EPS 12

13.4K 300 15
                                    

Sabtu , 9 Oktober 2010
06:33
Kantor David

"Maksud kamu apa Vid mau nikah sama wanita jalang itu, kamu mau membatalkan pernikahan kita HAH!?"

Clara membanting pintu ruangan David sebenarnya Clara sedikit takut dan sedih sampai sakit hati. Sekarang perasaan Clara bercampur aduk begitu saja layaknya adonan kue.

Berlarilah yang hanya Clara bisa lakukan. Entah kenapa kakinya melangkah menjauh dan matanya menurunkan air mata padahal Clara belum menyuruh kaki dan mata Clara melakukan demikian.

Tunggu apa maksudnya? Pernikahan kita? Berati David lah memainkan dirinya apa maksud dari pernikahan kontrak itu? Yang hanya nikah di atas kertas pun juga rencananya? Rencananya melukai dirinya? Membuat dirinya berharap dengan David.

Kalau tau David akan menikah Clara tidak akan menerima kontrak itu sedikit pun. Pernikahan bukan suatu yang bisa dimainkan dengan kontrak di atas kertas ataupun mainan untuk pelampiasan. Tak bisa kah David menanyai dirinya terlebih dulu sebelum memulai sebuah rencana besar yang melibatkan dirinya dan pernikahan.

Clara tak habis pikir dengan David, walau ia tidak mencintai David namun entah kenapa hatinya sakit ketika ia tahu bahwa ia harusnya menikahi orang lain. Clara hanyalah orang ketiga antara perempuan itu dan David. Clara hanya menjadi perusak antara kisah takdir mereka berdua atau jangan jangan ini takdirnya? Hanya tuhan yang tau itu.

Merasakan dirinya sedang di ikuti Clara menoleh kebelakang namun langkah kakinya masih berlari meninggalkannya sontak membuat Clara kaget melihat orang yang mengejarnya. David? David mengejarnya? Mengapa menjadi seperti ini?

Hingga Clara tersadar pegawai pada kantor David begitu antusias melihat Clara yang meracau pada kantor David berlari kesana kemari hingga lift. Menghentikan langkah kaki Clara tepat di lift sambil menekan tombol lift berdoa agar cepat terbuka dan ia tak harus menghadapi David dengan keadaan yang begitu buruk.

Namun takdir berkata lain. Lift terbuka bersamaan dengan David yang berhasil mengejar Clara, Clara dengan cepat memasuki lift dan menekan tombol asal berdoa lift itu akan menuruti perintah dalam pikirannya. Namun lagi lagi takdir berkata lain lift itu tertutup ketika David masuk berdiri di samping Clara.

Hanya ada dirinya berdua dengan David, diruang sempit dengan pintu lift yang sudah tertutup. Sekarang Clara lah yang kalah telak.

"Maaf," satu kata yang David katakan membuat Clara sangat terkejut karna seorang David bisa mengatakan hal demikian sangatlah langka dan tidak pernah sekali. Justru Clara sungguhlah malu karna air matanya terus mengalir padahal David sudah berada disampingnya.

"Tak apa, lagi pula hanya kontrak kan? Setelah dua tahun aku akan pergi," David sebenarnya tidak mengharapkan perkataan yang Clara katakan itu, David ingin mengatakan bahwa ia mencintainya namun bibir ini sulit untuk terucap.

"Bukan begitu, sebenarnya—" Clara dengan spontan memotong pembicaraan David karna dirinya sudah tidak nyaman dan segera ingin keluar, rasanya seperti meledak ledak.

"Jadi kau ingin merencanakan itu? Aku bisa membantu mu," Clara menundukkan kepalanya menghapus air matanya lalu menghadap David tersenyum menampilkan wajah yang bersungguh sungguh ingin membantu. Justru membuat David sakit hati karna tidak terlihat Clara mencintainya.

David yang kesal meluapkan dengan bibir indah yang Clara punya, menciumnya secara tiba tiba melahap habis hingga tak bersisa.

Pintu lift terbuka tanpa terlihat karyawan kantor David terlihat menunduk melihat bawah tak berani menatap boss nya yang sedang melakukan sesuatu yang sangat tidak bagus untuk di lihat dengan posisinya itu, jika ia berani melihatnya ia khawatir dengan posisinya yang akan dicabut alias di pecat.

Sedangkan Clara yang malu memberontak kasar mendorong dada bidang David lalu berlari meninggalkannya melangkahi kerumunan karyawan David yang menunggu untuk menaiki lift.

David malu didepan karyawannya ia di tolak mentah mentah oleh seorang wanita yaitu Clara. Tanpa pikir panjang David mengikuti langkah Clara yang mulai menjauh meninggalkan kerumunan karyawannya yang sedari tadi sudah membungkuk kan badan tanda memberi hormat.

"Ra!" Panggil David dengan tergesah gesah di area parkiran. Namun lagi lagi Clara mengabaikannya. Buru buru Clara masuk pada mobilnya yang sudah ia buka dengan alarmnya Kuncinya. Menutup pintunya lalu menguncinya tak lupa menyalakan mobilnya. Terlihat David yang sudah menggedor gedor pintu mobilnya, raut wajahnya yang tampak gelisah ingin menjelaskan sesuatu. Namun hatinya yang sudah terlanjur sakit sampai wajahnya malu untuk menatap David kembali, sungguh dirinya sangatlah bodoh.

Clara menancapkan gas mobilnya, membawa mobilnya pergi meninggalkan area kantor David beserta David yang sedang gelisah.

"Raa, bukan karna Aiira tapi karna memang aku memilih mu," ucap David pelan tanpa tenaga. Namun walaupun dirinya tanpa tenaga ia menyuruh bawahannya untuj mengejar Clara, membuntutinya berharap tidak terjadi apa apa.

David menaiki mobilnya yang sudah di siapkan para bawahannya, menancap gas nya kembali mengejar ketertinggalannya mengejar Clara sambil berharap tidak terjadi apa apa dengan Clara.

Sedangkan yang di kejar, Clara. Mengendarai mobilnya menuju apartemen milik temannya, teman dekatnya. Hanya teman dekatnya lah yang menjadi rumahnya untuk bercerita karena sekertaris pun tak ada harapan, ia sedang berlibur. Clara tak mau mengganggu waktu liburan Suzan, sekertarisnya itu.

Clara menghentikan mobil di area parkiran milik apartemen temannya itu, memarkirkan nya. Clara keluar dari mobil sambil menelpon teman dekatnya itu, Clara takut ia salah datang untuk waktu yang tak pas seperti 10 menit yang lalu ia lakukan.

"Hai, Babe ada apa?" Candaan Rico di seberang telponnya. Clara melangkah memasuki lift apartemen temannya Rico, sambil menekan tombol menuju lantai yang di singgahi Rico.

"Aku sedang di apartemen mu ingin mampir, lagi ada di apartemen gak?" Tanya Clara to the point, Rico terdengar seperti sedang tersenyum mendengarnya.

"Wahhh Ra sepertinya kamu dateng di waktu yang salah aku sedang di luar negri," Rico terdengar sedang bercanda menggunakan nada menggoda nya itu. Clara keluar dari lift melangkah menuju apartemen milik Rico, sebenarnya bukan Apartemen lebih ke Penthouse karna terletak di paling atas dan paling luas hanya ada milik Rico saja.

"Wahhh kalo gitu aku balik saja ya?," Clara tersenyum simpul menanggapi candaan temannya itu. Clara berdiri tepat di depan pintu Penthouse milik Rico, ketika Clara ingin menekan tombol bell meminta izin untuk masuk Rico sudah membukannya pintu sebelum Clara menekan bell tersebut

" Bercanda, Raa, masuk saja," Clara melangkah masuk, duduk pada sofa milik Rico dan mematikan sambungan telponnya dengab Rico. Toh sekarang sudah berhadapan, menghabiskan tagihan telepon dsja kalau dilanjutkan.

Rico ikut duduk berhadapan pada Clara ia melihat lekat wajah Clara yang terlihat buruk seperti habis menangis.

💕💕

MAKASIH PICBU BERKAT COMMENT KALIAN AUTHOR SEMANGAT NGELANJUTIN CERITANYA

KOMEN KALIAN MAKIN DIKIT:(

💕💕

Nikah Kertas ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang