41. Let Me Go

876 69 4
                                    

"Woy Ra, ngelamun aja lo. Lo dengerin cerita gue nggak sih?" Didit melambaikan tangannya di depan wajah gue, mengembalikan kesadaran gue yang tadinya sedang mengawang meratapi nasib hingga kini kembali ke dunia nyata.

"Hah? Sorry sorry. Gimana?"

Didit baru saja kembali ke tanah air dua hari lalu, dia akan berada di Indonesia selama kurang lebih satu bulan. Dan saat ini kami sedang berada di salah satu restoran di pacific place, berkat paksaan Didit yang meminta gue untuk menemaninya makan siang.

"Mampus laahh, baru pertama kali ini gue lihat lo kayak orang bego gini. Si Allen parah ya." Mendengar ucapan Didit, gue hanya mampu memutar mata. Sungguh kampret si Didit kalo ngomong.

"Udahlah nggak usah bahas dia. Gimana, lo mau gue ngapain di channel youtube lo?"

"Jadi guest star gue. Gue mau ngangkat topik pernikahan dini buat minggu depan."

Didit melanjutkan topik pembicaraan kami yang sengaja gue ubah, sahabat gue ini selalu tau apa yang harus mereka lakukan. Dan kali ini Didit tau pasti kalau gue sudah muak dengan bahasan tentang Allen, meski dalam lamunan sosok Allen adalah orang pertama yang hadir dan mengusik pikiran gue. Mengalihkan pikiran adalah cara terbaik untuk gue saat ini agar tetap waras, dan Didit sangat membantu untuk itu.

Dan hai, for your info, seminggu setelah pertunangan Allen, seisi kantor heboh bergosip mulai dari A sampai Z. Dari yang mereka bilang Allen di jodohkan, sampai Allen yang menghamili tunangannya -mereka tidak tau tentang Kyra- sehingga mereka harus menikah dengan buru-buru. Orang-orang kantor memang tidak diundang dalam acara pertunangan itu, hanya keluarga besar kedua belah pihak, kolega bisnis, dan beberapa teman dekat keduanya. Jadi berita tentang pertunangan itu baru terdengar seminggu setelah hari pertunangan itu dilangsungkan.

"Kenapa gue coba. Gabung ke komnas anak aja kagak, tau apa gue."

"Woy nggak usah bawa-bawa komnas anak juga kali. Yang mau gue bahas itu lebih ke berbagai pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum nikah, seperti yang lo bilang, persiapan dari segi psikologis, biologis dan sosial budaya. Dan bukanya muji nih, lo itu yang paling passionate Ra soal isu-isu sosial gitu."

"Males ah gue. Ntar gue famous lagi, terus banyak orang yang kepo soal kehidupan gue."

"Woy neng, lo lupa followers Instagram lo berapa? Hampir 30 ribu, bujubuneng." Didit dengan semena-mena menonyor kepala gue pelan.

"Ish, tangan lo itu kotor Didiiitt!" Dengan jengkel gue mengeplak lengan Didit. Gimana enggak, Didit baru saja memegang ayam dengan tangannya, terus nyentuh rambut gue. Kurang ajar memang ni anak.

"Maaf Ra, maaf." Masih sempat-sempatnya pula si Didit nyengir tanpa dosa. Ampun, gue hanya mampu memutar mata untuk kedua kalinya.

"Ayolah Ra, sekarang kan concern lo di pendidikan. Lumayan kan lo bisa ngasih edukasi soal sex, dampak pernikahan dini, persiapan sebelum memutuskan menikah, dan lain-lain. Masak lo nggak mau sih Ra. Lo lihat sendiri kan anak muda Indonesia sekarang gimana, pada ngebet banget kawin." Didit kembali melancarkan aksi bujukannya. Kali ini dengan matanya yang dikedip-kedipkan sok manis.

"Iya oke iya, gue mau." Akhirnya gue mengalah, lagipula ucapan Didit memang benar.

Edukasi melalui platform youtube memang sedang trend sekarang. Gue sudah cukup bersyukur karena konten youtube channel milik Didit tidak mengikuti pasaran yang hanya mengedepankan hiburan tanpa aspek edukasi sama sekali, misalnya prank sana sini atau mengumbar kekayaan, meskipin Didit sangat mampu melakukan itu. Sahabat ternyebelin gue ini justru memberikan konten-konten edukatif dari yang dia suka misalnya dunia photography, music dan film, sampai isu-isu sosial dan pengalaman pendidikannya di negeri kanguru, Australia.

Caffeine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang