Cassandra Aldrich [✓]

By gxrysmxth

119K 18.8K 1.1K

[Harry Potter Fanfiction] Tahun-tahun Cassandra Aldrich saat di Hogwarts bersama dengan ketiga sahabatnya; Ha... More

Tawanan Azkaban; 1
Tawanan Azkaban; 2
Tawanan Azkaban; 3
Tawanan Azkaban; 4
Tawanan Azkaban; 5
Tawanan Azkaban; 6
Tawanan Azkaban; 7
Tawanan Azkaban; 8
Tawanan Azkaban; 9
Tawanan Azkaban; 10
Tawanan Azkaban; 11
Tawanan Azkaban; 12
Tawanan Azkaban; 14
Tawanan Azkaban; 15
Tawanan Azkaban; 16
Tawanan Azkaban; 17
Tawanan Azkaban; 18 [✓]
Piala Api; 1
Piala Api; 2
Piala Api; 3
Piala Api; 4
Piala Api; 5
Piala Api; 6
Piala Api; 7
Piala Api; 8
Piala Api; 9
Piala Api; 10
Piala Api; 11
Piala Api; 12
Piala Api; 13
Piala Api; 14
Piala Api; 15
Piala Api; 16
Piala Api; 17
Piala Api; 18
Piala Api; 19
Piala Api; 20
Piala Api; 21 [✓]
Orde Phoenix; 1
Orde Phoenix; 2
Orde Phoenix; 3
Orde Phoenix; 4
Orde Phoenix; 5
Orde Phoenix; 6
Orde Phoenix; 7
Orde Phoenix; 8
Orde Phoenix; 9
Orde Phoenix; 10
Orde Phoenix; 11
Orde Phoenix; 12
Orde Phoenix; 13
Orde Phoenix; 14
Orde Phoenix; 15
Orde Phoenix; 16
Orde Phoenix; 17
Orde Phoenix; 18 [✓]
Pangeran Berdarah Campuran; 1
Pangeran Berdarah Campuran; 2
Pangeran Berdarah Campuran; 3
Pangeran Berdarah Campuran; 4
Pangeran Berdarah Campuran; 5
Pangeran Berdarah Campuran; 6
Pangeran Berdarah Campuran; 7
Pangeran Berdarah Campuran; 8 [✓]
Cassandra Aldrich II

Tawanan Azkaban; 13

2.2K 352 2
By gxrysmxth

Baik aku, semua anak dan Profesor McGonagall memandang pada Ron.

"Jangan bercanda, Weasley, bagaimana mungkin dia bisa melewati lubang lukisan?"

"Tanya saja dia!" Kata Ron, menunjuk dengan jari gemetar ke bagian belakang lukisan Sir Cadogan, "Tanya dia apakah dia melihat."

Seraya menatap Ron dengan curiga, Profesor McGonagall mendorong lukisan sampai terbuka dan keluar. Semua anak di ruang rekreasi menunggu dengan napas tertahan.

"Sir Cadogan, apakah kau tadi mengizinkan seorang laki-laki memasuki Menara Gryffindor?" Tanya Profesor McGonagall.

"Tentu saja!" Jawab Sir Cadogan dengan lantang, sunyi senyap, baik di dalam maupun di luar ruang rekreasi.

"Jadi--jadi kau mengizinkan dia masuk?" Profesor McGonagall menegaskan, "Tapi--tapi--kata kunci-nya?"

"Dia punya!" Kata Sir Cadogan bangga, dan aku bisa merasakan Hermione memegang tanganku, "Punya kata kunci untuk sepanjang minggu! Dia bacakan dari secarik kertas kecil!"

Profesor McGonagall masuk lagi lewat lubang lukisan dan menghadapi kerumunan anak-anak yang ketakutan dan terperangah, wajah Profesor McGonagall sepucat tembok.

"Siapa orangnya?" Katanya, suaranya terdengar gemetar, "Siapa yang begitu bodoh mencatat kata-kata kunci minggu ini dan meninggalkannya sembarangan?"

Keheningan ruangan dipecahkan oleh pekik ketakutan pelan, aku lihat Neville gemetar dari ujung kepala sampai ke ujung jari kaki yang terselubung sandal bulu, pelan-pelan dia mengangkat tangannya ke atas.

Tak seorang pun anak di Menara Gryffindor tidur malam itu, kami tahu bahwa kastil digeledah lagi dan semua anak asrama berkumpul tinggal jaga di ruang rekreasi, menunggu berita apakah Black berhasil ditangkap, Profesor McGonagall muncul kembali pada pagi hari, untuk memberitahu kami bahwa Black sekali lagi berhasil lolos.

Kemana pun kami pergi keesokan harinya, kami melihat pengamanan yang diperketat, Profesor Flitwick tampak sedang mengajari pintu-pintu depan untuk mengenali foto besar Sirius Black, Mr. Filch mendadak berjalan mondar-mandir disepanjang koridor-koridor, menutup segala lubang, dari celah sempit di tembok sampai lubang tikus. Sir Cadogan sudah dipecat lukisannya sudah dikembalikan ke bordesnya yang sepi di lantai tujuh, dan si Nyonya Gemuk sudah kembali, dia sudah direstorasi dengan ahli, tetapi masih sangat ketakutan, dan baru setuju kembali menjalankan tugasnya dengan syarat diberi perlindungan ekstra. Serombongan satpam troll bertampang sangar telah disewa untuk mengawalnya, mereka mondar-mandir di koridor dengan tampang galak, bicara seperti menggerutu dan saling membandingkan ukuran pentungan mereka.

Ron mendadak jadi selebriti, untuk pertama kalinya, orang lebih memperhatikan dia daripada Harry dan jelas sekali Ron agak menikmati pengalaman ini, meskipun masih sangat terguncang dengan kejadian malam sebelumnya, dengan senang hati dia bercerita kepada siapa pun yang bertanya, apa yang terjadi, secara mendetail.

"Aku sedang tidur, dan aku dengar bunyi kain robek, kukira aku mimpi, tapi kemudian terasa tiupan angin--aku terbangun dan salah satu sisi kelambuku sudah merosot, aku berbalik dan melihatnya di atasku--seperti tengkorak dengan rambut kotor riap-riapan, memegang pisau besar panjang, paling tidak tiga puluh senti dan dia memandangku, dan aku memandangnya, kemudian aku menjerit, dan dia kabur."

"Tapi kenapa?" Ron menambahkan kepada aku dan Harry ketika rombongan cewek kelas dua yang mendengarkan ceritanya yang mengerikan telah pergi, "Kenapa dia kabur?"

Aku dan Harry juga sedang mempertanyakan hal itu, kenapa Black, yang mendatangi tempat tidur yang salah, tidak membungkam Ron dan meneruskan mencari Harry? Black sudah membuktikan dua belas tahun lalu bahwa dia tak keberatan membunuh orang-orang tak bersalah, dan kali ini dia cuma menghadapi lima anak laki-laki tak bersenjata, empat di antaranya sedang tidur.

Neville benar-benar mendapat malu, Profesor McGonagall marah sekali kepadanya sehingga dia melarang Neville ikut semua kunjungan Hogsmeade yang akan datang, memberinya detensi, dan melarang siapa pun memberi Neville kata kunci untuk masuk ke menara. Kasihan sekali Neville, tepaksa dia menunggu di luar ruang rekreasi setiap malam sampai ada anak yang mengajaknya masuk, sementara satpam troll menyeringai menyebalkan kepadanya.

Meskipun demikian, tak satu pun dari hukuman ini sebanding dengan yang diberikan neneknya kepadanya, dua hari setelah kedatangan Black, neneknya mengiriminya hal terburuk yang bisa diterima murid Hogwarts sewaktu sarapan, yaitu Howler. Burung-burung hantu sekolah menderu masuk ke Aula Besar, membawa pos seperti biasanya, dan Neville tersedak ketika seekor burung hantu serak besar mendarat di depannya, paruhnya menggigit amplop merah. Aku, Harry dan Ron, yang duduk berhadapan dengannya, langsung mengenali surat itu sebagai Howler--Ron menerimanya dari Mrs. Weasley tahun sebelumnya.

"Bawa lari, Neville." Ron menyarankan.

Neville tak perlu diberitahu dua kali, dia menyambar amplop itu dan memegangnya di depannya seakan amplop itu bom yang siap meledak, berlari meninggalkan Aula, sementara anak-anak di meja Slytherin tertawa terbahak-bahak melihatnya. Kami semua mendengar Howler meledak di Aula Depan--suara nenek Neville, yang secara sihir diperkeras seratus kali dari normalnya, menjeritkan bagaimana dia telah mempermalukan seluruh keluarganya.

"Cassandra!" Hermione memanggil, dia masuk ke ruang rekreasi dengan tergesa-gesa, aku yang sedang duduk bersama dengan tumpukkan buku hanya melihatnya bingung.

"Hagrid mengirim surat." Kata Hermione, dia menyerahkannya padaku, kemudian dia tenggelam dalam isakannya, aku yang semakin bingung langsung saja mengambilnya, perkamen itu lembap, dan air mata besar-besar telah membuat tintanya sangat luntur di banyak tempat sehingga tulisannya sulit sekali dibaca.

Dear Hermione & Cassandra.
Kami kalah.
Aku diizinkan bawa dia pulang ke Hogwarts, hari hukuman akan di tentukan.
Beaky senang di London.
Aku tak akan melupakan bantuan yang kalian berikan pada kami.

Hagrid.

"Mereka tak boleh melakukan ini!" Kataku keras sambil mendekat pada Hermione dan mulai memeluknya, "Buckbeak tidak berbahaya."

Hermione semakin keras dalam isakannya, aku mengelus-elus punggungnya pelan, walau aku juga sedang menahan untuk tidak terisak, kami berdua menunggu Harry dan Ron di ruang rekreasi, aku sudah melupakan PR yang harusnya aku kerjakan dan lebih memilih fokus pada persoalan Buckbeak.

Harry dan Ron sudah tahu apa yang terjadi pada Hagrid dan Buckbeak, mereka marah sekali, dan juga Hermione sudah meminta maaf pada Ron soal Scabbers dan Crookshanks. Ron, dia memaafkannya dan berkata kalau Scabbers juga sudah tua dan mungkin Mrs. Weasley akan membelikannya burung hantu.

Tindakan pengamanan yang diterapkan kepada anak-anak setelah Black berhasil masuk untuk kedua kalinya membuat tak mungkin bagi aku, Harry, Ron, dan Hermione mengunjungi Hagrid di malam hari, satu-satunya kesempatan bicara dengan Hagrid adalah selama pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib, Hagrid tampak shock dengan keputusan pengadilan.

"Semua salahku, lidahku terkunci, mereka semua duduk di sana pakai jubah hitam dan aku berkali-kali jatuhkan catatanku dan lupa semua tanggal penting yang telah kau dan Cassandra carikan untukku, Hermione, dan kemudian Lucius Malfoy berdiri dan bacakan tuduhannya, dan Komite lakukan persis seperti yang dia suruh--"

"Masih ada naik banding!" Kata Ron tegas, "Jangan menyerah dulu, kami sedang menggarapnya!"

Kami berjalan kembali ke kastil bersama yang lain, kami bisa melihat Malfoy berjalan di depan bersama Crabbe dan Goyle, Malfoy berkali-kali menoleh ke belakang, tertawa kesenangan.

"Tak ada gunanya, Ron," Kata Hagrid sedih saat mereka tiba di undakan kastil, "Komite itu ada dalam cengkeraman Lucius Malfoy, aku cuma akan pastikan sisa waktu Beaky jadi waktu yang paling menyenangkan baginya, aku berutang padanya." Hagrid berbalik dan bergegas kembali ke pondoknya, wajahnya dibenamkan dalam saputangannya.

"Lihat, dia menangis!" Malfoy, Crabbe, dan Goyle tadi berdiri di balik pintu kastil, mencuri dengar.

"Pernahkah kau melihat sesuatu yang sekonyol itu?" Kata Malfoy, "Mana bisa orang konyol begitu jadi guru kita."

Aku Harry dan Ron bergerak cepat mendekati Malfoy, tetapi Hermione lebih cepat dari kami bertiga--Bugh! Aku bisa lihat dia telah meninju Malfoy dengan sekuat tenaga. Malfoy terhuyung, aku Harry, Ron, Crabbe, dan Goyle berdiri terperangah sementara Hermione mengangkat tangannya lagi.

"Jangan berani-berani kau mengatai Hagrid konyol lagi, kau Kecoak brengsek! Menjijikkan!"

"Hermione!" Kata Ron lemah, dan dia mencoba menyambar tangan Hermione yang sudah terayun lagi.

"Minggir kau, Ron!" Hermione mencabut tongkatnya, Malfoy mundur, Crabbe dan Goyle memandangnya minta petunjuk, keduanya tampak kebingungan.

"Ayo." Malfoy bergumam, dan saat berikutnya, mereka bertiga telah menghilang ke dalam lorong bawah tanah.

"Hermione!" Kata Ron lagi, kedengarannya heran dan sekaligus kagum.

"Cassandra! Harry! Sebaiknya kalian menang dalam Final Quidditch nanti!" Kata Hermione nyaring, "Jangan sampai kalian kalah, karna aku tak tahan kalau Slytherin menang!"

"Yah, dan sekarang sudah waktunya pelajaran Ramalan," Kataku pelan, "Kurasa kita sebaiknya berangkat ke sana."

Bersama-sama kami menaiki tangga memasuki ruang menara yang remang-remang dan pengap, di atas setiap meja kecil ada bola kristal penuh kabut putih berkilau bagai mutiara, aku, Harry, Ron, dan Hermione duduk di meja reyot yang sama.

"Kupikir kita baru akan belajar bola kristal semester yang akan datang." Kataku sambil memandang berkeliling dengan waspada, siapa tahu Profesor Trelawney ada di dekat sini.

"Jangan mengeluh, ini berarti kita sudah selesai mempelajari rajah tangan," Harry membalas, "Aku sudah muak melihatnya berjengit setiap kali dia melihat tanganku."

"Selamat siang, anak-anak." Sapa suara sayup-sayup yang sudah kami kenal, dan seperti biasanya Profesor Trelawney muncul secara dramatis dari dalam keremangan, Parvati dan Lavender bergidik saking senangnya, wajah mereka bersinar tertimpa cahaya dari bola kristal mereka.

"Aku memutuskan untuk memperkenalkan bola kristal lebih awal dari yang kurencanakan semula," Kata Profesor Trelawney seraya duduk membelakangi perapian dan memandang berkeliling, "Takdir telah memberitahuku bahwa ujian kalian dalam bulan Juni akan ada hubungannya dengan bola kristal, dan aku ingin sekali memberi kalian cukup latihan."

"Membaca bola kristal adalah seni yang halus sekali," Katanya menerawang. "Aku tak mengharap di antara kalian ada yang bisa melihat saat pertama kalinya kalian memandang kedalaman bola yang tak terhingga, kita akan mulai dengan berlatih merilekskan pikiran yang sadar dan mata luar--" Ron terkikik tak bisa lagi menahan geli, dan terpaksa menjejalkan kepalannya ke dalam mulut untuk meredam kikikannya, "--Untuk membersihkan Mata Batin dan pikiran-bawah-sadar, mungkin, kalau kita beruntung, beberapa dari kalian bisa melihat sebelum akhir pelajaran."

Maka begitulah kami mulai, aku paling tidak, merasa bodoh sekali, memandang kosong pada bola kristal, berusaha mengosongkan pikiran, sementara pikiran-pikiran seperti 'ini perbuatan bodoh' tak henti-hentinya melintas, yang membuat lebih parah lagi, Harry dan Ron berulang-ulang terkikik tertahan dan Hermione terus-menerus ber-ck-ck-ck.

Profesor Trelawney berjalan melewati kami, dia bergumam dengan gelang-gelangnya yang bergerincing, "Apakah ada yang ingin kubantu menafsirkan tanda-tanda berkabut dalam bolanya?"

"Aku tak perlu bantuan," Bisik Ron, "Sudah jelas apa artinya ini, akan ada banyak kabut malam ini."

