EPS 40

4.1K 183 7
                                    

Dengan penuh tenaga Clara menampar pipi kekar David dengan kencang, ya! Sisa sisa tenaga nya mampu melakukan itu, itu pantas untuk David yang hanya memikirkan hal kotor ketika dirinya masih berbaring lemah seperti ini. Memang David benar benar gila. Satu satunya pria yang Clara kenal dengan pikiran gilanya hanya David, dan akan selalu seperti itu. Bajingan! Gila!

"Masih ada tenaga ya?" Tanya David sambil mengusap pipinya singkat lalu berganti mencengkeram wajah Clara dengan kasar. Clara terdiam kaku.

"Jika bukan karna sakit kau tidak akan aku lepas!" Lanjut David berbisik namun penuh tekanan. Sangat seram. Sangat kejam. Sangat gila.

"Co-co-ba saja jika kau berani," balas Clara yang sedikit terbata bata karna dirinya sudah bernafas akibat cengkraman David di sekujur lehernya memegang erat nan kasar wajahnya yang lembut dan lemah.

Tokk! Tokk! Tokk!

Bunyi ketukan pintu menghentikan semuanya, buru buru David melepaskan cengkraman nya dan berusaha membantu Clara kembali untuk tetap di posisi nya.

"Masuk!" Teriak David membalas ketukan pintu itu. Kety membawa nampan yang berisi makanan dan minuman serta di ikuti Suzan yang lebih dulu berjalan di depannya. Tidak di sangka mereka justru terlihat akur dari sebelumnya, Clara juga lega karna tidak terjadi apa apa dengan Kety.

Kety meletakan makanan Clara pada nakas kamar miliknya, sesekali melihat David untuk memastikan dengan wajah ketakutan, "Nyonya ini makanannya," Ucap Kety dengan sopan namun bergetar.

Clara tersenyum tipis, "Terimakasih, Ket."

"Biar ku bantu suapin, kau masih lemah," ujar David lalu mengambil mangkuk yang berisi bubur itu. Namun, Clara menolak.

"Tidak, aku ingin Suzan dan Kety menemani aku makan dan aku ingin di suapi salah satu dari mereka," tolak Clara mentah mentah.

Kety dan Suzan sedikit takut karna perubahan wajah David yang mendengar tolakan mentah mentah dari Clara hanya bisa menahannya. Bisa bisa mereka berdua akan menjadi bahan pelampiasannya lagi jika begini, untung saja dalam seminggu ini hanya umpatan kasar yang menjadi bahan pelampiasan David bukan kekerasan. Apa karna Clara? Atau memang David tidak berniat menyiksanya dengan kekerasan.

David memilih mengehela nafasnya, menahan amarahnya di bandingkan harus berdebat dengan Clara jika seperti itu terus Clara bisa bisa semakin drop akibat ulahnya. David tidak menginginkan itu, ia menginginkan keselamatan Clara.

"Baiklah, aku akan tunggu di luar," David meletakkan mangkuk bubur yang tadi ia pegangnya lalu melegang pergi meninggalkan Clara.

"Bagaimana bisa semudah itu!?" Clara bertanya tanya dengan kepergian David yang begitu mudah setelah ia tolak mentah mentah. Ini bukan hal yang menurut Clara tampak biasa namun ini tak biasa karna David pria yang pemaksa bukan seperti ini.

Kety dan Suzan duduk di kasur Clara tepat di samping sisi Clara dengan Kety yang membawa semangkuk bubur dan Suzan yang membawa segelas air, tampak serasi.

"Sudahlah, Nyonya. Biarkan saja! Pria tak punya otak itu sudah kalah," kini Suzan bersuara setelah sekian lama ia hanya melihat diam sedari tadi hanya Ketu saja yang tadi terdengar suaranya. 

Kety menyuapi Clara suap demi suap sambil meracau kesal, "Benar, Nyonya! Dari kemarin tuan hanya berkata kasar saja sejak nyonya tidak bangun sudah begitu ia hanya mengomel ngomel dengan dokternya dan mengancam untuk membunuh padahal kan itu tidak membantu," Kety terlihat terbuka dengan apa yang ia rasakan, itu membuat Clara sedikit menyukai nya. Ahhhh tidak sedikit tetapi banyak, atau sangat.

"Memang aku sudah berapa lama tidak bangun?" Tanya Clara yang jelas kebingungan lalu mulutnya tak berhenti bekerja karna baru saja makanan suapan dari Kety baru mendarat pada mulutnya.

"Seminggu," jawab Suzan dan Kety berbarengan.

Seminggu? Itu waktu yang cukup lama jika benar seminggu dan apa saja yang sudah terjadi dalam waktu seminggu? Bagaimana bisa dirinya tidak sadarkan diri selama seminggu, benar benar tidak masuk akal.

