapa?

"Gema udah kenyang, mau langsung ke kamar aja buat ngasih makan Gigi."

Aletta memperhatikan piring Gema yang masih sisa setengah. Cowok itu mendorong kursi ke belakang dan menuju kamarnya tanpa menatapnya sama sekali.

"Gema itu anaknya pemaksa, dia manja dan selalu dapetin apa yang dia mau. Jadi maafin kalau sikapnya kadang emang semaunya."

Aletta menoleh ke arah ibu Gema dan berkata, "Gak pa-pa kok, Tante. Aku udah biasa sama sikap ketus dia."

Dan lagi, yang Aletta dengar adalah tawa ayah Gema. Renyah sekali. Pria itu sama sekali tidak mengomentari ucapannya yang mengatakan bahwa puteranya ketus.

"Kamu tuh ceplas-ceplos, ya? Sebelas dua belas sama Gema. Pantes aja kalian susah akur. Soalnya di antara kalian gak ada yang mau ngalah."

Ehh?

Apa maksudnya?

Tidak mau mengalah?

Aletta mengingat lagi tentang dirinya yang selalu mencari perhatian Gema, setiap hari dan tidak bosan sama sekali. Lalu tentang sikap Gema yang juga menghindarinya berulang kali.

Oh, jadi begitu. Tidak mau mengalah yang dimaksud ayah Gema adalah dirinya dan Gema yang sama-sama tidak menyerah. Ia yang terus berusaha, dan Gema yang tidak lelah mencoba untuk mengusirnya.

"Tapi aku lebih tangguh dari anak Om," kata Aletta percaya diri.

"Harus dong. Kalo kamu nyerah, itu artinya kamu kalah."

Dan Aletta tidak akan membiarkan itu terjadi. Hubungannya dengan Gema memang tidak bisa dibilang sudah membaik. Pertemanan yang tidak sehat. Tapi ia tidak mau berhenti sampai di situ saja. Kalau sekarang berusaha keras untuk berteman, esok atau tahun depan mungkin akan berpacaran.

"Makannya yang banyak, Aletta. Jangan malu-malu," kata ibu Gema.

"Aku udah kenyang kok, Tante. Makasih buat makanannya. Nanti aku bantu buat beresin, ya."

"Ehh, gak usah Aletta. Tante bisa kok."

"Gak pa-pa kok, Tante."

Dan selanjutnya, yang Aletta lakukan adalah merapikan sisa sarapan dan membantu ibu Gema mencuci piring. Ia juga menceritakan bagaimana sosok Gema di sekolah. Di mana setiap candaan kecilnya selalu berhasil meramaikan suasana. Tidak sadar bahwa dirinya sudah mengakrabkan diri dengan orang tua Gema.

Ia nyaman berada di tengah-tengah keluarga Gema. Di rumah Gema terasa hangat dan menyenangkan. Memang bukan lingkungannya, tapi ia suka berada di sana.

***

Sekian, sampai jumpa malam rabu berikutnya:)

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Where stories live. Discover now