Harry dan Hermione meledak dalam tawa, sedangkan aku menutup mulut dengan kedua tangan agar tidak ikut tertawa.

"Astaga! Kalian mengganggu getaran nujum!" Kata Profesor Trelawney, dan Parvati juga Lavender ngeri sendiri, "Ada sesuatu di sini, tapi apa?"

"Nak--" Profesor Trelawney mendesah, menatap Harry, "Tampak di sini--lebih jelas daripada sebelumnya--Nak, mengendap-endap mendekatimu, semakin dekat, si Grim--"

"Astaga!" Kata Hermione keras, "Jangan Grim konyol itu lagi!"

Profesor Trelawney mengangkat matanya yang besar memandang pada Hermione, Parvati membisikkan sesuatu kepada Lavender, lalu mereka berdua ikut membelalak kepada Hermione. Profesor Trelawney menegakkan diri, mengawasi Hermione dengan kemarahan yang tampak jelas.

"Terpaksa kukatakan bahwa dari saat pertama kau memasuki kelas ini, Nak, jelas bahwa kau tidak memiliki apa yang dituntut oleh seni agung Ramalan, terus terang saja, belum pernah aku punya murid yang pikirannya begitu biasa."

Sekejap ruangan hening, kemudian Hermione bangkit berdiri sambil menjejalkan buku Menyingkap Kabut Masa Depan ke dalam tasnya, "Baiklah!"

"Aku menyerah! Aku tidak ikut lagi!" Kata Hermione, dia berjalan keluar dan tak sengaja menabrakku, aku hampir saja jatuh jika Ron tidak menahanku dari belakang.

Dan seluruh kelas terkesima melihat Hermione berjalan ke pintu tingkap, menendangnya sampai terbuka, dan menuruni tangga menghilang dari pandangan. Butuh beberapa menit sebelum kelas bisa tenang lagi Profesor Trelawney tampaknya sudah lupa sama sekali akan Grim, dia mendadak berbalik dari meja aku, Harry dan Ron, bernapas agak berat sementara mengencangkan syal tipis ke tubuhnya.

Liburan Paskah tak bisa disebut santai, murid-murid kelas tiga belum pernah mendapat PR sebanyak ini, Neville tampaknya nyaris pingsan saking cemasnya, dan dia bukan satu-satunya yang begitu.

"Yang begini ini mana bisa disebut liburan!" Seamus menggerung di dalam ruang rekreasi pada suatu sore, "Ujian kan masih lama, kerajinan amat sih mereka!"

Tetapi tak ada yang tugasnya sebanyak Hermione, bahkan tanpa pelajaran Ramalan, dia mengambil lebih banyak mata pelajaran dibandingkan kami, dia biasanya yang paling akhir meninggalkan ruang rekreasi di malam hari, dan yang pertama tiba di perpustakaan keesokan paginya, di bawah matanya sekarang ada lingkaran-lingkaran hitam seperti Profesor Lupin, dan dia tampaknya terus-menerus mau menangis.

Ron sudah mengambil alih tanggung jawab untuk naik banding soal Buckbeak, kalau tidak mengerjakan tugas-tugasnya, dia tekun membaca buku-buku tebal dengan judul-judul seperti Buku Pegangan Psikologi Hippogriff, Unggas atau Buas? dan Telaah tentang Kebrutalan Hippogriff. Begitu asyiknya Ron, sampai dia lupa bersikap sangar pada Crookshanks.

Continue Reading

You'll Also Like

201K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
15.5K 2.2K 20
"𝐎𝐮𝐫 𝐠𝐫𝐞𝐚𝐭 𝐦𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐝𝐨𝐞𝐬 𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐚𝐤𝐞 𝐬𝐢𝐝𝐞𝐬, 𝐬𝐡𝐞 𝐩𝐫𝐨𝐭𝐞𝐜𝐭𝐬 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐚𝐥𝐚𝐧𝐜𝐞 𝐨𝐟 𝐥𝐢𝐟𝐞." Tärä, gadis biasa...
2.9K 385 12
She fell first, but he fall harder. "You are my sea to see, ma Hërwiva." "you are like water, ao'nung, you can touched but I can't hold." started: 19...
158K 15.5K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...