Cassandra Aldrich [✓]

By gxrysmxth

119K 18.8K 1.1K

[Harry Potter Fanfiction] Tahun-tahun Cassandra Aldrich saat di Hogwarts bersama dengan ketiga sahabatnya; Ha... More

Tawanan Azkaban; 1
Tawanan Azkaban; 2
Tawanan Azkaban; 3
Tawanan Azkaban; 4
Tawanan Azkaban; 5
Tawanan Azkaban; 6
Tawanan Azkaban; 7
Tawanan Azkaban; 8
Tawanan Azkaban; 9
Tawanan Azkaban; 10
Tawanan Azkaban; 11
Tawanan Azkaban; 12
Tawanan Azkaban; 13
Tawanan Azkaban; 14
Tawanan Azkaban; 15
Tawanan Azkaban; 16
Tawanan Azkaban; 17
Tawanan Azkaban; 18 [✓]
Piala Api; 1
Piala Api; 2
Piala Api; 3
Piala Api; 4
Piala Api; 5
Piala Api; 6
Piala Api; 7
Piala Api; 8
Piala Api; 9
Piala Api; 10
Piala Api; 11
Piala Api; 12
Piala Api; 13
Piala Api; 14
Piala Api; 15
Piala Api; 16
Piala Api; 17
Piala Api; 18
Piala Api; 19
Piala Api; 20
Piala Api; 21 [✓]
Orde Phoenix; 1
Orde Phoenix; 2
Orde Phoenix; 3
Orde Phoenix; 4
Orde Phoenix; 5
Orde Phoenix; 6
Orde Phoenix; 7
Orde Phoenix; 8
Orde Phoenix; 9
Orde Phoenix; 10
Orde Phoenix; 11
Orde Phoenix; 12
Orde Phoenix; 14
Orde Phoenix; 15
Orde Phoenix; 16
Orde Phoenix; 17
Orde Phoenix; 18 [✓]
Pangeran Berdarah Campuran; 1
Pangeran Berdarah Campuran; 2
Pangeran Berdarah Campuran; 3
Pangeran Berdarah Campuran; 4
Pangeran Berdarah Campuran; 5
Pangeran Berdarah Campuran; 6
Pangeran Berdarah Campuran; 7
Pangeran Berdarah Campuran; 8 [✓]
Cassandra Aldrich II

Orde Phoenix; 13

948 165 21
By gxrysmxth

Aku dan Harry mendapati hampir tidak mungkin menetapkan satu malam dalam seminggu untuk pertemuan DA yang teratur, karena kami harus menyesuaikan dengan latihan tiga tim Quidditch berbeda, yang sering diatur ulang karena kondisi cuaca yang buruk; tetapi Harry tidak menyesali ini; dia punya perasaan mungkin lebih baik membuat waktu pertemuan mereka tidak terduga. Kalau seseorang sedang mengawasi kami, akan lebih sulit membuat polanya. Hermione segera menciptakan sebuah metode pintar untuk mengkomunikasikan waktu dan tanggal pertemuan berikutnya kepada semua anggota kalau-kalau mereka perlu mengubahnya dalam waktu singkat, karena akan terlihat mencurigakan kalau orang-orang dari Asrama yang berbeda-beda terlalu sering terlihat menyeberangi Aula Besar untuk berbicara kepada satu sama lain. Dia memberikan kepada setiap anggota DA sebuah Galleon palsu.

"Kalian lihat angka di sekitar tepi koin?" Hermione berkata, sambil mengangkat Galleon sebuah untuk diperiksa pada akhir pertemuan keempat mereka. Koin itu berkilauan besar dan kuning dalam cahaya obor. "Pada Galleon-Galleon asli itu hanya nomor seri yang mengacu kepada goblin yang mencetak koin. Namun, pada koin-koin palsu ini, angka-angka akan berubah untuk memantulkan waktu dan tanggal pertemuan berikutnya. Koin akan menjadi panas ketika tanggalnya berubah, jadi kalau kalian sedang membawanya di kantong kalian akan bisa merasakannya. Kita masing-masing ambil sebuah, dan sewaktu Harry menetapkan tanggal pertemuan berikutnya dia akan mengganti angka-angka di koinnya, dan karena aku telah meletakkan Mantera Protean pada koin-koin itu, mereka semua akan berubah meniru koinnya."

Sementara pertandingan Quidditch pertama pada musim ini, Gryffindor lawan Slytherin, semakin mendekat, pertemuan DA kami ditunda karena Angelina memaksakan latihan yang hampir setiap hari. Kenyataan bahwa Piala Quidditch belum diadakan lagi begitu lama menambah minat dan gairah yang cukup besar di sekitar pertandingan yang akan datang; anak-anak Ravenclaw dan Hufflepuff sangat tertarik pada hasilnya, karena mereka, tentu saja, akan bermain melawan kedua tim pada tahun mendatang; dan para Kepala Asrama tim-tim yang bersaing, walaupun mereka berusaha menyamarkan dengan semangat olahraga pura-pura, bertekad untuk melihat pihak mereka sendiri menang. Aku sadar seberapa Profesor McGonagall peduli untuk mengalahkan Slytherin ketika dia tidak memberikan kami pekerjaan rumah pada minggu sebelum pertandingan.

"Kukira kalian sudah punya cukup untuk dikerjakan," Katanya dengan angkuh. Tak seorangpun benar-benar mempercayai telinga mereka sampai dia memandang langsung kepada aku, Harry dan Ron dan berkata dengan muram, "Aku sudah menjadi terbiasa melihat Piala Quidditch di ruang kerjaku, anak-anak, dan aku tidak mau harus menyerahkannya kepada Profesor Snape, jadi gunakan waktu tambahan ini untuk berlatih, bisakah?"

Profesor Snape tidak kurang jelasnya ikut mendukung; dia telah memesan lapangan Quidditch untuk Slytherin begitu seringnya sehingga anak-anak Gryffindor kesulitan memasukinya untuk bermain. Dia juga menulikan telinganya pada banyak laporan mengenai usaha-usaha anak-anak Slyhterin untuk mengguna-gunai para pemain Gryffindor di koridor. Ketika Alicia muncul di sayap rumah sakit dengan alis yang tumbuh begitu tebal dan cepat sehingga menghalangi pandangannya dan merintangi mulutnya, Profesor Snape bersikeras bahwa dia pasti mencoba Mantera Pelebat-Rambut pada dirinya sendiri dan menolak mendengarkan empat belas saksi mata yang bersikeras bahwa mereka telah melihat Keeper Slytherin, Miles Bletchley, menghantamnya dari belakang dengan kutukan sewaktu dia bekerja di perpustakaan.

Aku merasa optimis mengenai peluang Gryffindor, lagipula, kami belum pernah kalah dari tim Malfoy. Memang, Ron masih belum berpenampilan seperti standar Oliver, tapi dia bekerja demikian keras untuk memperbaikinya. Kelemahannya yang terbesar adalah kecenderungan untuk kehilangan kepercayaan diri setelah dia membuat satu kesalahan; kalau dia membiarkan satu gol masuk dia menjadi bingung dan karena itu cenderung kemasukan lebih banyak lagi. Di sisi lain, aku sudah melihat Ron membuat penyelamatan yang benar-benar spektakuler ketika dia sedang bagus; sewaktu suatu latihan yang patut diingat dia telah bergantung dengan satu lengan dari sapunya dan menendang Quaffle begitu kerasnya menjauh dari cincin gawang sehingga membumbung sepanjang lapangan dan melalui cincin tengah di ujung lainnya; para anggota tim yang lain merasa penyelamatan ini sebanding dengan salah satu yang baru-baru ini dibuat oleh Barry Ryan, Keeper Internasional Irlandia, melawan Chaser terkenal Polandia, Ladislaw Zamojski. Bahkan Fred berkata bahwa Ron masih mungkin membuatnya dan George bangga, dan bahwa mereka mempertimbangkan dengan serius untuk mengakui dia sekeluarga dengan mereka, sesuatu yang mereka yakinkan kepadanya telah mereka coba sangkal selama empat tahun. Satu-satunya hal yang benar-benar membuat aku khawatir adalah seberapa banyak Ron membiarkan taktik tim Slytherin untuk membuatnya gelisah sebelum mereka bahkan sampai ke lapangan.

Oktober berakhir dalam deru angin yang melolong dan hujan yang melanda dan November tiba, dingin seperti besi beku, dengan embun beku keras setiap pagi dan angin dingin seperti es yang menggigit tangan dan wajah yang terbuka. Langit dan langit-langit Aula Besar berubah kelabu pucat seperti mutiara, gunung-gunung di sekitar Hogwarts berpuncak salju, dan suhu di dalam kastil turun demikian rendah sehingga banyak murid mengenakan sarung tangan pelindung kulit naga tebal mereka di koridor di antara pelajaran. Pagi pertandingan tiba dengan cerah dan dingin.

Aula Besar cepat terisi penuh ketika aku, Harry, Ron tiba disana, perbincangan lebih keras dan suasana lebih gembira daripada biasa. Ketika kami melewati meja Slytherin ada peningkatan kebisingan. Aku memandang sekeliling dan melihat bahwa, sebagai tambahan pada scarf dan topi hijau yang biasa, setiap orang dari mereka memakai sebuah lencana perak yang bentuknya tampak seperti mahkota. Karena alasan-alasan tertentu banyak dari mereka yang melambai kepada Ron, sambil tertawa keras-keras.

Kami menerima sambutan meriah di meja Gryffindor, di mana semua orang mengenakan warna merah dan emas, tetapi jauh dari menaikkan semangat Ron, sorak sorai itu sepertinya melemahkan semangat juangnya yang tersisa; dia merosot ke bangku terdekat terlihat seolah-olah dia sedang menghadapi makanan terakhirnya.

"Aku pasti sinting mau melakukan ini," Katanya dengan bisikan parau. "Sinting."

"Jangan bodoh," Kata Harry tegas, sambil memberikan kepadanya pilihan sereal, "Kau akan baik-baik saja. Gugup itu normal."

"Aku sampah," Kata Ron parau. "Aku payah. Aku tidak bisa bermain untuk menyelamatkan hidupku. Apa yang kupikirkan?"

"Sadarlah," Kataku dengan tegang. "Lihat penyelamatan yang kau buat dengan  kakimu hari itu, bahkan Fred dan George bilang itu brilian, Ron."

Ron memalingkan wajah tersiksa kepada Harry. "Itu kecelakaan," Bisiknya dengan sengsara. "Aku tidak bermaksud melakukannya, aku tergelincir dari sapuku sewaktu tak seorangpun dari kalian melihat dan ketika aku sedang mencoba naik kembali aku tak sengaja menendang Quaffle itu."

"Yah," Kata Harry, pulih cepat dari kejutan tak menyenangkan ini, "Beberapa kecelakaan seperti itu dan pertandingan sudah jadi milik kita, bukan?"

Hermione dan Ginny duduk di seberang kami sambil mengenakan scarf, sarung tangan dan bunga mawar kecil berwarna merah dan emas.

"Bagaimana perasaanmu?" Ginny bertanya kepada Ron, yang sekarang sedang menatap ampas susu di dasar mangkuk serealnya seolah-olah mempertimbangkan dengan serius untuk mencoba menenggelamkan dirinya ke dalam.

"Dia cuma gugup," Jawabku.

"Itu tanda yang bagus, aku belum pernah merasa kau mengerjakan ujian dengan baik kalau kau tidak sedikit gugup," Kata Hermione sepenuh hati.

"Halo," Kata sebuah suara samar dan seperti melamun dari belakang, Lovegood telah datang dari meja Ravenclaw. Banyak orang yang sedang menatapinya dan beberapa tertawa dan menunjuk-nunjuk terang-terangan; dia sudah berhasil mendapatkan sebuah topi yang berbentuk seperti kepala singa berukuran sebenarnya, yang bertenggar genting di kepalanya.

"Aku mendukung Gryffindor," Kata Lovegood, sambil menunjuk tanpa perlu ke topinya. "Lihat apa yang dilakukannya ...."

Dia meraih ke atas dan mengetuk topi itu dengan tongkatnya. Topi itu membuka mulutnya lebar dan mengeluarkan raungan yang sangat realistis yang membuat semua orang di sekitar sana melompat. Bahkan aku menumpahkan susuku saking kagetnya.

"Bagus, bukan?" Kata Lovegood dengan senang. "Aku mau dia mengunyah seekor ular untuk mewakili Slytherin, kalian tahu, tapi tidak ada waktu. Ngomong-ngomong ... semoga berhasil, Ronald!"

Dia berjalan pergi. Aku belum sepenuhnya pulih dari guncangan topi Lovegood sewaktu Angelina bergegas datang menuju kami, ditemani oleh Alicia, yang alisnya syukurlah telah dikembalikan ke normal oleh Madam Pomfrey.

"Sewaktu kalian siap," Katanya, "Kita akan langsung turun ke lapangan, memeriksa kondisi dan berganti pakaian."

Rumput beku berderak di bawah kaki kami selagi kami bergegas menuruni lapangan yang landai menuju stadium. Tidak ada angin sama sekali dan langit seputih mutiara, yang berarti jarak pandang akan bagus tanpa kerugian sinar matahari langsung ke mata. Harry menunjukkan faktor-faktor mendukung ini kepada Ron selagi kami berjalan, tetapi aku tidak yakin Ron mendengarkan. Angelina sudah berganti pakaian dan sedang berbicara dengan anggota tim yang lainnya ketika mereka masuk. Aku, Harry dan Ron memakai jubah kami, Ron berusaha memakai kepunyaannya, terbalik selama beberapa menit sebelum Alicia jatuh kasihan kepadanya dan pergi membantu, lalu duduk untuk mendengarkan perbincangan sebelum pertandingan sementara celotehan suara-suara di luar semakin keras ketika kerumunan orang-orang berdatangan keluar dari kastil menuju lapangan.

"Oke, aku baru saja tahu barisan akhir Slytherin," Kata Angelina, sambil memeriksa sepotong perkamen. "Para Beater tahun lalu, Derrick dan Bole, sudah pergi, tetapi tampaknya Montague menggantikan mereka dan gorila-gorila biasa, bukannya siapa saja yang bisa terbang cukup baik. Mereka adalah dua cowok yang bernama Crabbe dan Goyle, aku tidak tahu banyak tentang mereka--"

"Kami tahu," Kataku, Harry dan Ron bersama-sama.

"Mereka tampaknya tidak cukup pintar untuk membedakan ujung sapu yang satu dari yang lain," Kata Angeline, sambil mengantongi perkamennya, "Tapi walau begitu aku selalu heran Derrick dan Bole berhasil menemukan jalan ke lapangan tanpa papan penunjuk arah."

"Crabbe dan Goyle sama saja," Harry meyakinkan dia.

Kami bisa mendengar ratusan langkah kaki menaiki bangku-bangku yang ditumpuk di tribun penonton. Beberapa orang sedang bernyanyi, walaupun aku tidak bisa mendengar kata-katanya. Aku mulai merasa gugup, tetapi aku tahu kegugupannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Ron, yang sedang mencengkeram perutnya dan menatap lurus ke depan lagi, rahangnya terkatup rapat dan warna kulitnya kelabu pucat.

"Sudah waktunya," Kata Angelina dengan suara berbisik, sambil memandang jam tangannya. "Ayo semuanya ... semoga berhasil."

Semuanya bangkit, memanggul sapu kamu dan berbaris dalam satu barisan keluar dari ruang ganti ke sinar matahari yang menyilaukan. Raungan suara menyambut kami di mana aku masih bisa mendengar nyanyian, walaupun teredam oleh sorak-sorai dan tiupan peluit.

Tim Slytherin sedang berdiri menanti kamu. Mereka juga mengenakan lencana-lencana berbentuk mahkota. Kapten yang baru, Montague, bentuk badannya besar dengan lengan besar seperti daging berbulu. Di belakangnya mengintai Crabbe dan Goyle, hampir sama besarnya, berkedip-kedip dengan bodoh dalam sinar matahari, sambil mengayunkan tongkat-tongkat pemukul Beater baru mereka. Malfoy berdiri di satu sisi, sinar matahari berkilauan pada kepalanya yang putih pirang. Dia memandang kepadaku dan tersenyum menyeringai, sambil mengetuk lencana berbentuk mahkota di dadanya.

"Para Kapten, jabat tangan," Perintah wasit Madam Hooch, sementara Angelina dan Montague saling meraih satu sama lain. Aku bisa tahu bahwa Montague sedang berusaha melumatkan jari-jari Angelina, walaupun dia tidak berkerenyit.

"Naiki sapu kalian ...." Madam Hooch menempatkan peluitnya ke mulut dan meniup.

Bola-bola dilepaskan dan keempat belas pemain meluncur ke atas. Dari sudut mataku, aku melihat Ron melintas menuju tiang-tiang gawang, sementara Harry meluncur cepat keatas sambil melihat kesekeliling dengan seksama. Aku meluncur lebih tinggi, mengelakkan sebuah Bludger, mendekat pada Angelina yang sedang memegang Quaffle.

"Dan itu Johnson! Johnson dengan Quaffle, gadis itu benar-benar pemain yang bagus, aku sudah bilang begitu selama bertahun-tahun tapi dia masih tidak mau kencan denganku--"

"Jordan!" Teriak Profesor McGonagall.

Angelina melewati Warrington dan juga berhasil menghindari Montague, tapi Bludger dari Crabbe membuatnya menjatuhkan Quaffle, aku melesat mencoba untuk mengambil Quaffle, sementara Montague menyeringai, aku berhasil mendapatkan Quaffle walau didetik berikutnya terlepas lagi karena hantaman keras dari Montague, Montague terbang dan Bludger yang diarahkan oleh George mengenainya, membuatnya menjatuhkan Quaffle dan Alicia berhasil menangkapnya.

Alicia berbalik pergi menuju gawang Slytherin, dia memberi isyarat padaku, aku segera meluncur mendekatkan sapuku padanya dan dia mengoper Quaffle padaku yang berhasil aku tangkap dengan baik, para Chaser Slytherin mengejarku, dan mataku melihat Angelina sedang melambaikan tangannya, tanpa berpikir lagi, aku segera mengoperkan Quaffle pada Angelina yang ditangkap dengan cukup baik olehnya.

Sebuah lagu terdengar ditribun Slytherin, aku mendengarkan dengan seksama, "Weasley tak bisa menyelamatkan apapun. Dia tak bisa memblokir sebuah gawang. Itulah sebabnya anak-anak Slytherin semua bernyanyi: Weasley adalah Raja kami. Weasley lahir di tong sampah. Dia selalu membiarkan Quaffle masuk. Weasley akan pastikan kami menang. Weasley adalah Raja kami."

Aku menggertakkan gigi, kesal. Tapi mataku tak teralihkan dari Angelina yang melesat menuju gawang Slytherin, dia menembak tapi Keeper Slytherin berhasil menghalanginya. Keeper Slytherin melemparkan Quaffle pada Warrington yang terbang zig-zag diantara aku dan Angelina, aku berusaha mengejar dia yang semakin dekat dengan Ron, Warrington menembak dan Ron tak dapat menghalanginya. Sepuluh-nol.

Anak-anak Slytherin bernyanyi semakin keras. "WEASLEY LAHIR DI TONG SAMPAH. DIA SELALU MEMBIARKAN QUAFFLE MASUK. WEASLEY AKAN PASTIKAN KAMI MENANG. WEASLEY ADALAH RAJA KAMI."

"Harry! Apa yang kau lakukan!?" Teriakku begitu saja saat aku melihat Harry sedang berdiam diri ditempat, tidak mencari Snitch. "Bergeraklah!"

Aku meluncur mengambil Quaffle yang baru saja dijatuhkan oleh Warrington karena terkena Bludger dari George, err--kurasa Fred. Selagi aku memegangi erat Quaffle menuju gawang Slytherin, Adrian Pucey, salah satu Chaser Slytherin menghimpitkan badannya padaku, "Jika saja kau tidak dekat dengan Diggory itu, aku akan mengajakmu kencan."