"Dimana Rico?" Tanya Clara to the point karna memang sedari ia bangun ia benar benar menanyakan itu namun tak sedikit pun ada jawabannya, David memang pelit.

"Mmmm Tuan  Rico—" sepertinya Kety enggan melanjutkan ucapannya. Memang Rico kenapa? Ada apa?

"Rico kenapa?" Tanya Clara lagi benar benar penasaran.

"Tuan Rico tertembak ketika menyelamatkan mu, Nyonya," jawab Suzan yang tak ingin berlama lama menyembunyikan nya.

Clara terdiam, bagaimana bisa tertembak? Bukankah sejak keberangkatan nya tidak terjadi apa apa? Bagaimana kejadiannya hingga ada tembak menembak? Seingat Clara terakhir ada di pesawat.

"Tertembak? Dimana? Dan siapa? Bagaimana keadaan Rico? Bagaimana kejadiannya? David yang menembak?" Pertanyaan demi pertanyaan menghujam keduanya, Kety dan Suzan terlihat ikut sedih menanggapinya.

"Pelan pelan, Nyonya. Jika tidak anda akan kembali sakit," Kety menenangkan Nyonya nya itu.

"Tuan Rico tertembak di dada nya hampir menghunus jantungnya," jawab Suzan yang tidak terlihat tidak sanggup melanjutkan setiap jawaban Clara.

Kety yang sedari tadi menyuapi Clara kini ia putuskan sebelah tangannya untuk mengelus elus pundak nyonya nya, Clara. Membiarkan nya seperti itu agar Clara tidak berujung sedih terus menerus.

"Tuan Rico berada di rumah sakit milik dokter Fian yang merawat Nyonya tadi, yang menembak Tuan Rico adalah musuh Tuan David dan tentunya musuh Nyonya juga," jelas Suzan yang tampak ikut sedih namun tidak mengeluarkan air matanya berbeda dengan Clara yang mengeluarkan air matanya.

Clara benar benar sedih, sahabatnya yang telah lama dengannya tertembak akibat dirinya sendiri. Walau ia tidak tau akan menjadi seperti ini, dan lagi pula Clara tidak memiliki musuh kecuali musuh dalam permodelan nya jika bukan David yang berbuat masalah siapa lagi. Ia menyesal meminta tolong untuk di lepaskan jika ia tahu akan jadi seperti ini tidak akan Clara lakukan. David memang penyebab semua masalah dalam hidupnya, ia tak bisa tenang sejak dengan David. Tidak bisa!

"Bagaimana bisa? Aku tidak memiliki musuh hanya karna bajingan sialan itu aku memiliki musuh," Clara tampak sangat sedih dan mengumpat kesal di sela sela kesedihannya. Kety benar benar tak tega melihat nyonya nya bersedih seperti ini.

"Musuh Tuan David mengincar nyonya karna nyonya istrinya, ketika kita mendarat dari pesawat nyonya dibangunkan namun tidak bangun dan sepertinya nyonya pingsan karna kelelahan maka Tuan Rico memutuskan untuk menggendong nyonya ke mobil Namun ketika sampai mobil—" cerita Suzan tidak kembali berlanjut karna Suzan mungkin tidak sanggup menceritakannya terlebih pasti itu adalah kejadian tembak menembak tepat di hadapannya, Clara bisa menebak itu.

"Namun kenapa Suzan?" Tanya Clara yang penasaran karna Suzan menghentikan ceritanya.

"Namun karna tuan Rico hanya merasakan jika ia terancam di daerah Italy saja maka hanya 3 bodyguard yang berjaga di German dan musuh Tuan David mengarahkan tembakan kepada Nyonya, Tuan Rico tau. Buru buru dia menghindari nya agar tidak mengenai nyonya lalu memasukan nyonya ke mobil menyuruh para bodyguard nya cepat cepat membawa ke rumah nya," jawab Suzan yang melanjutkan ceritanya.

"Tuan Rico mengalihkan para musuh Nyonya Agar tidak mengejar Nyonya, ia terkena tembakan tu-juh kali," lanjut Suzan yang benar benar sudah tidak sanggup melanjutkan nya.

"Tuan Rico baik, tidak hanya Nyonya yang ia jaga tetapi ia menjaga kita berdua agar tidak terkena tembakan nyonya," Kety ikut berkomentar.

"Apakah Rico masih hidup?" Tanya Clara yang air matanya tak bisa ia bendung, isak tangisnya memenuhi ruangan.

💕💕

Jangan lupa baca juga In The Night Mistake ya ^^
Langsung buka aja di profil aku^^

MAKASIH PICBU BERKAT COMMENT KALIAN AUTHOR SEMANGAT NGELANJUTIN CERITANYA

💕💕

Nikah Kertas ✅Where stories live. Discover now