Pria itu berdiri, menarik satu tanganku agar bangkit dari duduk malasku yang tak senang meninggalkan suasana ini.

"Mau balik Wil? Gak asyik ah. Padahal kami baru pesankan minuman baru," kata Kao.

"Sorry. Lain kali lagi ya," balas Willy. Pria itu menarikku pergi setelah berpamitan kepada teman-temannya yang kecewa dengan keputusan Willy.

Aku berjalan malas dengan Willy yang terus menggenggam satu tanganku. Bahkan ketika aku mencoba melepaskan tanganku dari genggamannya, pria itu tidak mengizinkannya. Dia malah semakin mengeratkannya. Genggaman tangan itu terlepas setelah aku berhasil masuk ke dalam mobil Willy.

"Ck, kamu gak asyik." Aku mendadak mengambek. Tidak tahu kenapa aku masih tidak puas bersenang-senang di sana.

"Aku gak peduli sekuat apa kamu minum. Semenyenangkan apa kamu di sana. Tapi tolong jangan merendahkan diri kamu di depan para pria seperti tadi."

Aku menatap Willy tak senang. "Kenapa? Kamu merasa di rugikan karena aku gak bersikap baik sebagai pacar pura-pura kamu?"

Willy mendesah. "Bukan itu. Aku bahkan gak peduli seburuk apa pacar yang aku kenalkan kepada mereka. Karena mereka sudah tahu kalo aku sering gonta-ganti wanita. Kamu, bukan wanita pertama yang aku ajak ke reuni teman-teman aku. Sekali pun aku datang dengan wanita secantik dewi. Mereka tetap akan tahu kalo hubunganku dengan wanita itu gak akan bertahan lama. Seperti kamu, hubungan kita hanya untuk malam ini saja. Setelah kamu membangun image seperti itu di depan mereka, apa kamu pikir mereka akan melupakannya? Mereka gak akan memikirkan kalo kamu mantan pacar aku. Tapi mereka akan menganggap kamu wanita nakal yang suka mabuk-mabukan. Aku gak peduli dengan image aku di depan mereka. Bahkan mereka sudah tahu buruknya aku bagaimana. Itu sebabnya aku gak mau membiarkan kamu terlalu lama di sana. Aku gak mau kalo kamu sampai mabuk dan menjadi bual-bualan mereka."

Aku membisu. Penjelasan Willy benar-benar menusuk hatiku. Aku tidak berpikir sampai sejauh itu. Karena saat itu yang aku pikirkan hanya ingin menghancurkan citra Willy di depan teman-temannya. Tapi setelah mendengar ucapannya tadi, aku mendadak merasa bodoh.

"Kalo kamu merasa terganggu karena aku menghentikan kamu minum. Aku bisa membelikan minuman itu lagi buat kamu. Dan minum lah sampai puas di rumah kamu," lanjut Willy.

Aku berdehem. "Gak perlu. Aku sudah puas. Lagi pula besok aku harus bekerja."

Willy mendesah. "Bagus kalo kamu sadar. Lain kali, jangan bersikap berlebihan seperti itu. Aku membawa kamu ke sana hanya untuk membuat para wanita itu diam dan tidak mengganggu aku. Itu saja."

"Kamu menyesal membawaku ke sana?" tanyaku. Lama-lama aku kesal juga dengan ucapannya yang terus saja memojokkan ku seperti itu.

"Bukan itu─ck, sudahlah. Gak penting juga," kata Willy lalu mulai menyalakan mobilnya.

Mobil yang aku tumpangi mulai melaju meninggalkan parkiran reuni. Semakin jauh sampai tempat itu benar-benar tidak terlihat lagi. Aku menghela napas lega, menatap keluar jendela yang ada di sampingku. Aku kesal karena semuanya tidak sesuai rencana ku. Niatku ingin mempermalukan Willy, malah aku yang di permalukan di sana karena kebodohan ku sendiri. Belum lagi dengan Willy yang terus memojokkan ku. Aku ingin marah, tapi tidak tahu harus marah kepada siapa. Apa aku terlalu kelewatan bertingkah seperti ini? sekali pun yang Willy katakan benar. Memang kenapa? Itu bukan masalah.

Setelah perdebatan tadi, baik aku dan Willy tidak ada yang berbicara. Kami saling diam dengan pikiran masing-masing. Aku tidak ingin bertanya apa pun lagi. Mood ku sudah sangat hancur dengan ceramahan Willy yang tidak seharusnya aku dengar. Sial, bisa-bisanya pria pembunuh kakakku menceramahi ku seperti itu. Ini tidak seperti yang aku inginkan! Aku benci ini!

Aku yang harusnya unggul di permainan ini. bukan pria sialan ini!

 bukan pria sialan ini!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now