The Most Wanted Vampire In Hi...

By naowrite_

47.9K 1.9K 407

Seorang perempuan bernama Janelle Risterita Roust yang notabenenya seorang perempuan keturunan vampire bergel... More

Vampir
°•1
°•2
°•3
°•4
°•5
°•6
°•7
°•8
°•9
°•10
°•11
°•12
°•13
°•14
°•15
°•16
°•17
Janelle Risterita Roust
Jihan Christina Roust
Amerio Preka
Refa Raziel Melvin
Aloydia Rene Ecrin
°•18
°•19
°•20
°•21
°•22
°•23
°•24
°•25
°•26
°•27
°•28
°•29
°•30
°•31
°•32
°•33
°•34
°•35
°•36
°•37 Special Part (Story Of Character)
°•38
°•39
°•40
°•41
°•42
°•43
°•44
°•45
°•46 Chapter Khusus Penjelasan
°•47
°•48
°•49
°•51
°•52
°•53
°•54
°•55
°•56
°•57
°•58
°•59
°•60
°•61
°•62
°•63
°•64
°•65
°•66
°•67
°•68
°•69
°•70 🔞
Epilog

°•50

339 15 5
By naowrite_

"Ck! Ga usah dibahas!" Sewot Ecrin sembari membekap mulut Jihan yang begitu menyebalkan dalam hal membocorkan rahasia.

"Hih! Gue yang makcom—mphh!" Jihan berusaha melepaskan bekapan tangan Ecrin. Begitu lolos, ia berbicara lagi, "Dan mereka kissing lalu pacaran."

PLAK!

"Maunya gue yang ceritain nanti. Tapi ya udahlah." Ecrin mengangkat bahu lalu ekor matanya mengalihkan perhatian Rita sebagai yang dimaksud, "Eh ya, ada yang manggil elo di belakang kita..."

Seluruh penghuni baik yang lewat ataupun yang sedang singgah untuk mencari lift terkejut dengan kedatangan Farel. Bukan masalah ketampanannya yang membuat seorang wanita pingsan karena melihat cowok itu, tetapi tangan dan lehernya yang mengucurkan darah segar sedari tadi. Tampaknya luka itu berasal dari bekas infus.

"Farel! Lo ngapain ke sini?" Ecrin mendekat mengulurkan tangannya yang membawa tisu bermaksud mengelap darah itu. Sebelum itu terjadi, Farel buru-buru maju lima langkah ke arah Rita. Ecrin diam di tempat—tidak menyangka dengan kelakuan Farel.

"Gue rindu sama lo." Seenaknya cowok itu meraup bibir Rita seolah ia menghisap lollipop.

Bugh! Plak!

"Hina banget lo!" Rita melontarkan kalimatnya disertai tatapan membunuhnya hingga siapapun yang melihatnya—tentunya kecuali Farel sedang ketakutan setengah mati.

Jihan segera menepuk pundak kakaknya, "Ayo pergi, kita cari udara segar di luar," lalu menoleh ke arah Farel, "Lo jangan ikut-ikut."

Ting!

Jihan memaksakan langkah kaki kakaknya bertepatan dengan lift yang terbuka lebar. Setelah mereka berdua pergi, terdapat Ecrin yang entah kenapa merasakan dadanya nyeri, Amerio yang ingin meninju Farel sampai mampus, Piko yang membuang napasnya kuat-kuat, Farel yang terdiam seribu bahasa. Sedangkan Bo menyilangkan tangannya di depan dada sambil geleng-geleng kepala.

"Daripada jadi bahan tontonan, mending sekarang kita pergi ke mall terdekat. Tadi gue udah pesen dua taksi." Bo berucap lalu menarik Ecrin yang masih diam saja diikuti Amerio, lalu Piko yang merangkul Farel untuk ikut bersama.

°•°•°•°•°

"Setidaknya Farel lebih milih lo daripada Ecrin. Seharusnya lo seneng kan?" Jihan menggoyangkan gelas kaca berisi darah segar manusia hasil colongan dari PMI lalu menghabiskannya. Ya, rasa darah yang langsung digigit dari leher sangat berbeda dari yang sudah pernah terkontaminasi oleh obat-obatan anti beku darah.

"Gak usah sok tahu lo!" Balas kakaknya tanpa menoleh ke arahnya dan menuai tawa rendah Jihan. Ia semakin yakin bahwa kakaknya telah mencintai Farel begitu lama. Ia meraih kantung darah kelima dan kali ini golongan darah B. Ia menuangkan cairan pekat itu hingga memenuhi dua gelas.

"Ini yang terakhir..."

Ting!

"Bersulang untuk kemenangan kita..."

Rita menatap sinis dan adiknya hanya tersenyum cantik.

"Jadi, lo bakal bunuh dia habis ini?"

Rita meneguk minumannya hingga menyisakan setetes saja lalu melempar gelasnya hingga belingnya pecah tak beraturan ke mana-mana. "Lo terlalu berisik untuk tahu urusan gue."

"Ini juga urusanku karena aku mantan teman sekamarnya."

Rita memamerkan taringnya yang tiba-tiba memanjang diikuti manik matanya yang memerah. Tangannya meraih leher Jihan lalu membantingnya ke pohon terdekat. Dadanya naik turun membuat Jihan mengambil kesimpulan bahwa relung hati kakaknya sedang meminta pertolongan. Ini memang aneh, tetapi Jihan mengenal kakaknya lebih dari apapun.

"Mencintai makhluk apapun itu engga salah, kak. Gue bahkan mencintai manusia juga. Dengan mencintai dunia yang berbeda lo belajar untuk mengenali mangsa lo sendiri, berhenti menyendiri dan bela lah apa yang menurut lo pantas sekalipun itu salah di mata banyak orang." Jihan tidak merasa sakit sedikitpun jika kakaknya yang melakukan. Apapun tindakan kasar Rita sudah ia anggap sebagai bentuk kasih sayang. Ia sudah terbiasa.

Begitu kakaknya melonggarkan cekikannya, Jihan berdiri perlahan kemudian memeluk kakak satu-satunya itu. Senyumnya lebih mengembang ketika tahu kakaknya sama sekali tidak menolak rengkuhannya.

"Aku meyanyangimu. Sekarang lebih baik kita kembali bersama teman-teman."

"Gue pergi dulu." Rita pamit lalu benar-benar meninggalkan Jihan seorang diri di tengah hutan belantara. Ya, apa yang harus Jihan lakukan sekarang adalah menghabisi beberapa pemburu vampir yang sedang mengepungnya dari balik pohon.

"Keluar guys! Gue udah kenyang padahal! Tapi kayaknya bakal seru begitu tahu golongan darah kalian rata-rata O."

°•°•°•°•°

Hampir pukul 2 siang hingga akhirnya mereka sampai ke restoran cantik bernuansa gelap. Penerangan satu-satunya di ruangan itu hanyalah sebuah lampu disko yang berganti-ganti warna tiap beberapa detik. Ecrin yang berjalan di tengah-tengah langsung menginterupsi teman-temannya untuk berhenti. Ia menghadap Farel yang sedari tadi terus-terusan menatap ponselnya dengan khawatir.

"Lo kenapa milih tempat kayak gini?" Tuduh Ecrin dan gadis itu benar-benar terkejut melihat tatapan tajam Farel.

"Bukan gue yang pesan restoran ini. Mending lo bertanya dulu daripada asbun kayak tadi." Ucapnya sarkastik.

Ecrin menelan salivanya tanpa sadar lalu menoleh ke arah Amerio sambil menaruh harapan cowok itu menenangkan rasa terkejutnya. Namun itu seperti angan-angan saja, kenyataanya cowok itu juga sibuk dengan ponselnya, bedanya ekspresinya datar. Ecrin membuang napas lelah ketika Bo lah yang justru merangkul pundaknya. Asisten satu-satunya itu menatap Farel dengan sabar.

"Maafin Ecrin yang salah sangka, restoran ini gue yang pesan. Ini bukan tempat diskotik atau kelab, ini restoran terkenal akan cita rasanya di Eropa."

"Maaf." Ecrin memilih bisu lalu masuk ke dalam diikuti Bo setelah pintu otomatis terbuka untuk sebuah ruangan yang diarahkan oleh pelayan setelah sebelumnya Bo memanggilnya. Amerio dan Farel mengikuti tanpa mau menoleh satu sama lain.

Bo menarik sebuah kursi membiarkan Ecrin untuk duduk manis. Sementara ia akan kembali menghadap pelayan untuk memesan dua kursi,  sebuah meja single untuk Rita dan Jihan. Sementara Farel berdiri di depan jendela menikmati pemandangan sedangkan Amerio memutuskan duduk di sebelah Ecrin, tetapi tanpa menoleh ke arah pasangannya.

Kenapa suasana begitu canggung? Apa kesalahanku sama dia? ~ Ecrin menoleh sekilas pada Amerio dengan raut sedih.

"Gue ke toilet dulu." Pamitnya dan Amerio buru-buru meraih jemarinya menggenggamnya lembut, sayangnya raut wajah cowok itu tanpa ekspresi.

"Gue anterin sekalian mau ngomong hal penting banget."

"Iya... Sekalian bantuin ngomong pake English United Kingdom ke pelayan untuk nanya letak toilet. Gue gak paham." Mereka keluar bersama-sama sambil bergandengan tangan. Hal yang membuat hati Ecrin sedikit menghangat ketika mengetahui Amerio masih peduli padanya, ditambah cowok itu tidak memainkan ponselnya lagi.

"Gak perlu tanya, itu toiletnya sebelah kiri." Amerio menarik pacarnya lalu tiba-tiba melakukan hal yang dirasa Ecrin sedikit berlebihan. Amerio memeluknya dan beberapa menit yang lalu diam seperti tak mengenalnya. Andai ini normal, mungkin wajar, tetapi pasti ada yang salah. Begitu pikir Ecrin.

"Gue masuk dulu." Ujarnya lalu mendorong pintu utama.

Drrtt.. drrt...

Mommy's Calling...

"Hallo, mom?" Amerio menempelkan ponselnya pada telinga sebelah kanan kemudian memojok menghindari tatapan umum.

"Kau lupa denganku? Kau hampir dua Minggu tidak kembali ke Cline. Baliklah, kau tidak merindukanku?"

"Lusa aku akan balik."

"Tolong pulang karena firasatku buruk jika kau mengundur waktu."

"Iya mom. Aku menyayangimu."

Bertepatan ponselnya mati, Ecrin telah berdiri di sampingnya. Gadis itu tersenyum manis sekaligus kelam membuat Amerio terbengong sebentar. Ia lalu menarik adik kelasnya menuju ke halaman belakang yang sedikit sepi.

Amerio menatap Ecrin kemudian memojokkan gadis itu di tembok. Bola matanya berubah sayu dan perlahan jatuh ke bibir Ecrin yang terlihat bahagia karena Amerio melakukan hal yang ia dambakan sejak dulu. Ecrin melingkarkan tangannya pada leher pasangannya dan Amerio menyatukan bibir memabukkannya dengan cara yang sangat lembut.

"Maafin gue..." Amerio mendekatkan badannya pada badan Ecrin membuat mereka terlihat seperti menyatu.

"Gue pacar lo, kenapa lo harus minta maaf?"

"Ayo kita ke hotel. Kita selesaikan di sana pembicaraannya."

°•°•°•°•°

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Betapa senangnya aku bisa memencet tombol PUBLIKASIKAN.

Thank you for waiting this.

Continue Reading

You'll Also Like

94.4K 5.5K 67
Tentang Rakha yang merupakan cowo cool, dingin, tidak tersentuh, most wanted boy di sekolah SMA taruna high school. merupakan ketua geng Black Diamon...
108K 6.5K 43
Kamu tak perlu memiliki segalanya untuk bahagia, karena yang kamu butuh hanya seseorang yang mampu buatmu tersenyum disaat terluka. ~Firyal Nazhifa...
9.3K 1.2K 122
Novel terjemahan Qiao Shao, yang bekerja keras untuk begadang semalaman dan belajar, adalah yang pertama di kelas - jika Anda hitung dari bawah. He S...
1.8K 127 114
Berisi Quetos Drama China yang aku suka yang bikin aku nggak bisa move on nonton nya..!! jadi ini semua isi Quetos yang aku ambil di dalam drama : "...