11. I Love You No Reason

1.9K 127 1
                                    

Kalau kata mas Calum Scott dalam lagu you are the reason, dia bilang, 'There goes my heart beating, Cause you are the reason. There goes my mind racing, And you are the reason'. Kalau kata orang normal mah, bukan you are the reason. Secara my heart beating ya memang tugasnya dia, jantung ada dalam tubuh kita tugasnya untuk memompa darah, jadi bukan buat orang lain doi berdetak, tapi buat diri kita sendiri.

Begitulah kiranya kalau dipikir secara logika, tapi akan beda lagi kalau yang sedang bicara adalah seseorang yang sedang jatuh cinta. Rasanya syahdu bener denger lirik begituan, imajinasi sudah terbang kemana-mana. Paham gue mah sekarang soal begituan, lah gue juga berasa jadi bucin bucin mandja begini. Dimanapun, bareng siapapun, lagi ngelakuin apapun, pasti terselip bayangan dia. Eleh eleehh.. racunnya Velis berhasil merasuk ke jiwa gue sepertinya. Tapi santai, orang yang berhasil membuat gue layaknya abg labil yang lagi bucin dadakan, sekarang sudah ada di depan gue, nggak ada deh katanya gue bakal galau-galauan karena dengerin lagu lagi.

Sekarang Azka sedang membatu ayah memasukkan koper-koper ukuran sedang ke dalam bagasi mobil. Jadi, hari ini sesuai rencana, sebagai hadiah kelulusan gue yang akhirnya bergelar S.E, ayah, bunda, gue, Azka, Velis, Didit, tante Rieta –mamanya Velis- akan berlibur beberapa hari ke Bali. Semalam Azka dan Didit sudah menginap di rumah gue, kecuali Velis yang memang rumahnya nggak jauh dari rumah gue jadi nggak ikutan nginep.

By the way, waktu hari terakhir gue di London gue pernah janji ke Azka akan menceritakan tentang hubungan kita ke ayah dan bunda, sekaligus meminta restu. Gue sudah menepati janji itu setibanya gue di Jakarta. Ayah sudah kelihatan nggak suka banget waktu gue menceritakan tentang hubungan kami, sampai akhirnya beliau meminta gue untuk menghubungi Azka karena beliau ingin berbicara langsung ke pria yang cukup dadakan dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya berubah status menjadi pacar gue. Gue nggak tau pasti apa yang mereka bicarakan waktu itu, tapi yang pasti, Ayah untuk pertama kalinya mengijinkan gue dekat dengan cowok lebih dari sekedar teman.

Kalau soal Didit, gimana ayah bisa menganggap Didit seperti anaknya sendiri itu berawal dari cerita konyol gue sewaktu SMA. Dulu jaman SMA setiap sekolah pasti ada acara pensi kan, ketiban acara pensi sekolah gue yang memang diadakan di malam hari, gue dijemput temen cowok gue. Eh, tapi gue belum keluar rumah, temen gue itu udah ngacir duluan ninggalin gue. Singkat cerita pas nyampe sekolah gue tanya ke dia, ternyata eh ternyata doi takut sama ayah, katanya waktu ketemu ayah gue dia ngerasa seperti maling cangcut siap digebukin. Makanya sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, doi kabur duluan. Kocak kan.

Nah temen gue itu tidak lain adalah seorang bernama Diardi Putra Dinata alias Didit. Sepulang pensi -yang akhirnya gue dianter ayah-, gue cerita tentang Didit itu, ayah sama bunda udah ngakak nggak karuan. Terus beberapa waktu kemudian gue pulang sekolah dianterin Didit sampai rumah, dan kebetulan juga ayah lagi nyuci mobil di luar, Didit udah mau ngacir lagi waktu itu, tapi gagal karena keduluan di panggil ayah. Inget banget gue gimana konyolnya dia waktu ngadep ayah. Singkat cerita, ayah jadi bisa akrab sama Didit sejak saat itu.

***

"Faraa.. tengokin pintu belakang neng, bunda kayaknya lupa ngunci." Titah bunda itu terdengar ketika gue sudah hendak mengunci pintu depan, membuat gue hanya mampu menghela napas.

"Siap bunda." Gue kembali membuka pintu, melaksanakan titah sang ibunda ratu.

Tepat saat gue mengunci pintu depan selepas memeriksa semua pintu dirumah, Velis dan mamanya tiba di rumah gue, diantar oleh mang Jono, supir keluarga mereka. Setelah memastikan semua siap, kami bertujuh berangkat menuju bandara. Dalam mobil yang gue tumpangi ada ayah bunda di kursi tengah, dan Azka di kursi kemudi di samping gue. Sedangkan Didit ikut di mobil Velis.

1 jam 50 menit mengudara di langit bumi pertiwi, menempuh jarak 861 km, akhirnya gue dan rombongan tiba dengan selamat di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai. Kami langsung menuju ke hotel yang telah di booking sebelumnya untuk check-in dan meletakkan segala macam barang yang kami bawa. Yakali kan langsung jalan-jalan sambil nyeret koper, dikira orang yang baru diusir dari kontrakan ntar.

Caffeine (Completed)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon