5. Let's Get Started

2.6K 217 3
                                    

Hari ini adalah hari terakhir gue di London. Waktu memang cepat banget berlalu, kayaknya gue baru sampai London kemarin eh besok udah harus balik lagi ke Indo. Sejujurnya gue masih sangat betah tinggal di London, terutama gue masih betah gangguin si tembok Azka.

Mengenai perkembangan hubungan gue dan Azka, semuanya berjalan sesuai yang Azka mau, karena apa? seminggu yang lalu akhirnya gue memutuskan untuk nerima Azka jadi pacar gue. Dari gue orok sampai udah mau lulus kuliah S1, ini adalah pertama kalinya gue punya pacar.

Catet teman-teman –pertama kali-, nggak usah pada heran kenapa gue nggak pernah pacaran selama ini karena gue pun juga nggak ngerti alasannya, gue nggak pernah tertarik untuk bener-bener pacaran selain alasan ayah gue yang emang rada overprotektif kalo udah berhubungan sama cowok.

Begitu juga alasan kenapa sekarang gue mau menerima Azka, nggak ada alasan khusus memang, gue hanya merasa nyaman, nyambung dan aman. Gue pun nggak tau tepatnya sejak kapan gue merasa nyaman di dekat Azka, yang gue tau Azka teman yang baik untuk bercerita dan berdebat. Dia tau tentang banyak hal dan gue belajar banyak hal darinya. Hmm, salah satu kriteria cowok gue memang harus pinter.

Bukankan tidak ada alasan untuk sebuah cinta, kata orang yang lagi kasmaran mah gitu. Berasa jadi anak ABG, taelaah.

Pernah ada yang bilang, kamu akan dipertemukan dengan the right man, in the right time and the right place. Maybe Azka is that man, 21 years of my age is that time and London is that place.

***

Baru seminggu pacaran dengan masa perkenalan sepuluh hari dan besok udah harus LDRan. Luar biasa gila bukan. Santai gue memang udah gila dari dulu, jadi nambah satu kegilaan lagi nggak akan jadi masalah.

Malam ini ceritanya kita –gue, bang Praga, teh Alin, Azka- sedang mengadakan acara perpisahan, makan malam terakhir gue di London. Besok pagi buta penerbangan pertama, gue sudah harus meninggalkan apartemen bang Praga menuju airport.

"Lo kenapa dek diem aja dari tadi?" Bang Praga orang pertama yang membuka suara saat kami sudah berkumpul di meja makan.

"Gue masih nggak rela ninggalin London." Gue menjawab dengan nada sedih, siapa tau dengan begini bang Praga mau bujukin Bunda biar waktu pulang gue ke Indo bisa diundur.

"Alibi lo dek, bukan London yang nggak rela lo tinggalin, tapi seseorang yang ada di Londan kan?" Bang Praga sengaja menekankan kata 'seseorang' dikalimatnya, diperjelas dengan lirikannya pada Azka yang duduk berhadapan dengan gue.

"Kalo iya emangnya kenapa? Gue baru pacaran seminggu terus harus LDRan menurut lo gimana perasaan gue bang."

Iya, gue orangnya emang cukup blak-blakan, gue tipe cewek yang nggak ada jaim-jaimnya, jujur pada diri sendiri itu penting menurut gue. Dari pada gue sok-sokan tegar, padahal di hati nangis kejer.

"Inget janjinya sama Bunda dek. Nurut sama Bunda, InsyaAllah nanti hubungannya lancar." Teh Alin ini emang dewasa banget, setiap omongannya salalu bikin adem. Heran gue cewek alim gini mau sama bang Praga yang kelakuannya begitu.

"Ayah bunda nggak tau Lin kalo Fara udah punya pacar disini." Saut bang Praga.

"Serius dek? Lo nggak bilang ayah bunda?" Teh Alin terlihat kaget saat gue mengangguk lemah untuk menjawab pertanyaannya.

"Ya gimana teh, ayah anti banget kalau Fara ada dekat sama cowok. Tapi Fara janji bakal bilang ke ayah bunda kok teh." Gue malakukan pembelaan, setelahnya gue melirik ke arah Azka yang sejak tadi diam mengamati perbincangan di meja makan ini.

Dari yang gue lihat ada rasa nggak suka di mata Azka saat bang Praga bilang kalau gue belum ijin ke ayah bunda sebelum nerima dia jadi pacar gue. Ya, gue emang salah karna nggak bilang kalau ayah sulit banget nerima cowok disekitar gue apalagi untuk berstatus sebagai pacar.

Caffeine (Completed)Where stories live. Discover now