EPS 39

4.1K 181 26
                                    

Clara yang tubuhnya lemah berusaha mengangkat badannya, berusaha menggerakkan badannya keluar kamar, melihat apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi baru saja membuat dirinya terduduk, Clara tak sanggup lagi untuk berdiri. Rasa badannya seperti kaku, seperti sudah lama tidak benar benar menggerakkan nya. Sangat kaku.

Karna Clara tak sanggup ia memilih duduk dan menyandarkan punggungnya di sisi kepala kasurnya, menunggu seseorang masuk ke kamarnya. Semoga hal yang terjadi benar benar hanya mimpi Clara semata, itu yang Clara harapkan.

Ide di kepala Clara kemudian bermunculan, gelas kaca yang ada di nakasnya dengan air yang sedikit terisi bisa menjadi bawaan idenya begitu saja.

Clara dengan seluruh tenaganya berusaha menyenggil gelas itu dengan kasar hingga terjatuh. Puing puing pecahan menyelimuti ruangan. Clara berharap suara ini akan membantu nya meredakan keributan di luar sana.

Prank!!!

Kedua laki laki yang tadi terdengar ribut di luar sana seketika mendengarnya langsung bergerak masuk melihat keadaan.

David? Dan seorang laki laki yang berpakaian dokter? Mengapa David? Terakhir kali Clara bersama Rico dan Clara sampai sekarang masih berharap jika itu hanya mimpi tetapi ini apa? Ini bukan mimpi.

"Kau sudah bangun, sayang?" Tanya David yang jelas jelas di depannya adalah jawabannya. Jika Clara belum terbangun lalu ini apa, memang David sedikit aneh dan gila. Clara menanggapinya dengan diam terlebih itu adalah pertanyaan bodoh yang Clara dengar pertama kali setelah ia terbangun.

David menyenggol pria yang berpakaian dokter itu untuk segera maju menangani, "Cek lah Bajingan! Malah diem aja!"

"Be patient, Dude," balasnya pri yang berpakaian dokter itu dengan nada kesal.

Percakapan macam apa itu ketika seorang dokter dan wali pasien terdengar Toxic, bukan percakapan yang seharusnya. Jangan jangan? Mereka memang berteman, SHITT! Bisa bisa nya Clara di rawat oleh seorang pembunuh dan teman pembunuh. Ia benar benar akan mati di rumahnya sendiri. Ya tuhan.

Dokter itu mulai memeriksa Clara dari kepalanya, detak jantung nya, dan suhu tubuhnya. Benar bensr keseluruhan tubuh Clara di periksanya dengan sungguh sungguh.

"Bagaimana?" Tanya David pada dokter itu. Tampaknya Clara belum pernah melihat David sebegitu khawatirnya, keringatnya bercucuran padahal di dalam kamarnya terdapat AC yang sudah menyala sangat dingin. Mata David tak lepas lepasnya menatap Clara yang tubuhnya melemah.

"Sudah membaik, hanya saja ia butuh istirahat yang penuh," jawab dokter itu. Senyumnya terukir ketika ia menatap mata Clara.

Clara yang benar benar bingung hanya terdiam. Sepertinya dokter itu mengenali Clara tetapi mengapa dirinya saja yang tak kenal dengan dokter itu.

"Sebaiknya ia diberi sedikit makan dahulu lalu biarkan ia istirahat, tidak baik jika terus menerus memberinya infus," lanjut dokter itu dengan sarannya. Tunggu, terus menerus? Memang dirinya sudah berapa lama tidak siuman? Ahhh terakhir kali Clara ingat dia ada di pesawat dengan Rico dan Clara hanya menutup matanya sebentar untuk tidur dalam perjalanan nya. Tetapi mengapa tiba tiba ia disini? Tanpa Rico melainkan David.

"Yasudah, bilangin ke Kepala pelayan nya untuk membuatkan nya makanan!" Ucap David tak sopan.

"Hey, aku hanya dokter tak bisa kau menyuruh nyuruh ku seperti itu, you are Crazy, Dude," balas dokter itu kesal.

Dokter itu kemudian keluar dari kamar Clara dengan perasaan yang kesal karena David yang bisa membuat siapa saja naik emosinya lewat perkataan bahkan perbuatan nya.

