1. Light in Your Eyes

14.8K 660 8
                                    

Someday someone is going to look at you with a light in their eyes you've never seen, they'll look at you like you're everything they've been looking for their entire lives. Wait for it.

~P~

Heathrow Airport, London.

Dengan bersedih hati gue akan mendedikasikan hari ini sebagai hari tersial gue. Kenapa? hp gue hilang pemirsa. The one and only my honey bunny swetty menghilang!

Kejadiannya bermula ketika gue baru saja mendarat di Bandara Internasional London, dengan misi menemui abang tercinta gue yang dengan senang hatinya mendapat pekerjaan di negara kelahiran pangeran William ini. Menemui abang itu alibi sih sebenernya, gue mahasiswi semester akhir yang sedang menikmati liburan untuk terakhir kalinya sebelum drama perskipsian dimulai.

Karena gue kelaparan yang rasanya seperti gelandangan yang nggak makan dua hari. Akhirnya setelah berurusan dengan pihak imigrasi dan selesai dengan antrian panjang untuk mengambil koper, gue langsung bergegas menuju restoran terdekat, tentu saja masih di dalam area airport. Long story short, sehabis makan gue tinggal begitu aja hp kesayangan gue di meja restoran itu, pinter banget kan gue. Tau kan, kalao orang itu pas laper lemot pas kenyang bego. Nah gue salah satu dari sekian banyak orang itu.

Bodohnya lagi, gue baru sadar kalau hp gue nggak ada adalah saat gue akan hubungin abang gue untuk minta dijemput, which means it's almost 30 minute after eating. Gue panik dong, gila aja, tau kan buat orang yang hidup di jaman kemajuan teknologi itu hp lebih penting dari pada dompet. Langsung aja gue seret koper gue balik ke restoran itu.

Dan begitu sampai di restoran, gue benar-benar kehilangan harapan, gone, my phone is gone, gue nggak menemukan keberadaan ponsel pintar gue disana. Sedih? Pasti. Tapi ya ikhlasin aja lah ya, salah gue juga yang terlalu pinter. Mau dicari juga gimana nyarinya, gue udah tanya waiters di restoran itu dan dia bilang nggak tau. Ditambah lagi gue udah tepar bin jet leg sampe otak gue nggak sunggup mikir lagi. Jadi ikhlas adalah satu-satunya hal yang terpikirkan saat ini.

Bak kaum Firaun yang akhirnya mendapat hidayah, gue tersenyum senang. Mata gue yang hobby melihat sesuatu yang bening-bening kini ternyata ada faedahnya. Gue melihat seorang pria rupawan yang tiba-tiba nyelonong keluar dari restoran, melewati gue yang sebenarnya lebih dulu mencapai pintu.

Teringatlah gue kalau pria itu adalah pria yang duduk di meja pojok restoran, pria yang makan sambil telponan, yang diam-diam gue perhatikan karena wajahnya mengalihkan duniaku. Astaga, disaat seperti ini otak gue tetep aja nggak waras. Intinya yang paling penting adalah pria alias laki-laki alias cowok alias pemuda itu pengguna my national language, bahasa Indonesia.

Langsung saja otak pintar gue bekerja ekstra dan munculkan sebuah ide. Dengan cepat gue menyusul pria itu.

"Mas, masnya orang indo ya?" Oke fine gue harus memutuskan urat malu gue sekarang, secara seorang Prita Faradista yang biasa dikejar-kejar cowok cuman buat kenalan atau minta nomor telpon -gila songong banget gue, hiperbola sih ini jadi jangan dimasukin hati hehe-, sekarang harus membuka pembicaraan lebih dulu dengan pria yang entah siapa itu, dan demi apapun dengan wajah datarnya itu cuman menatap gue seolah bilang 'kenal ya mbak?' pengen ngumpat!

"Mas, saya lagi ngomong sama situ loh. Kok diem aja."

Demi Sun Go Kong si Kera Sakti, kalau gue nggak butuh banget buat pinjem hpnya udah gue tinggal pergi ni cowok. Ganteng sih ganteng tapi tampangnya ngeselin juga lama-lama. Sabar Ra sabaarr. Salah lo juga sih yang pinter banget, kenapa coba nyatet alamat apartemen bang Praga di hp juga. Sekarang lo mau gimana lagi.

"Apa?" Akhirnya laki-laki nan rupawan itu mau buka suara juga. Tapi suaranya, astaga. Teduuhh.. ya Allah sadar Ra sadar, kaki lo udah pegel minta tiduran di kasur jadi cepet pinjem hpnya dan kemudian, selesai.

Caffeine (Completed)Kde žijí příběhy. Začni objevovat