Chapter 32 - Love and Obsession

149K 15.5K 2.9K
                                    

bintangnya pencet dulu ✨

"Pergi ke alamat yang barusan kukirimkan, lalu dalam sepuluh menit kau sudah harus mengirimkan passwordnya," titah Ace kepada seseorang di seberang sana.

Setelah itu Ace beralih untuk menghubungi Romeo. "Gantikan aku untuk menghadiri pertemuan dengan Gubernur Michigan, aku ada urusan yang jauh lebih penting sekarang."

Romeo tidak banyak bertanya dan langsung menuruti perintah Ace. Berikutnya Ace mematikan sambungannya dan menyimpan ponselnya di saku jas. Terdiam sebentar di atas kursi mewahnya. Mata cokelat terangnya menatap lurus ke depan, tepatnya, kepada dinding marmer berwarna cokelat gelap yang menatapnya balik dengan dingin.

Ya, Cassie lebih penting dari apa pun. Untuk bisa bersamanya kembali, aku akan melakukan apa saja, termasuk mencabik-cabik dunia dan seisinya jika memang harus.

Zenith, ibunya, adalah satu-satunya orang yang ia sayangi, dulu. Namun sekarang, orang yang ia sayangi bertambah satu lagi, yaitu Cassandra Dewi.

Ace tidak pernah mencintai orang lain. Dia hanya mencintai diri sendiri. Mementingkan dirinya sendiri. Egois. Manipulatif. Eksploitatif. Licik. Tidak ingin dikalahkan---oleh siapa pun juga. Serta ingin menang sendiri.

Aku tidak pernah mencintai orang lain selain diriku sendiri, tapi sekarang, aku mencintai Cassandra Dewi.

Cinta ….

Obsesi ….

Jadi satu.

Bagi seorang Ace Javarius Dieter, cinta adalah sesuatu hal yang rumit dan tidak penting, lalu Cassandra datang, dan secara tidak langsung mengenalkannya kepada cinta. Menyeretnya paksa untuk tenggelam di dalam perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Hati Ace yang mulanya bebas, kini justru diperbudak.

Diperbudak oleh cinta.

Setelah puas berdiam diri dan tenggelam dalam pikirannya sendiri, Ace bangkit, menuju sebuah lemari kaca untuk mengambil satu benda di sana.

"Oke, mari kita mulai permainanya," ucapnya seraya merapikan jasnya lalu melangkah keluar dari ruangan gelap tersebut.

"Sex party? Kapan?"

Ander terus melangkah menyusuri jalanan menuju arah apartemennya dengan ponsel yang ia tempelkan pada telinga. Sekantung plastik berisi minuman kaleng beralkohol menggantung di sebelah tangannya---ia membelinya dari minimarket untuk persediaan selama dua hari ke depan.

"Sudah pasti ikut. Tapi, jangan ada trap lagi, oke? Terakhir kali aku mengajak making love seseorang yang terlihat paling cantik di pesta dan saat kubuka isinya malah waria. Aku tidak ingin beradu pedang." Ander bergidik ngeri mengingat kejadian itu lagi. "Menjijikkan."

Begitu sampai di depan pintu apartemennya, Ander mematikan sambungan telepon. Mengetikkan kode, lalu membuka pintu dan masuk. Setelah kembali menutup pintunya, suara berat dari belakang mengagetkannya hingga kantung plastik berisi kaleng minuman itu terlepas dari tangannya dan terjatuh.

"Yo."

"Fuck!" kaget Ander menoleh ke arah sumber suara.

Seorang pria berjas rapi duduk di atas kursi sambil menyilangkan kaki dan menatapnya dingin. Setelah sadar bahwa wajah pria itu terlihat familiar, mata kelabu Ander membelalak.

"Ka-- kau?"

"Ace," ujar Ace santai seraya bangkit dari duduknya. Melangkah pelan tapi pasti untuk lebih dekat kepada Ander yang termundur hingga punggungnya menabrak pintu.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang