Cassandra Aldrich [✓]

By gxrysmxth

119K 18.8K 1.1K

[Harry Potter Fanfiction] Tahun-tahun Cassandra Aldrich saat di Hogwarts bersama dengan ketiga sahabatnya; Ha... More

Tawanan Azkaban; 1
Tawanan Azkaban; 2
Tawanan Azkaban; 3
Tawanan Azkaban; 4
Tawanan Azkaban; 5
Tawanan Azkaban; 6
Tawanan Azkaban; 7
Tawanan Azkaban; 8
Tawanan Azkaban; 9
Tawanan Azkaban; 10
Tawanan Azkaban; 11
Tawanan Azkaban; 12
Tawanan Azkaban; 13
Tawanan Azkaban; 14
Tawanan Azkaban; 15
Tawanan Azkaban; 16
Tawanan Azkaban; 17
Tawanan Azkaban; 18 [✓]
Piala Api; 1
Piala Api; 2
Piala Api; 3
Piala Api; 4
Piala Api; 5
Piala Api; 7
Piala Api; 8
Piala Api; 9
Piala Api; 10
Piala Api; 11
Piala Api; 12
Piala Api; 13
Piala Api; 14
Piala Api; 15
Piala Api; 16
Piala Api; 17
Piala Api; 18
Piala Api; 19
Piala Api; 20
Piala Api; 21 [✓]
Orde Phoenix; 1
Orde Phoenix; 2
Orde Phoenix; 3
Orde Phoenix; 4
Orde Phoenix; 5
Orde Phoenix; 6
Orde Phoenix; 7
Orde Phoenix; 8
Orde Phoenix; 9
Orde Phoenix; 10
Orde Phoenix; 11
Orde Phoenix; 12
Orde Phoenix; 13
Orde Phoenix; 14
Orde Phoenix; 15
Orde Phoenix; 16
Orde Phoenix; 17
Orde Phoenix; 18 [✓]
Pangeran Berdarah Campuran; 1
Pangeran Berdarah Campuran; 2
Pangeran Berdarah Campuran; 3
Pangeran Berdarah Campuran; 4
Pangeran Berdarah Campuran; 5
Pangeran Berdarah Campuran; 6
Pangeran Berdarah Campuran; 7
Pangeran Berdarah Campuran; 8 [✓]
Cassandra Aldrich II

Piala Api; 6

1.8K 301 1
By gxrysmxth

Dua hari berikutnya berlalu tanpa insiden berarti, kecuali kalau Neville yang melelehkan kualinya yang keenam dalam pelajaran Ramuan dianggap insiden, Profesor Snape, yang nafsu balas dendamnya tampaknya meningkat selama musim panas, memberi Neville detensi, dan Neville kembali dalam keadaan nyaris pingsan, karena baru saja disuruh mengeluarkan isi perut satu tong penuh kodok bertanduk.

"Kau tahu kenapa Snape marah-marah begitu, 'kan?" Kata Ron kepada aku dan Harry sementara kami menonton Hermione mengajari Neville Jampi Penggosok untuk membersihkan sisa usus kodok dari bawah kukunya.

"Yeah," Kata Harry, "Moody."

Sudah rahasia umum bahwa Profesor Snape ingin menjadi guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, dan sekarang dia sudah gagal mendapatkannya selama empat tahun berturut-turut. Profesor Snape tidak menyukai semua guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang sebelumnya dan tidak menutupinya, tetapi anehnya dia ekstra hati-hati agar tidak memperlihatkan kebenciannya terhadap Profesor Moody. Bahkan, setiap kali aku melihat mereka berdua bersama-sama--pada saat makan atau ketika berpapasan di koridor, aku punya kesan kuat bahwa Profesor Snape menghindari mata Profesor Moody baik yang gaib maupun yang normal.

"Kurasa Snape agak takut padanya." Kata Harry merenung.

"Bayangkan kalau Moody mengubah Snape menjadi kodok bertanduk," Kata Ron, matanya menerawang, "Dan melambung-lambungkannya di ruang bawah tanahnya."

Kami, anak-anak kelas empat Gryffindor sudah sangat menunggu-nunggu pelajaran pertama Moody, sehingga kami tiba lebih awal untuk makan siang pada hari Kamis dan sudah berkerumun di depan kelasnya bahkan sebelum bel berbunyi. Satu-satunya yang belum muncul hanyalah Hermione, yang tiba tepat sebelum pelajaran dimulai.

"Baru dari--"

"Perpustakaan." Kataku menyelesaikan kalimatnya.

"Ayo cepat, nanti kita tidak kebagian tempat enak." Kami bergegas menuju tempat duduk yang persis di depan meja guru, mengeluarkan buku Ilmu Hitam: Penuntun Pertahanan Diri, dan menunggu, diam tak seperti biasanya, segera terdengar tak-tok langkah Profesor Moody yang mendekat dari lorong, dan dia masuk kelas, tampangnya sama ganjil dan mengerikan seperti sebelumnya, kami nisa melihat cakar-kaki-kayunya tampak dari bawah jubahnya.

"Singkirkan saja," Dia menggeram, berjalan timpang ke mejanya dan duduk, "Buku kalian, kalian tidak akan memerlukannya."

Kami memasukkan kembali buku kami ke dalam tas, Ron tampak bergairah sekali, Profesor Moody mengeluarkan daftar hadir, menggoyang rambutnya yang panjang dan beruban agar tidak menutupi wajahnya, dan mulai mengabsen. Mata normalnya bergerak mantap mengikuti nama-nama di daftar, sementara mata gaibnya berputar, menatap tajam setiap anak yang menjawab.

"Baiklah," Katanya, ketika anak terakhir sudah menyatakan diri hadir, "Aku sudah menerima surat dari Profesor Lupin tentang kelas ini, tampaknya kalian sudah punya dasar menyeluruh menghadapi makhluk-makhluk Hitam--kalian sudah mempelajari Boggart, Red Cap, Hinkypunk, Grindylow, Kappa, dan manusia serigala, betul?"

Anak-anak bergumam mengiyakan.

"Tetapi kalian ketinggalan--sangat ketinggalan--dalam penanganan kutukan," Kata Profesor Moody, "Jadi aku ada di sini untuk membuka wawasan kalian tentang apa yang bisa dilakukan penyihir yang satu terhadap penyihir lain, aku punya waktu satu tahun untuk mengajar kalian bagaimana menghadapi Ilmu Hi--"

"Apa? Anda tidak tinggal terus?" Kata Ron tiba-tiba.

Mata gaib Profesor Moody berputar memandang Ron, Ron terlihat amat ketakutan, tetapi sejenak kemudian Profesor Moody tersenyum--pertama kali aku melihatnya tersenyum, efeknya, wajahnya yang penuh bekas luka tampak lebih parah lagi, tetapi paling tidak, melegakan mengetahui dia melakukan sesuatu yang ramah seperti tersenyum.

"Kau pasti anak Arthur Weasley, eh?" Kata Profesor Moody, "Ayahmu membantuku keluar dari situasi sangat sulit beberapa hari lalu--yeah, aku cuma di sini tahun ajaran ini. Bantuan khusus untuk Dumbledore--satu tahun, dan kemudian kembali ke masa pensiunku yang tenang." Dia tertawa parau, lalu mengatupkan kedua tangannya yang berbonggol-bonggol.

"Jadi, langsung ke pokok masalah, kutukan, ada bermacam-macam bentuk dan kekuatan kutukan. Nah, menurut Kementerian Sihir, aku hanya diminta mengajar kalian kontra-kutukannya saja, aku tak boleh menunjukkan kepada kalian, seperti apa kutukan Ilmu Hitam yang ilegal itu sebelum kalian kelas enam. Kalian dianggap belum cukup umur untuk menghadapinya. Tetapi Profesor Dumbledore memberi nilai lebih tinggi ketahanan saraf kalian. Dia menduga kalian akan sanggup, dan menurutku, lebih cepat kalian tahu apa yang kalian hadapi, lebih baik. Bagaimana mungkin kalian diminta mempertahankan diri dari sesuatu yang belum pernah kalian lihat? Penyihir yang akan melakukan kutukan ilegal terhadap kalian tak akan memberitahu kalian apa yang akan dilakukannya. Dia tidak akan minta izin dulu dengan sopan untuk melakukannya. Kalian harus selalu siap. Kalian harus berjaga-jaga dan waspada. Kau harus menyingkirkan itu, Miss Brown, waktu aku sedang bicara."

Lavender terlonjak dan wajahnya merona merah, rupanya mata gaib Profesor Moody bisa melihat menembus kayu, tak hanya menembus belakang kepalanya.

"Jadi, apakah ada di antara kalian yang tahu kutukan apa yang dikenai hukuman paling berat berdasarkan undang-undang sihir?" Beberapa tangan mengacung ragu-ragu ke atas, termasuk tanganku, Ron dan Hermione. Profesor Moody menunjuk Ron, meskipun mata gaibnya masih terpancang pada Lavender.

"Err--" Kata Ron ragu-ragu, "Ayah saya pernah bercerita, namanya Kutukan Imperius, atau semacam itu?"

"Ah, ya," Kata Profesor Moody senang, "Ayahmu pasti tahu kutukan yang satu itu, Kutukan Imperius pernah membuat Kementerian kalang kabut."

Profesor Moody berdiri dengan susah payah pada kakinya yang tak berimbang, membuka laci mejanya, dan mengeluarkan tabung kaca, tiga ekor laba-laba besar hitam berlarian di dalamnya. Aku lihat Ron mundur sedikit ke sebelahnya, Ron membenci laba-laba. Profesor Moody memasukkan tangan ke dalam tabung, menangkap seekor laba-laba dan memeganginya di atas telapak tangannya, kemudian dia mengacungkan tongkatnya ke arah laba-laba itu dan bergumam, "Imperio!"

Laba-laba itu melompat dari tangan Profesor Moody pada benang sutra halus dan mulai berayun-ayun ke depan dan ke belakang, seperti pemain trapeze. Dia menjulurkan kaki-kakinya dengan kaku, kemudian terjun sambil memutar badan ke belakang, memutuskan benangnya dan mendarat di atas meja, lalu berjungkir balik berkeliling meja, Profesor Moody menyentakkan tongkatnya, dan si labah-labah berdiri di atas kedua kaki belakangnya dan mulai bergerak dengan gerakan tap dance, kami semua tertawa, kecuali Profesor Moody.

"Kalian kira lucu, ya?" Dia menggeram. "Kalian mau, kalau kulakukan kepada kalian?" Tawa langsung terhenti.

"Pengendalian total," Kata Profesor Moody pelan ketika si laba-laba menggulung diri dan mulai berguling-guling, "Aku bisa membuatnya melompat dari jendela, menenggelamkan diri, melempar diri kedalam tenggorokanmu." Ron bergidik.

"Bertahun-tahun yang lalu, ada banyak penyihir yang dikontrol dengan Kutukan Imperius," Kata Profesor Moody dan aku paham dia membicarakan hari-hari ketika
Kau-Tahu-Siapa berkuasa, "Kementerian kerepotan sekali, berusaha memilah siapa-siapa yang dipaksa berbuat, dan siapa yang berbuat atas kemauan sendiri. Kutukan Imperius bisa dilawan, dan aku akan mengajar kalian bagaimana caranya, tetapi diperlukan karakter yang kuat, dan tidak semua orang memilikinya. Lebih baik menghindarinya kalau bisa. WASPADA SETIAP SAAT!" Teriaknya, dan semua orang terlonjak termasuk aku.

Profesor Moody memungut laba-laba yang sedang jungkir balik dan melemparkannya kembali ke dalam tabung, "Ada yang tahu lagi? Kutukan terlarang lainnya?" Tanganku dan Hermione teracung ke udara lagi, dan juga tangan Neville, satu-satunya pelajaran di mana Neville biasanya memberi informasi dengan sukarela adalah Herbologi, pelajaran yang paling disukainya. Neville sendiri tampak heran dengan keberaniannya.

"Ya?" Tanya Profesor Moody, mata gaibnya berputar memandang Neville, "Ada--Kutukan Cruciatus," Kata Neville pelan tapi jelas.

Profesor Moody menatap tajam Neville, kali ini dengan kedua matanya,"Namamu Longbottom?" Tanyanya, mata gaibnya memandang ke bawah untuk mengecek daftar hadir. Neville mengangguk gugup, tetapi Profesor Moody tidak bertanya apa-apa lagi.

Seraya memandang ke seluruh kelas, tangannya masuk ke dalam tabung untuk mengambil laba-laba berikutnya dan meletakkannya di atas meja. Laba-laba itu diam saja, kurasa sangat ketakutan sampai tak bisa bergerak.

"Kutukan Cruciatus. Kalian harus sedikit lebih besar untuk bisa lebih memahaminya," Katanya, mengacungkan tongkatnya kepada si laba-laba.

"Engorgio!" Laba-laba itu menggelembung. Sekarang dia lebih besar daripada tarantula. Tanpa segan-segan lagi, Ron mendorong kursinya ke belakang, sejauh mungkin dari meja Profesor Moody.

Profesor Moody mengangkat tangannya lagi, mengacungkannya kepada si labah-labah, dan bergumam, "Crucio!" Semua kaki si laba-laba langsung tertekuk melekat ke tubuhnya. Dia berguling dan mulai berkelejat mengerikan, berguncang ke kiri dan ke kanan. Tak ada suara yang keluar, tetapi aku yakin bahwa jika si laba-laba bisa mengeluarkan suara, dia pasti menjerit-jerit. Profesor Moody tidak menyingkirkan tongkatnya, dansi laba-laba mulai bergetar dan menggelepar liar.

"Hentikan!" Seru Hermione nyaring. Aku menoleh memandangnya. Hermione tidak menatap si laba-laba melainkan Neville, dan aku mengikuti arah pandangannya, melihat tangan Neville mencengkeram meja di depannya, buku-buku jarinya putih, matanya melebar ngeri.

Profesor Moody mengangkat tongkatnya. Kaki si laba-laba menjadi lemas, tetapi dia masih berkelejat. "Reducio," Gumam Profesor Moody, dan si laba-laba mengecil sampai ke ukuran asalnya. Profesor Moody memasukkannya kembali ke dalam tabung.

"Kesakitan," Kata Profesor Moody pelan. "Kau tak memerlukan obeng atau pisau untuk menyiksa orang kalau kau bisa melakukan Kutukan Cruciatus, Kutukan itu juga sangat populer. Baik, ada yang tahu kutukan lain lagi?"

Aku mengangkat tangan dengan ragu-ragu, kedua mata Profesor Moody menatap padaku, aku berucap, "Kutukan Kematian, Avada Kedavra."

"Ah," Kata Profesor Moody, senyum samar kembali tersungging di bibirnya yang miring. "Ya, yang paling akhir dan paling mengerikan. Avada Kedavra, Kutukan Kematian."

Dia memasukkan tangannya ke dalam tabung gelas, dan seakan tahu apa yang akan terjadi, laba-laba ketiga berlarian panik di dasar tabung, berusaha menghindari jari-jari Profesor Moody, tetapi Profesor Moody menangkapnya dan menempatkannya di atas meja. Labah-labah itu merayap panik di atas permukaan papan itu. Profesor Moody menangkap tongkatnya, dan aku tiba-tiba saja mendapat firasat tak enak.

"Avada Kedavra!" Seru Profesor Moody. Ada kilatan cahaya hijau menyilaukan dan bunyi menderu, seakan ada sesuatu yang cepat dan tak kelihatan meluncur di udara--saat itu juga si laba-laba terguling, menelentang, tak ada lukanya, tapi jelas sudah mati. Beberapa anak menjerit tertahan. Ron melempar dirinya ke belakang dan nyaris terjatuh dari kursinya ketika si laba-laba menggelincir ke arahnya. Lalu Profesor Moody menyapu bangkai laba-laba itu dari meja ke lantai.

"Tidak menyenangkan," Kata Profesor Moody tenang. "Tidak enak. Dan tak ada kontra-kutukannya. Tak bisa dihalangi. Hanya ada satu orang yang bertahan hidup dari kutukan itu, dan dia duduk persis di depanku."

Mata Profesor Moody menatap pada Harry, begitupun aku dan satu kelas, aku bisa melihat rona merah samar-samar muncul di wajah Harry yang tengah memandang lurus pada papan tulis yang kosong. Dan kami melewatkan sisa jam pelajaran dengan mencatat tentang ketiga Kutukan Tak Termaafkan itu. Tak seorang pun bicara sampai bel berbunyi, tetapi sesudah kami meninggalkan kelas, celoteh ramai langsung terdengar. Kebanyakan anak membicarakan kutukan-kutukan tadi dengan nada kagum.

Aku berjalan dilorong dengan Ron dan Hermione disampingku, aku melihat kedepan, ada Neville yang berdiri sendirian, di tengah lorong, menatap tembok batu di depannya dengan mata lebar penuh kengerian seperti ketika Profesor Moody mendemonstrasikan Kutukan Cruciatus tadi.

Aku bergegas mendekat pada Neville, dan menyentuh bahunya pelan, "Neville, kau tidak apa-apa?"

Neville menoleh, "Oh, halo," Katanya, suaranya lebih melengking daripada biasanya, "Pelajaran yang menarik, ya? Apa ya menu makan malam kita? Aku--aku lapar sekali."

Aku memandang Neville khawatir, "Neville, aku serius, kau tidak apa-apa?"

"Oh ya, aku baik-baik saja," Neville mengoceh dengan suara melengking tak wajar. "Makan malam yang sangat menyenangkan--maksudku pelajaran--makan apa, ya?"

Bunyi tak-tok ganjil terdengar di belakang kami, dan ketika berpaling kamk melihat Profesor Moody terpincang-pincang mendekati kami. Kami semua langsung terdiam, memandang pada Profesor Moody dengan ketakutan. Tetapi ketika Profesor Moody bicara, suaranya yang seperti geraman lebih pelan dan lebih lembut daripada yang pernah kami dengar.

"Tak apa-apa, Nak," Katanya kepada Neville. "Kenapa kau tidak ikut ke kantorku? Ayo, kita bisa minum teh."

Neville pasrah, dia tak punya pilihan lain kecuali membiarkan dirinya dibawa pergi, salah satu tangan Profesor Moody yang berbonggol berada di atas bahunya dan menarik Neville dengan pelan.

"Aku akan ke perpustakaan, sampai jumpa." Kataku, berjalan menjauhi Harry, Ron dan Hermione, bukan tanpa alasan aku ke perpustakaan, aku mengunjunginya karena aku ingin mengerjakan PR Ramalan dengan tenang, tanpa ada hasutan dari Ron untuk mengerjakannya dengan cara mengarang, walau itu ide yang sangat bagus.

Aku sampai di perpustakaan, memasukinya dan mataku dimanjakan oleh rak-rak yang menjulang tinggi penuh dengan buku-buku, bau parkamen-parkamen tua juga menyapa indra penciumanku saat aku sedang mencari bangku yang kosong, hampir semuanya penuh dan didominasi oleh anak-anak Ravenclaw, ada satu diujung, diisi juga oleh anak Ravenclaw, aku mendekat, itu ternyata Darius Ervand, anak laki-laki Ravenclaw yang satu angkatan denganku.

"Hai, Ervand." Sapaku, Ervand mendongak, menampilkan senyum tipisnya, "Hai, kau boleh, silahkan."

"Kau membaca pikiranku." Kataku sebelum akhirnya mendudukkan diri didepan Ervand dan mengeluarkan buku-buku tentang Ramalan dari dalam tasku, selama beberapa jam kemudian, aku berusaha dengan keras menyelesaikan PR-ku dengan cara yang baik dan benar, tidak mengarang.

Aku menghela nafas, sudah beres, aku juga mulai membereskan meja dan memasukan buku-bukuku kedalam tas seperti sedia kala, Ervand masih fokus mengerjakan tugasnya, aku memperhatikannya, rambutnya hitam legam dan tersisir dengan rapih, dia memandangku, menampilkan matanya yang senada dengan warna rambutnya itu.

"Aku pikir kau adalah orang yang tak akan mempercayai hal-hal seperti Ramalan." Kata Ervand, dia mulai membereskan buku-bukunya, "Ya, tapi aku terlalu malas untuk mengganti pelajaran, jadi aku tertahan di Ramalan."

"Alasan macam apa itu?" Kata Ervand lagi, alisnya mengerut, sedangkan aku terkikik geli, "Kau harus mencoba mengambil Arithmancy, temanmu, Granger, mengambilnya, bukan?"

"Mhm, akan kupikirkan," Ujarku pelan, "Ervand, aku bertanya-tanya, setelah lulus nanti, kau ingin menjadi apa?"

"Aku? Auror kurasa, entahlah, hanya itu yang aku pikirkan," Ucap Ervand, dia sudah memasukkan buku-bukunya dan matanya beralih menatapku, "Wow, cukup keren, aku yakin nilai NEWT-mu akan O semua, Ervand."

"Doakan saja, dan kau?" Aku berpikir sejenak, setelah lulus aku ingin menjadi apa? Auror? Tidak, Dad adalah Auror, aku ingin pekerjaan yang berbeda dengan Dad, membuka toko? Lalu apa yang akan aku jual? Hmm.

"Guru," Kataku, mata hitam milik Ervand berkilat tertarik, "Guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, ya, aku ingin jadi itu setelah lulus."

Continue Reading

You'll Also Like

3.7K 408 20
Sebuah perjanjian masa kecil dengan cinta pertama nya Severus Snape. "Berjanjilah padaku. Saat kita dewasa nanti, kau akan membesarkan bayi dari pant...
1.2K 165 4
彡ꜰᴀɴꜰɪᴄ ʟᴏ'ᴀᴋ x ʀᴇᴀᴅᴇʀꜱᏊ⁠ 🄿🄴🅁🄵🄴🄲🅃 𝘐 𝘧𝘰𝘶𝘯𝘥 𝘢 𝘭𝘰𝘷𝘦, 𝘧𝘰𝘳 𝘮𝘦. 𝘋𝘢𝘳𝘭𝘪𝘯𝘨, 𝘫𝘶𝘴𝘵 𝘥𝘪𝘷𝘦 𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵 𝘪𝘯 𝘢𝘯𝘥 𝘧𝘰𝘭𝘭𝘰�...
17.9K 2.6K 20
[BOOK ONE OF THE LOST SERIES] Captain America : The First Avenger X Reader "She's from another universe!" Bagaimana perasaan Y/n ketika ia terbangun...
103K 11K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...