2. Meeting You Again

7K 430 10
                                    

Meeting you was like listening to a song for the first time and knowing it would be my favorite.

~P~

Setelah dua hari full setibanya gue di London dan hanya menghabiskan waktu dengan mendekam nggak jelas di apartemen bang Praga, akhirnya hari ini gue akan keliling kota London. Tentu saja gue nggak sendiri. Gue akan jalan-jalan ditemani teh Alin alias Alina Lalitya Khinanti calon istri bang praga, calon kakak ipar kesayangan gue, yang jelas akan lebih gue sayang dari pada abang sok ganteng itu.

Just for your info, berbeda dengan bang Praga yang berada di London karena bekerja, teh Alin ini kebetulan lagi balik ke London untuk mengurus dokumen-dokumen kelulusan S1-nya dia disalah satu universitas di sini.

Setelah menunggu teh Alin menjemput gue di apartemen, akhirnya gue bisa menghirup udara segar kota London di pagi hari. Sebenarnya bukan yang seger banget sih, cenderung dingin malah. London ini memang punya iklim yang bisa dibilang cukup ekstrim. Hari ini bisa panas, lalu besoknya hujan. Atau seperti kemarin yang langitnya bisa sangat cerah, tapi hari ini langit cukup berawan dan angin berhembus cukup kencang. Labil banget deh pokoknya. Mana lebih sering mendung dari pada cerah.

Disini itu penting banget untuk sedia payung sebelum hujan. Lihat saja kakaknya Sherlock Holmes alias Mycroft Holmes yang selalu bawa payung kemana-mana.

Back to main topic. Seperti penduduk asli London pada umumnya, gue dan teh Alin memilih berjalan kaki menuju London Bridge, salah satu tempat yang banyak dikunjungi turis saat berlibur ke London. Untungnya London Bridge ini nggak terlalu jauh dari apartemen bang Praga, jadi gue nggak perlu ngerasa gempor karena nggak biasa jalan kaki. Tau sendiri kan gimana kebiasaan orang Indonesia, cuman mau beli terasi di warung samping rumah aja naik motor. Hmm.. kebiasaan yang entah kapan bisa berubah.

Selama perjalanan, gue banyak cerita sama teh Alin, karna sama-sama perempuan kali ya dan masih seumuran juga makanya gue ngerasa lebih nyambung ngomong sama teh Alin ketimbang sama bang Praga. Kalau sama bang Praga mah ngomongnya nggak pakai mulut tapi pake tangan sama kaki. Tau kan maksudnya.

Menurut kalender, sekarang ini di London sedang memasuki musim semi, jadi sesuai lah dengan hawanya yang adem gitu, atau seperti yang gue bilang sebelumnya, cenderung dingin. Setiap ada angin yang numpang lewat, rasa dinginnya bisa tiba-tiba bikin gemeter. Kalau cek temperature sih suhunya menunjukkan angka 13° C. Ha ha gue ngelawak deh ini, 13° mah dingin, bukan adem lagi. Tapi untungnya udaranya cukup bersih dari polusi, jadi meringankan untuk pejalan kaki.

Long story short setelah menikmati London Bridge lebih dari 2 jam yang tentu saja 2 jam itu dihabiskan untuk photo-photo. Biasa, buat ngasih makan sosial media. Kan anak muda jaman now sister. Pose dikit, cekrek, gerak gikit, cekrek. Berasa iklan deh gue. Sekarang tibalah waktunya untuk makan siang, perut gue udah demo dari tadi minta diisi.

Gue sama teh Alin memutuskan untuk makan siang di The Perkin Reveller, kata teh Alin The Perkin Reveller ini salah satu restoran favorit turis-turis yang datang ke London Bridge.

Kami memilih duduk dimeja dekat jendela, karena gue dan teh Alin datang kesini dengan judul 'makan siang yang udah telat' secara sekarang udah jam 14.15 waktu London, jadi di sini tidak terlalu ramai seperti kalau kita datang tepat saat jam makan siang.

Di sini gue pesan Chargrilled West Country Sirloin (buseett susah ya namanya, untung gue nggak kesrimpet waktu nyebutin menunya ke waiters, kan bisa malu aing). Sedangkan teh Alin memilih menu Rocket Pesto Linguine, si rocket ini itu semacam salat sayur yang dikasih keju. Katanya, teh Alin lagi diet biar pas nikah sama bang Praga penampilannya bisa paripurna alias sempurna bisa bikin bang Praga jatuh cinta lagi (padahal nikahnya juga masih 8 bulan lagi).

Caffeine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang