Oh My Fiance! [COMPLETED]

By asterzh

121K 6.8K 694

Diharapkan Follow Author terlebih dahulu, ya! ❤ [16+] WARNING: Cerita ini dapat menyebabkan senyum-senyum se... More

Prolog
About The Cast
1- Tunangan?
2- Teman Serumah? BIG NO!
3- Peringatan
4- Iqbal si Penyebab Kegegeran
5- Kenio dan Ilham
6- Ilham Siapa?
7- Iqbal Benci Ilham
8- Pesona Iqbal
9- Halusinasi yang Nyata
10- Di UKS
11- Pengakuan dan Kejutan
12- Bunda Iqbal
13- Call Me Noona
14- Got You
15- Awkward?
16- Let Me Listen
17- Goodbye
18- Menghilang
Handsome Squad
19- Kangen Iqbal!
20- Girang
21- Fanatik
22- Persiapan
23- Deg-degan
24- Aku Senang Sekali
25- Tidak Terduga
26- Jangan Bingung, Zel!
27- Jatuh Hati Sejatuhnya
28- Pohon Kersen dan Sekotak Martabak
29- Salah Tingkah
30- Pelajaran Malam Hari
31- Keajaiban, Gara-gara Buah Kersen
33- Ruang Ujian
34- Aku Selalu Bersama Noona
35- Tali yang Terajut Kembali
36- Ujian dan Kebiasaan Buruk
37- Sehabis Ujian
38- Class Meeting
39- Ujian Kenaikan Tingkat
40- Gemas
41- Ranking
42- Hadiah Ranking
43- Liburan
44- Iqbal, My Fiance!
Epilog
Ekstra Part 1: Feeds
Ekstra Part 2: Foto

32- Prahara Bersih-Bersih

805 64 10
By asterzh

"I've waited a moment for you to choose me
I'll become something special so you'd come to me
Even someone picky as you will be addicted to me." --- Candy (Baekhyun)

~♡~

"Fazlina Nindya!"

Seruan di depan kelas membuat Azel tersentak kecil. Sejak tadi padahal Ica yang berada di sampingnya sudah menyenggol lengan Azel, bahkan menoel-noel dan berbisik. "Zel, dipanggil Bu Ida."

Azel sejak beberapa menit lalu sebenarnya sudah menantikan namanya dipanggil. Namun sebuah pesan dari Iqbal yang dikirimkan padanya membuat ia teralih. Pesan singkat yang membuat Azel berdebar dan tersenyum geli.

Hari ini agendanya adalah bersih-bersih kelas dan pembagian kertas ujian. Jadi sejak tadi pagi semua siswa dari kelas X hingga XII sudah rusuh bolak-balik saling pinjam alat kebersihan seperti sapu, alat pel, kain lap, ember, dan lainnya. Mereka mulai membersihkan kelas masing-masing dari pintu, jendela, hingga lantai. Tapi tetap saja, ada yang enak-enakan jajan di kantin dalam suasana seperti ini, biasanya murid laki-laki yang melakukan tak patut dicontoh itu.

"Ini kertas ujian kamu."

"Iya, Bu."
Azel segera mengambil kertas ujian yang diangsurkan sang guru padanya. Ia nyengir kuda ketika dipelototi. Kemudian ia bergegas kembali ke kursinya.

"Jangan lupa membawa kertas ujian kalian saat UAS hari Senin besok, ya." Guru paruh baya itu membenarkan kacamata bacanya. "Galih Kurniawan."
Bu Ida memanggil satu-persatu siswa XI IPS 3 sesuai urut absen.

Azel memandang kertas ujiannya. Di ruang ujian No. 33 dengan nomor absen 14. Seperti biasa di sekolahnya murid kelas X IPA akan ditempatkan dengan murid kelas XI IPS. Yang itu artinya, ia akan mendapat teman sebangku ujian dengan murid X IPA.
Tunggu, Iqbal kan X IPA. Eh tapi Azel enggak tahu akan dipasangkan dengan X IPA mana. Setahu Azel, Iqbal kelas X IPA 4, eh apa IPA 2 ya?

Kini Azel berdialog dengan pikirannya sendiri.

"Ruang 33 tuh berarti di pojok ya? Kelas XII tuh." Ica membaca kertas ujian Azel. "Kita seruangan, Zel. Yes!"

Seperti biasanya, murid-murid seperti Azel dan Ica akan saling kerjasama, eh tapi dalam hal belajar loh, maksudnya sebelum masuk ruangan kan bisa belajar bareng dulu. Hihi.

"Irma beda ruang lagi?" Azel menepuk pundak Irma yang berada di depannya.

Irma membalik badannya dan mengangguk. "Ruang 34. Seperti biasa, kita enggak seruangan." Nada bicaranya lemas di akhir kalimat.

Azel memandang melas. "Yah ..." Lalu tangan gadis itu hinggap ke bahu Irma. "Derita absen akhiran. Gapapa."

Iya, meskipun nama panggilannya Irma, tapi nama lengkapnya itu Tri Irma Sari, dengan absen urutan tiga dari absen terakhir.

Ica ikut memegang bahu Irma. "Gwenchana, gwenchana." Ia menyengir sembari menyemangati.

"Iya, kita bisa belajar bareng kan, ruangan kita sebelahan."

Ica mengangguk mengiyakan ucapan Azel.
Azel sekali lagi memandang kertas ujiannya.

"Kira-kira Iqbal dapat ruang di mana, ya?"

"Iqbal pasti sama XI IPS, kan?" Ica menatap Azel, membuat Azel menyeringai kecil. Ternyata tadi Azel mengutarakan kalimat tanya itu bukan di hatinya saja.
"Gimana kalau seruang sama kita?" Mata Ica berbinar menatap Azel.

Azel memandangnya sangsi. "Apa iya?" tanyanya. "Bisa jadi sama XII IPS, enggak sih?"

"Bisa jadi, kan?"

Azel mengangguk-angguk kecil. "Ya udah deh, terserah juga sih dia mau di ruang apa."

Sistem kocokan kelas selau berubah, dan hanya panitia ujian yang tahu sistem pembagiannya. Diam-diam --entah kenapa-- Azel malah berdoa agar bisa seruang dengan Iqbal. Sudut bibirnya tertarik mengingat pesan yang dikirim pemuda itu tadi.

Noona, have a nice day

~♡~

Hari Minggu adalah hari yang asik untuk bersih-bersih rumah. Begitu pula dengan keluarga Azel. Hari ini mereka berniat membersihkan seisi rumah dengan pembagian-pembagian yang sudah ditentukan, selain kamar masing-masing tentunya.
Azel mendapat jatah ruang keluarga, dan dapur. Iqbal dan Danang mendapat jatah kamar mandi dan gudang belakang. Sedangkan sang Mama, hari ini hanya mengawasi mereka semua, jadi mandor yang hanya menyuruh-nyuruh. Senangnya hati Reina.

Padahal Danang sejak tadi ingin memprotes Mamanya sambil menyanyikan lagu Kekeyi. Tapi apa daya, bisa-bisa ia dikutuk menjadi batu jika menolak.

"Udah selesai!"
Azel berseru sambil menepuk-nepukkan tangannya setelah membersihkan meja dapur dan peralatan makan di sana.
Ia melirik Mamanya dan mengisyaratkan bahwa pekerjaannya selesai. Berharap setelah ini ia bisa maraton drama korea kembali sampai sore.

"Udah?"

Reina memakan apelnya dengan anggun. Mamanya Azel itu bahkan sudah mandi dan berpakaian khas ibu-ibunya.
Matanya melirik gadis semata wayangnya.
"Bantuin Danang sama Iqbal di gudang. Abis ini udah, kamu bisa rampungin drakor." Begitu selesai berujar, Mamanya memakan kembali apelnya.

"Yah, Ma ... Perjanjiannya enggak begitu," protes Azel.

"Mau protes?" tanya Reina melirik anak gadisnya.

"Heum ..." Azel mencebikkan bibirnya. "Enggak."

"Nah begitu. Coba bayangin Mama yang udah ngandung kamu 9 bulan lebih, bayangin perjuangannya, bayangin..."

"Iya, Mamaku sayang."
Azel menghentikan kalimat Reina yang nanti akan menyebar kemana-mana.
Setelahnya baru Sang Mama diam, kembali melanjutkan acara santainya.

Dengan langkah terpaksa Azel berjalan menuju gudang menyusul Danang dan Iqbal yang sejak tadi belum kelar juga.
Begitu sampai di sana, ternyata Iqbal dan Danang sudah hampir menyelesaikan pekerjaan mereka. Jadi untuk apa dirinya di sana sekarang?

"Kalian udah hampir selese?" tanya Azel ketika melihat tumpukan kardus berisi barang yang sudah tidak dipakai. Ia mengedarkan matanya menatap sekitar. Banyak barang-barang yang dulu ia pakai sekarang bersarang di gudang.

"Lo ngapain ke sini orang hampir selesai." Danang menepukkan tangannya membiarkan debunya luruh. Mereka bertiga ini belum ada yang mandi. Tadi pagi mereka dibangunkan Reina dengan alarm kebakaran yang keras sekali. Dengan begitu bergegas lah mereka keluar kamar.
Azel bahkan masih menggunakan piyama tidurnya.
Ada-ada saja ide Sang Mama.

"Heh? Mama ini ngerjain."

"Ya udah, gue mandi dulu kak." Danang beranjak pergi. Namun ide jahilnya selalu terbit saat melihat Azel, dan

Pluk

Tangan Danang dilapkan ke piyama Azel. Membuat bagian lengannya kotor.
"Yak! Danang!"

"Kaboooorrr!"

Azel ingin mengejar Danang namun terhenti. Iqbal menarik tangannya dan menepuk bagian kain yang kotor.
"Noona jangan galak-galak napa." Iqbal mengucapkan kalimat itu sambil menepuk lengan Azel.

"Gabisa. Bawain dari lahir." Azel berujar jutek. Ia melirik Iqbal yang masih menepuk bagian kotor di bajunya.

"Ya udah, asal kalo sama aku engga galak." Iqbal menyengir. Selesai sudah kegiatannya membersihkan lengan baju Azel.

Azel tersenyum kecil memandang Iqbal. "Tergantung gimana kamu memperlakukan aku." Ia memainkan nada bicaranya. Meledek Iqbal dengan seringaian.

"Iya. Aku akan memperlakukan Noona seperti ratu," kata Iqbal. "Noona belum mandi kok tetep cantik?"

"Huh?" Azel terkesiap kecil mendengar perkataan pemuda di sampingnya.
"Ah masa? Kamu bisa aja." Tangannya meraba pipinya yang mulai memanas.

"Beneran." Iqbal terkekeh.

Azel ingin menyahuti ucapan Iqbal kembali namun teralihkan saat seekor hewan melewati kakinya. Ia menjerit sejadi-jadinya dan berangsur memeluk Iqbal yang kebingungan.

"AAAA!!! KECOA!!"

Iqbal kebingungan menerima pelukan Azel. Ia memandang sekitar gudang dan melihat kecoa kecil --yang membuat heboh-- itu berlari cepat, kemudian bersembunyi di bawah tumpukan kardus.

"Bal, kecoa," seru Azel. Ia memeluk leher Iqbal dengan erat hingga membuat pemuda itu kesulitan berdiri.

"Iya Noona. Tapi kecoanya udah pergi."

"Enggak pokoknya matiin dulu."

"Enggak boleh bunuh hewan, kasihan."

"Lah, Iqbal!"

Iqbal terkekeh dalam pelukan Azel.

Lucu banget sih ya ampun. Gemes.

"Udah pergi. Tuh, tuh, dia udah umpetan di bawah kardus." Iqbal menarik pinggang Azel dan menyuruh gadis itu menatap arah yang ditunjuk. Azel membuka matanya. Matanya mengikuti arah tangan Iqbal.

"Tuh. Udah pergi." Iqbal menatap Azel. Ia melerai sedikit pelukan mereka karena lengan Azel masih bergantung di lehernya. "Enggak usah takut. Masa gitu doang takut."

"Bukan takut. Tapi geli." Azel memprotes. Ia menatap wajah Iqbal yang kini hanya berjarak lima senti darinya.

"Ya udah, jangan geli." Iqbal terkekeh kecil. "Ya ampun Noona lucu banget, sih. Aku harus berterima kasih pada kecoa karena berkat dia, Noona meluk aku seerat ini."
Tawanya masih bersarang di bibir Iqbal saat Azel malah memanyunkan bibirnya.

"Kak, makan yuk. Dipanggil Ma--"

Danang berada di ambang pintu gudang, cowok itu melongo menyaksikan adegan kurang sedap bagi para jomblo. Ucapannya tadi bahkan terhenti.
Dan hal tersebut membuat Azel dan Iqbal bersitatap dan gugup. Mereka bergegas melerai pelukan, sebelum Danang akan berteriak --

"MA, ADA ADEGAN TIDAK SENONOH DI GUDANG!"

Oh Tidak!

~♥~




Jangan lupa bintang dan komennya ❤








Continue Reading

You'll Also Like

977K 99.6K 73
"Dari satu sampai sepuluh, seberapa besar keinginan kamu untuk saya bertanggung-jawab?" "Nol?"
5.3K 467 21
Pernikahan. Bukan hanya tentang aku dan kamu yang akhirnya bersama, tinggal seatap dan menghabiskan waktu berdua. Banyak hal yang akan berubah, yang...
91.5K 3.8K 23
[SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE. FOLLOW UNTUK BISA MEMBACA] Bunga adalah musuh abadi alan. Ia sangat membenci alan! Begitupun sebalik nya. Setiap kali al...
6.8M 212K 61
[LENGKAP] 'Menikah' karena terpaksa, itulah Andre & Amel. Kedua insan tersebut masih duduk dibangku SMA, karena perjodohan orang tua lah akhirnya mer...