"Dimana Rico?" Tanya Clara to the point ketika dokter itu sudah benar benar keluar.

Clara merasa ada yang hilang karna tidak melihat batang hidung sahabatnya itu, seingat Clara terakhir kali ia bersama Rico.

David meremas handphone yang ia genggam nya, meremasnya dengan kuat, menahan emosinya karna justru pertanyaan pertama dari istrinya yang sudah Sepuluh hari menyandingkan statusnya itu adalah pria lain yang bukan dirinya.

"Bagaimana keadaan mu? Ada yang terasa sakit?" Justru David mengalihkan topiknya menggantinya dengan pertanyaan kembali.

Clara tanpa pikir panjang menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku dan lemas, kini tujuan utamanya adalah mencari Rico karna jika tidak ia mungkin Hanya akan mendengar berita Duka dari mulut orang lain. Jangan sampai Rico terbunuh dengan tangan pembunuh itu, yang di maksud Clara adalah David.

"Kamu menggerakkan tubuh mu sedikit, nyawa pelayan kesayangan mu jadi taruhannya," perintah David dengan tegas tanpa basa basi sambil memegangi tubuh Clara agar tetap di tempatnya tanpa menggerakkan seujung tubuh pun.

"Kety?" Tanya Clara. Ahhh ternyata yang di harapkan justru berbalikan.

"Ya."

"Dimana Kety!?" Tanya Clara lagi drngan nada teriaknya. Namun, tubuhnya masih terdiam tanpa gerakan sedikit oun karna David memeganginya, mencegah nya untuk bergerak dengan tubuh yang sangat lemah ini. Karna lemah dan juga lelah Clara memutuskan diam tak mengherankan tubuhnya jika ia menggerakkan nya bukan David yang ia takuti tetapi dirinya sendiri, ia tak mau terjadi sesuatu yang merugikan diriñha sendiri jika ia bertindak gegabah.

"Dimana Kety?!" Tanya Vlara lagi pada David yang kini jaraknya benar benar dekat karna David menahan tubuhnya.

Tangan David beranjak memegangi wajah Clara, ia pegangnya dengan satu tangan sambil mengelus elus pipi Clara menggunakan sisi jarinya, "Dia masih ada sedang menyiapkan makanan mu, Sayang."

"Atau sebelum kamu makan mau menjadi makanan ku dulu?" Bisik David pada telinga Clara dengan tangan yang masih memegang wajah Clara. Namun berbeda, David mencengkeram kuat wajah Clara, menahan amarahnya karna Clara menanyai pria lain di bandingkan dirinya.

Apakah ini rasa cemburu? Ya!  Nikah kontrak adalah caranya untuk mendapatkan Clara! Hingga Clara merasakan cinta padanya dalam jangka dua tahun, lebih dari itu mungkin David akan melepaskannya atau memaksanya untuk tinggal? Sepertinya pilihan kedua lebih bagus, Rencana yang David miliki harus berjalan dengan benar! Hanya karna Rico rencananya melenceng habis.

"Dasar bajingan! Kau masih berpikiran kotor padahal aku sedang sakit seperti ini! Bajingan!" Balas Clara penuh umpat, memang David benar benar gila. Dirinya saja masoh berbaring lemah seperti ini tetapi ia justru memanfaatkan nya. Dasar Gila.

David tersenyum picik, "Kotor? Aku hanya rindu, Sayang."

Justru David lebih menyukai Clara mengumpat tentang dirinya bahkan marah sekali pun dibandingkan David harus mendengarkan Clara yang membahas tentang pria lain, Rico. Itu akan hanya membuatnya kesal.

Dengan penuh tenaga Clara menampar pipi kekar David denga kencang, ya! Sisa sisa tenaga nya mampu melakukan itu, itu oantas untuk David yang hanya memikirkan hal kotor ketika dirinya masih berbaring lemah seperti ini. Memang David benar benar gila. Satu satunya pria yang Clara kenal dengan pikiran gilanya hanya David, dan akan selalu seperti itu. Bajingan! Gila!

💕💕

Jangan lupa baca juga In The Night Mistake ya ^^
Langsung buka aja di profil aku^^

MAKASIH PICBU BERKAT COMMENT KALIAN AUTHOR SEMANGAT NGELANJUTIN CERITANYA

💕💕

Nikah Kertas ✅Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin