Cassandra Aldrich [✓]

By gxrysmxth

119K 18.8K 1.1K

[Harry Potter Fanfiction] Tahun-tahun Cassandra Aldrich saat di Hogwarts bersama dengan ketiga sahabatnya; Ha... More

Tawanan Azkaban; 1
Tawanan Azkaban; 2
Tawanan Azkaban; 3
Tawanan Azkaban; 4
Tawanan Azkaban; 5
Tawanan Azkaban; 6
Tawanan Azkaban; 7
Tawanan Azkaban; 8
Tawanan Azkaban; 9
Tawanan Azkaban; 10
Tawanan Azkaban; 11
Tawanan Azkaban; 12
Tawanan Azkaban; 13
Tawanan Azkaban; 14
Tawanan Azkaban; 15
Tawanan Azkaban; 17
Tawanan Azkaban; 18 [✓]
Piala Api; 1
Piala Api; 2
Piala Api; 3
Piala Api; 4
Piala Api; 5
Piala Api; 6
Piala Api; 7
Piala Api; 8
Piala Api; 9
Piala Api; 10
Piala Api; 11
Piala Api; 12
Piala Api; 13
Piala Api; 14
Piala Api; 15
Piala Api; 16
Piala Api; 17
Piala Api; 18
Piala Api; 19
Piala Api; 20
Piala Api; 21 [✓]
Orde Phoenix; 1
Orde Phoenix; 2
Orde Phoenix; 3
Orde Phoenix; 4
Orde Phoenix; 5
Orde Phoenix; 6
Orde Phoenix; 7
Orde Phoenix; 8
Orde Phoenix; 9
Orde Phoenix; 10
Orde Phoenix; 11
Orde Phoenix; 12
Orde Phoenix; 13
Orde Phoenix; 14
Orde Phoenix; 15
Orde Phoenix; 16
Orde Phoenix; 17
Orde Phoenix; 18 [✓]
Pangeran Berdarah Campuran; 1
Pangeran Berdarah Campuran; 2
Pangeran Berdarah Campuran; 3
Pangeran Berdarah Campuran; 4
Pangeran Berdarah Campuran; 5
Pangeran Berdarah Campuran; 6
Pangeran Berdarah Campuran; 7
Pangeran Berdarah Campuran; 8 [✓]
Cassandra Aldrich II

Tawanan Azkaban; 16

2K 337 29
By gxrysmxth

Si laki-laki berkumis hitam mengelus sesuatu di pinggangnya, aku memandang ke arah itu dan melihat ibu jari laki-laki itu mengelus mata kapak yang tajam berkilau. Ron membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tetapi Hermione menyikut rusuknya dengan keras dan mengedikkan kepalanya ke arah Aula Depan.

"Kenapa kau memberhentikanku?" Kata Ron gusar, ketika kami memasuki Aula Besar untuk makan siang, "Apakah kau melihat mereka? Mereka bahkan sudah menyiapkan kapak! Keadilan harus ditegakkan!"

"Ron, ayahmu bekerja di Kementerian, kau tak bisa mengatakan hal-hal seperti itu kepada bosnya!" Kata Hermione, tetapi Hermione sendiri tampak sangat cemas.

"Asal Hagrid bisa tenang kali ini, dan mengajukan pembelaannya dengan benar, tak mungkin mereka membunuh Buckbeak."

Tetapi aku bisa melihat Hermione tidak sepenuhnya yakin pada apa yang dikatakannya, di sekeliling kami, anak-anak mengobrol dengan bergairah seraya menyantap makan siang mereka, dengan riang menunggu saat akhir ujian sore itu. Tetapi aku, Harry, Ron, dan Hermione, yang sangat mencemaskan Hagrid dan Buckbeak, tak bisa ikut senang, ujian terakhir aku, Harry dan Ron adalah Ramalan, sedangkan ujian terakhir Hermione adalah Telaah Muggle, kami menaiki tangga pualam bersama-sama, Hermione meninggalkan kami di lantai satu, sementara aku Harry dan Ron naik terus sampai ke lantai tujuh. Sebagian besar teman kami sedang duduk di tangga spiral yang menuju ke kelas Profesor Trelawney, berusaha mengulang pelajaran pada menit-menit terakhir.

"Cassandra Aldrich!" panggil suara sayup-sayup dari atas kepala kami. Aku tersenyum pada Ron dan Harry, lalu menaiki tangga perak dan menghilang dari pandangan. Ruang menara lebih panas dari biasanya, gorden-gorden tertutup, api di perapian menyala, dan bau memusingkan yang biasa membuatku terbatuk ketika aku melewati kerumunan kursi dan meja menuju ke tempat Profesor Trelawney duduk menungguku menghadapi bola kristal besar.

"Selamat siang, Nak," Sapanya lembut, "Silakan pandang bola kristal ini--tidak usah buru-buru--kemudian katakan padaku apa yang kaulihat di dalamnya."

Aku menunduk di atas bola kristal itu dan memandangnya, memandang setajam mungkin, mengharap bola itu menunjukkan padaku hal lain selain kabut putih yang melayang-layang, tetapi tak ada yang terjadi.

"Bagaimana?" Profesor Trelawney bertanya dengan halus, "Apa yang kaulihat?"

"Ehh--bunga--kurasa bunga mawar hitam." Kataku mengarang, tidak tahu akan ketahuan atau tidak.

"Wah!" Kata Profesor Trelawney bersemangat, ia menulis sesuatu di atas parkamennya, "Apa masih ada?"

"Uhm, tidak, Profesor."

"Yah, baiklah, Nak, cukup sekian, kau boleh pergi." Katanya lalu menghela nafas, aku lega lalu bangkit mengambil tas tetapi kemudian suara parau bicara di belakangku.

"Nanti akan terjadi, seseorang, pemilik hatimu, akan meninggalkanmu."

Aku berputar, "Maaf?"

Kepala Profesor Trelawney terkulai ke dadanya, dia mengeluarkan suara seperti dengkur, kemudian mendadak kepalanya tegak kembali, "Maaf, Nak, panas sekali, aku tertidur sesaat."

"Oh, oke, baiklah Profesor, aku permisi." Kataku cepat kemudian berjalan tergesa-gesa menuju keluar kelas, aku melihat Harry dan Ron duduk menyender di dinding.

"Bagaimana?" Tanya Ron, seraya bangkit dari duduknya bersamaan dengan Harry.

"Omong kosong," Kataku, aku mendekatkan kepalaku pada mereka berdua seraya berbisik, "Aku sebenarnya mengarang-ngarang saja."

"Sampai bertemu di ruang rekreasi." Kata Ron, saat Profesor Trelawney memanggilnya dengan berteriak.

"Kau sungguh mengarangnya?" Tanya Harry, aku mengangguk dengan pelan sambil nyengir, "Sungguh."

"Baiklah Harry, aku akan ke ruang rekreasi dulu." Ucapku, lima menit kemudian aku melewati satpam Troll di jalan masuk menara Gryffindor, anak-anak yang lain berpapasan denganku, menuju ke halaman dan kebebasan yang sudah lama ditunggu.

Aku menyimpan tas disofa dan duduk dengan tenang, ruang rekreasi sangat sepi sekarang, aku mengambil nafas dalam-dalam, ujian telah selesai dan beban pikiranku hanya ada Buckbeak.

Aku meraih tasku dan membukanya, mengambil Kacang Segala Rasa Bertie Botts yang waktu itu aku beli di Hogsmeade, aku memakannya dengan pelan untuk merasakan berbagai rasanya, tak terasa lima menit sudah aku merasakan pedas, manis, kotoran telinga dan juga asin.

"Kita harus ke sana!" Terdengar suara Harry yang berteriak, aku bangkit berdiri, "Dia tak boleh duduk sendirian menunggu kedatangan algojo!"

"Hei, ada apa?" Tanyaku saat mereka sudah sampai di ruang rekreasi, mereka saling berpandangan, Ron maju dan menyerahkan secarik parkamen.

Banding kalah, dia akan di penggal saat matahari terbenam. Tak ada yang bisa kalian lakukan. Aku tak mau kalian saksikan itu.

Hagrid.

Aku mendongak menatap pada mereka bertiga, sungguh, aku tak bisa berkata-kata, "Kalau saja Jubah Gaib masih ada padaku."

"Dimana Jubah itu, Harry?" Tanya Hermione pada Harry, Harry bercerita bagaimana dia meninggalkannya di lorong di bawah payung nenek sihir bermata satu.

"Bagaimana tadi cara membuka pintu?" Tanyaku pada Harry, "Ketuk saja dan tinggal bilang, 'Dissendium'--"

Aku tidak menunggu Harry menyelesaikan perkataannya, aku langsung berlari dan mendorong lukisan si Nyonya Gemuk sampai terbuka dan menuju pada lukisan nenek sihir bermata satu. Aku kembali setengah jam ke ruang rekreasi dengan Jubah Gaib itu terlipat berada di balik jubahku.

Kami turun untuk makan malam bersama yang lain, tetapi tidak kembali ke Menara Gryffindor sesudahnya, Harry sudah menyembunyikan Jubah Gaib di balik jubahnya, dia harus menyilangkan tangan di depan dada untuk menyamarkan bagian depan jubahnya yang menggelembung, kami bersembunyi dalam ruangan kosong di seberang Aula Depan, mendengarkan, sampai kami yakin aula sudah sepi, kami mendengar dua anak terakhir bergegas menyeberangi aula dan pintu yang terbanting, Hermione menjulurkan kepala dari pintu.

"Oke," Hermione berbisik, "Tak ada orang lagi--pakai jubahnya--"

Berjalan sangat rapat agar tak ada yang melihat, kami berjingkat menyeberangi aula di bawah lindungan Jubah Gaib, kemudian menuruni undakan batu dan melangkah ke halaman, matahari sudah terbenam di balik Hutan Terlarang, menyepuh keemasan dahan-dahan pepohonan yang paling atas. Kami tiba di pondok Hagrid dan mengetuknya, semenit kemudian baru Hagrid membuka pintu, Hagrid memandang berkeliling mencari-cari tamunya, wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar.

"Ini kami," Aku mendesis,  "Kami memakai Jubah Gaib, biarkan kami masuk supaya bisa melepasnya."

"Seharusnya kalian tidak datang!" Bisik Hagrid, tetapi dia melangkah mundur, dan kami berempat masuk, Hagrid cepat-cepat menutup pintu dan Harry menarik terbuka Jubah Gaibnya.

Hagrid tidak menangis, dia pun tidak menghambur memeluk kami, dia tampak seperti orang yang tak tahu di mana dia berada atau apa yang harus dilakukannya, ketidakberdayaan ini lebih mengenaskan daripada air mata.

"Mau teh?" Hagrid menawari, tangannya yang besar gemetar ketika menjangkau ketel, "Di mana Buckbeak, Hagrid?" Tanya Hermione ragu-ragu.

"Aku--kubawa keluar." Kata Hagrid, susu berceceran di atas meja ketika Hagrid menuangnya ke dalam teko.

"Dia kutambatkan di kebun labuku, kupikir dia harus lihat pohon-pohon dan--dan hirup udara segar--sebelum--" Tangan Hagrid bergetar begitu kerasnya sehingga teko susu terlepas dari pegangannya dan pecah berkeping-keping di lantai.

"Biar aku saja, Hagrid." Kataku cepat-cepat, aku bergegas mendekati Hagrid dan membersihkan lantai.

"Ada satu lagi di dalam lemari." Kata Hagrid seraya duduk di kursinya dan menyeka dahinya dengan lengan jubahnya.

Aku berjalan ke lemari untuk mengambil susu, dan betapa terkejutnya aku saat membuka lemari, ada tikus disana, tikus milik Ron! Scabbers!

"Ron! Ini Scabbers!" Kataku hampir berteriak, Ron terpana memandang padaku, Scabbers meluncur jatuh ke atas meja,  "Scabbers! Scabbers kenapa kau disini!?"

Ron menangkap tikus yang memberontak itu dan mengangkatnya ke arah lampu, Scabbers kelihatannya merana sekali, dia lebih kurus dari sebelumnya, bulunya banyak yang rontok, meninggalkan petak-petak botak lebar, dan dia meronta liar di tangan Ron, seakan panik mau melepaskan diri, "Jangan takut, Scabbers! Tak ada kucing! Tak ada yang akan melukaimu di sini!"

Hagrid mendadak bangkit, matanya terpaku ke jendela, wajahnya yang biasanya kemerahan kini sepucat perkamen, aku, Harry, Ron, dan Hermione berbalik. Serombongan laki-laki sedang menuruni undakan kastil di kejauhan. Di depan tampak Profesor Dumbledore, jenggot peraknya berkilau tertimpa sinar mentari yang tersisa, di sebelahnya berjalan Cornelius Fudge, di belakang mereka si anggota Komite yang tua dan lemah dan si algojo.

"Kalian harus pergi," Kata Hagrid. Sekujur tubuhnya gemetar, "Mereka tak boleh temukan kalian di sini--pergilah, sekarang--"

Ron menjejalkan Scabbers ke dalam sakunya dan aku memungut Jubah Gaib, Hagrid berkata, "Kuantar kalian keluar lewat pintu belakang."

Kami mengikuti Hagrid ke pintu yang membuka ke halaman belakang pondok, Buckbeak beberapa meter di kejauhan, tertambat di pohon di belakang kebun labu kuning Hagrid. Buckbeak tampaknya tahu sesuatu sedang berlangsung, dia menolehkan kepalanya yang tajam ke kanan dan ke kiri, dan kakinya mengais-ngais tanah dengan cemas, Hagrid berkata dengan lembut, "Tak apa-apa, Beaky."

"H-hagrid! Kami akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, mereka tak boleh membunuh Buckbeak." Kataku gemetaran, Hagrid menjawab dengan tegas, "Pergilah!"

Hermione merebut Jubah Gaib dari tanganku lalu memasangkannya ke kepala kami berempat, Hagrid berucap dengan parau, "Cepat pergi."

Dan Hagrid, dia melangkah kembali ke dalam pondoknya ketika terdengar ketukan di pintu depan Perlahan, seakan dalam keadaan trans mengerikan, aku, Harry, Ron, dan Hermione mengitari pondok Hagrid, setiba di bagian depan, mereka mendengar pintu depan terbanting menutup.

"Ayo, cepat!" Bisik Hermione, "Aku tak tahan, aku tak tega--"

Kami berjalan menaiki padang rumput landai menuju kastil, matahari menggelincir turun dengan cepat sekarang, langit sudah berubah warna menjadi keabuan bernuansa ungu, tetapi di arah barat masih ada sinar kemerahan, Scabbers mencicit-cicit liar, tetapi tidak cukup keras untuk mengatasi suara-suara yang terdengar dari arah kebun belakang Hagrid. Terdengar suara-suara laki-laki, hening, dan kemudian, tanpa terduga, siutan ayunan dan hantaman kapak.
  
Aku menutup mulut dengan kedua tangan, masih di kelilingi rasa tak percaya Buckbeak telah dibunuh, "Aku tak percaya mereka melakukannya!"

Sisa-sisa terakhir cahaya matahari yang terbenam kemerahan menimpa halaman berumput yang sudah mulai remang-remang, kemudian di belakang mereka, mereka mendengar lolongan liar.

"Hagrid." Harry bergumam, tanpa memikirkan apa yang dilakukannya, Harry berbalik, tetapi Ron dan Hermione menyambar lengannya.

"Tidak boleh," Kata Ron, yang pucat pasi "Akan makin menyulitkannya kalau mereka tahu kita tadi menengoknya--"

"Ayo--ayo kita terus." Aku mengajak, kami meneruskan berjalan menuju kastil, perlahan agar tetap tersembunyi di bawah Jubah Gaib, cahaya sore memudar dengan cepat sekarang, saat kami tiba di halaman terbuka, kegelapan telah menyelimuti kami.

"Ouch!" Ron memekik, Scabbers meluncur dari tangan Ron dan mulai berlari, Ron, tentu saja mengejarnya, aku memanggil Ron pelan, "Ron!"

Aku dan Harry saling pandang, kemudian berlari mengejar Ron, diikuti juga oleh Hermione, sangat sulit berlari cepat di bawah Jubah Gaib, maka kami menurunkannya dan jubah itu berkibar di belakang kami seperti bendera.

"Dapat!" Kata Ron, setelah meluncur ke tanah dan berhasil menangkap Scabbers, aku memanggil Ron lagi, "Ron! Ayo kembali ke dalam jubah!"

Tetapi sebelum Ron bangkit berdiri, kami mendengar entakan kaki besar binatang, ada yang berlari mendekati kami dari dalam kegelapan, disana tampak anjing besar hitam pekat, bermata pucat.

Aku menjangkau tongkatku, tetapi terlambat--si anjing melompat tinggi dan kaki depannya menghantam dadaku, aku jatuh terjengkang ditimpa gundukan bulu, aku bisa merasakan napasnya yang panas, melihat gigi-giginya yang sepanjang dua setengah senti. Dengan perasaan melayang, seakan rusukku patah, aku berusaha bangun, aku bisa mendengar si anjing menggeram ketika dia berputar, siap menyerang lagi.

Ron sudah berdiri, ketika anjing itu melompat lagi ke arahku, Ron mendorongku minggir, sehingga moncong si anjing malah menggigit lengan Ron yang terjulur. Aku menerjang anjing itu, anjing itu berbalik kearahku dan mendorongku dengan kepalanya, aku terjerembab kebelakang, berputar-putar dan kepalaku mengenai sesuatu yang keras, aku bangkit berdiri dan mendekat pada Harry, terasa ada yang mengalir dari keningku, sepertinya darah.

"Lumos!" Harry berteriak, cahaya tongkat memperlihatkan batang pohon besar, rupanya kami telah mengejar Scabbers sampai ke dekat Dedalu Perkasa, dan dahan-dahan pohon itu berderak-derak seakan kena tiupan angin kencang, menghantam ke sana kemari, mencegah kami agar tidak datang semakin dekat.

Dan di pangkal batang pohon itu, tampak si anjing, menyeret Ron ke dalam lubang besar di antara akar-akarnya--Ron memberontak sekuat tenaga, tetapi kepala dan dadanya terseret menghilang dari pandang.

"Ron!" Harry berteriak, berusaha mengikuti, tetapi ada dahan besar memukulnya kuat-kuat dan dia terlempar ke belakang lagi.

Yang bisa kami lihat sekarang hanyalah satu kaki Ron, yang dikaitkannya di akar pohon dalam usahanya menghentikan si anjing menariknya lebih jauh ke dalam tanah. Kemudian terdengar derak mengerikan seperti letusan senapan; kaki Ron patah, dan detik berikutnya, kakinya pun telah menghilang dari pandangan kami. Ada dahan lain yang menyapu ke bawah menghantam kami, ranting-rantingnya mengepal seperti buku-buku jari, aku melesat kesana kemari mencoba untuk masuk ke akar pohon. Harry dan Hermione mengikutiku dari belakang, aku menunduk saat satu dahan melayang cepat diatasku, aku berhasil sampai di lubang besar, tapi tidak dengan Harry dan Hermione, mereka terbawa oleh dahan.

"Harry! Hermione!" Aku berteriak dari lubang akar, Harry dan Hermione berlari lagi menujuku, dahan-dahan berusaha menghalau mereka, dan mereka bisa melewatinya dan Harry meluncur duluan ke tanah kemudian Hermione jatuh tepat diatas Harry.

Harry dan Hermione bangkit, lalu kami bergerak secepat yang kami bisa, membungkuk sampai tubuh kami nyaris terlipat dua, terowongan ini panjang, paling tidak rasanya sepanjang terowongan yang menuju Honeydukes, yang bisa dipikirkanku hanyalah Ron dan apa yang mungkin sedang dilakukan anjing  itu kepadanya, aku tersengal, dadaku terasa sakit saat aku menarik napas, berlari sambil membungkuk.

Continue Reading

You'll Also Like

30.6K 4.2K 19
⌗ ❪ 𝗻𝗲𝘁𝗲𝘆𝗮𝗺 𝘅 𝗼𝗰 𝘅 𝗹𝗼'𝗮𝗸 ❫ ꒱ 🐚 ↳ 𝘄𝗿𝗶𝘁𝘁𝗲𝗻 𝗶𝗻 𝗶𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮𝗻 ❞ ━ 𝗜𝗡 𝗪𝗛𝗜𝗖𝗛, "𝘁𝗵𝗲 𝘄𝗮�...
9.3K 1.1K 31
Gadis itu selalu terluka, seberapa keras gadis itu mencoba untuk melindungi teman temannya, pasti ada saja yang menghalangi jalannya. Gadis itu lalu...
72.2K 6.5K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
3.8K 409 20
Sebuah perjanjian masa kecil dengan cinta pertama nya Severus Snape. "Berjanjilah padaku. Saat kita dewasa nanti, kau akan membesarkan bayi dari pant...