Aku mendadak berhenti, sementara Pucey, dia terus terbang lurus dan berakhir bertabrakan keras dengan Montague, aku mengoper Quaffle pada Angelina yang terbang melesat menuju gawang Slytherin, Angelina mengoper Quafflenya pada Alicia dan Alicia menembak lurus! Gol! Aku mendesis senang. Sepuluh-sepuluh.

Keeper Slytherin melemparkan Quaffle pada Pucey, Pucey pada Warrington dan Warrington pada Montague, dan aku berhasil memotongnya, aku terbang menuju gawang Slytherin tapi Bludger mengenaiku, membuat Pucey langsung merebutnya dan melesat menuju gawang Gryffindor, aku mengejar, tapi Pucey sudah memasukan bolanya ke gawang yang dijaga Ron. Duapuluh-sepuluh.

Nyanyian hinaan semakin bergaung keras di stadium, aku juga bisa mendengar samar-samar raungan singa dari topi menggelikan milik Lovegood. Tetapi dua puluh-nol bukan apa-apa, masih ada waktu bagi Gryffindor untuk mengejar atau menangkap Snitch. Beberapa gol dan kami akan memimpin seperti biasanya. Tapi Ron membiarkan dua gol lagi masuk. Ada rasa panik dalam diriku sekarang. Kalau saja Harry bisa mendapatkan Snitch segera dan menyelesaikan pertandingan itu secepatnya.

"ITULAH SEBABNYA ANAK-ANAK SLYTHERIN SEMUA BERNYANYI WEASLEY ADALAH RAJA KAMI."

Aku lihat Harry menukik, dengan Malfoy disebelahnya, mereka sangat dekat dan tangan mereka saling menjangkau kedepan. Jari-jari Harry menutup di sekeliling bola kecil emas yang memberontak itu, Harry menarik sapunya ke atas, sambil memegang bola yang memberontak di tangannya dan para penonton Gryffindor meneriakkan persetujuan mereka ... Kami selamat, tidak peduli bahwa Ron sudah membiarkan gol-gol itu masuk, tak seorangpun akan ingat selama Gryffindor sudah menang.

Aku mendekat begitu saja saat sebuah Bludger menghantam punggung Harry, Madam Hooch langsung meniupkan peluit dan memarahi Crabbe. "Kau baik-baik saja, Harry?" Tanyaku dan Harry mengangguk.

Aku mendengar dengusan dari belakang dan berpaling, Malfoy telah mendarat tak jauh dariku. Pucat karena marah, dia masih bisa mengejek. "Menyelamatkan batang leher Weasley, bukan?" Dia berkata kepada Harry. "Aku belum pernah melihat Keeper yang lebih buruk ... tapi dia lahir di tong sampah ... kau suka lirikku, Potter?"

Harry tidak menjawab. Dia berpaling, untuk menemui sisa tim yang sekarang sedang mendarat satu persatu, aku mengikuti dibelakang, berteriak dan meninju ke udara dengan kemenangan; semua kecuali Ron, yang telah turun dari sapunya di dekat tiang gawang dan tampaknya sedang berjalan lambat-lambat ke ruang ganti sendirian.

"Kami mau menulis beberapa syair lagi!" Malfoy berseru, selagi Angelina dan Alicia memeluk Harry. "Tapi kami tidak bisa menemukan kata-kata yang berima dengan gemuk dan jelek, kami mau bernyanyi tentang ibumu, tahu--"

"Bicara tentang anggur masam," Kata Angelina sambil memberi Malfoy pandangan jijik. "Kami juga tidak bisa mencocokkan pecundang tak berguna untuk ayahnya, kalian tahu--"

Fred dan George sudah menyadari apa yang sedang dibicarakan Malfoy. Sewaktu masih berjabatan tangan dengan Harry, mereka menjadi kaku, memandang berkeliling ke Malfoy.

"Biarkan!" Kata Angelina seketika, sambil memegang lengan Fred. "Biarkan, Fred, biarkan dia berteriak, dia cuma jengkel karena dia kalah, si kecil yang sok--"

"Tapi kau suka keluarga Weasley, bukan, Potter?" Kata Malfoy sambil mengejek.
"Menghabiskan liburan di sana dan segalanya, bukan? Tidak ngerti bagaimana kau bisa tahan bau busuknya, tapi kukira kalau kau dibesarkan oleh para Muggle, bahkan gubuk Weasley berbau oke--"

Harry memegangi George. Sementara itu, butuh usaha gabungan Angelina, Alicia dan juga aku untuk menghentikan Fred melompat pada Malfoy, yang sedang tertawa terang-terangan. Dan aku menahan diri untuk tidak memukul Malfoy diwajah seperti tahun lalu.

Aku memandang berkeliling mencari Madam Hooch, tetapi dia masih memaki Crabbe karena serangan Bludger ilegalnya. "Atau mungkin," Kata Malfoy, mengerling sementara dia mundur, "Kau bisa ingat seperti apa rumah ibumu berbau busuk, Potter, dan kandang babi Weasley mengingatkanmu padanya--"

Harry melepaskan George, sedetik kemudian mereka berdua sedang berlari cepat menuju Malfoy. Semua guru sedang menonton, aku berlari mendekat, melepaskan Fred yang masih tergenggam oleh Angelina dan juga Alicia, "Harry, George, jangan!" Kataku, menarik kedua lengan mereka tapi kekuatanku tak bisa menghentikan langkah mereka.

Harry memukul perut Malfoy sekuat tenaga berkali-kali, "Harry, hentikan!" Aku bisa mendengar suara-suara anak-anak perempuan berteriak, Malfoy menjerit, George menyumpah, sebuah peluit ditiup dan pekik kerumunan di sekitarnya, tapi Harry tidak peduli. Tidak sampai seseorang di sekitar sana berteriak 'Impedimenta!' dan Harry terjatuh kebelakang akibat tenaga mantera itu, barulah dia menghentikan usaha meninju setiap inci Malfoy yang bisa dijangkaunya.

"Kalian kira apa yang sedang kalian lakukan?" Jerit Madam Hooch, selagi Harry melompat bangkit. Malfoy bergelung di atas tanah, merengek dan merintih, hidungnya berdarah, George berbibir bengkak; Fred masih ditahan paksa oleh kedua Chaser, dan Crabbe sedang berkotek di latar belakang.

"Aku belum pernah melihat kelakuan seperti itu, kembali ke kastil, kalian bertiga, dan langsung ke kantor Kepala Asrama kalian! Pergi! Sekarang! Ya, kau juga termasuk, Miss Aldrich!" Kata Madam Hooch selagi aku mau membuka mulut. Aku hanya mencoba menghentikan Harry dan juga George!

Harry dan George berbalik dan berjalan keluar dari lapangan, aku mengikuti dibelakang, keduanya terengah-engah, tak satupun berkata sepatah kata pun kepada yang lain. Lolongan dan cemoohan dari kerumunan semakin samar dan semakin samar sampai kami mencapai Aula Depan, dimana kami tidak bisa mendengar apa-apa kecuali suara langkah kaki kami sendiri. Kami belum lagi mencapai pintu kantor Profesor McGonagall ketika dia datang menyusuri koridor di belakang kami. Dia mengenakan sebuah scarf Gryffindor, tetapi melepaskannya dari lehernya dengan tangan-tangan bergetar selagi dia berjalan menuju kami, tampak pucat karena marah.

"Masuk!" Katanya marah besar, sambil menunjuk ke pintu. Aku, Harry dan George masuk. Dia berputar ke belakang meja tulisnya dan menghadap mereka, gemetaran karena marah selagi dia melemparkan scarf Gryffindor itu ke samping ke atas lantai.

"Well?" Katanya. "Aku belum pernah melihat pertunjukan yang memalukan begini. Tiga lawan satu! Jelaskan!"

"Aku hanya mencoba menghentikan Harry dan juga George." Kataku jelas.

"Malfoy memancing kami," Kata Harry kaku disebelahku.

"Memancing kalian?" Teriak Profesor McGonagall sambil menghantamkan tinjunya ke meja tulisnya sehingga kaleng kotak-kotaknya tergelincir dari samping meja dan terbuka, mengotori lantai dengan Kadal Jahe. "Dia baru saja kalah, bukan? Tentu saja dia mau memancing kalian! Tapi apa yang bisa dikatakannya yang membenarkan apa yang kalian bertiga--"

"Dia menghina orang tua saya," Geram George. "Dan ibu Harry."

"Tapi bukannya membiarkan Madam Hooch menyelesaikan, kalian berdua memutuskan memberi pertunjukan duel Muggle, bukan?" Teriak Profesor McGonagall. "Apakah kalian punya gambaran apa yang telah kalian--"

"Hem, hem."

Aku, Harry dan George berputar. Umbridge sedang berdiri di ambang pintu terbungkus dalam sebuah mantel wol hijau yang sangat meningkatkan kemiripannya dengan seekor katak besar, dan sedang tersenyum dengan cara mengerikan, memuakkan dan tidak menyenangkan yang telahku hubungkan dengan kesengsaraan yang akan segera tiba.

"Bolehkah kubantu Anda, Profesor McGonagall?" Tanya Umbridge dengan suara manisnya yang paling beracun.

Darah menyerbu wajah Profesor McGonagall. "Bantu?" Ulangnya, dengan suara tertahan. "Apa maksud Anda, bantu?"

Umbridge bergerak maju ke dalam kantor itu, masih memamerkan senyumnya yang memuakkan. "Kenapa, kukira Anda mungkin bersyukur atas sedikit kekuasaan tambahan."

"Yang Anda kira salah," Katanya, sambil memalingkan punggungnya kepada Umbridge. "Sekarang, kalian bertiga sebaiknya mendengarkan dengan seksama. Aku tidak peduli provokasi apa yang dilakukan Malfoy kepada kalian, aku tidak peduli kalaupun dia menghina setiap anggota keluarga yang kalian miliki, perilaku kalian menjijikkan dan aku akan memberikan masing-masing dari kalian detensi seminggu! Jangan memandangku seperti itu, Potter, kau pantas mendapatkannya! Dan kalau salah satu dari kalian pernah--"

"Aku juga!?" Kataku marah, memandang pada Profesor McGonagall dengan mata berkilat, "Aku tidak menyerang Malfoy! Aku bahkan mencoba untuk menghentikan Harry dan George!" Tetapi Profesor McGonagall mengabaikanku.

"Hem, hem."

Profesor McGonagall menutup matanya seolah-olah berdoa untuk kesabaran selagi dia memalingkan wajahnya menghadap Umbridge lagi. "Ya?"

"Kukira mereka pantas mendapatkan lebih dari detensi," Kata Umbridge, sambil
tersenyum lebih lebar lagi.

Mata Profesor McGonagall terbuka lebar.
"Tetapi sayang," Katanya, dengan usaha tersenyum balik yang membuatnya terlihat seolah-olah rahangnya terkunci, "Yang kupikirkan adalah yang berarti, karena mereka ada dalam Asramaku, Dolores."

"Sebenarnya, Minerva," Umbridge tersenyum simpul, "Kukira Anda akan mendapati bahwa yang kupikirkan memang berarti. Sekarang, dimana itu? Cornelius baru saja mengirimnya ... maksudku," Dia memberikan tawa kecil selagi dia menggeledah tas tangannya, "Menteri baru saja mengirimnya ... ah ya ...." Dia menarik keluar sepotong perkamen yang sekarang dibukanya, sambil berdehem rewel sebelum mulai membaca apa isinya.

"Hem, hem ... ‘Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Lima’."

Continue Reading

You'll Also Like

298K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
54.4K 6.1K 39
disclaimer: harry potter dan semua karakter (kecuali oc) milik j.k rowling sendiri. tidak ada karakter dari pemeran yang diubah, hanya alur yang dibu...
8.4K 982 8
[Completed Story] Kehilangan ingatan dan terjebak di dalam labirin bersama Gladers lainnya membuat Alice merasa tertantang untuk menjadi seorang "Run...
1M 62.6K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...