The Most Wanted Vampire In Hi...

By naowrite_

47.9K 1.9K 407

Seorang perempuan bernama Janelle Risterita Roust yang notabenenya seorang perempuan keturunan vampire bergel... More

Vampir
°•1
°•2
°•3
°•4
°•5
°•6
°•7
°•8
°•9
°•10
°•11
°•12
°•13
°•14
°•15
°•16
°•17
Janelle Risterita Roust
Jihan Christina Roust
Amerio Preka
Refa Raziel Melvin
Aloydia Rene Ecrin
°•18
°•19
°•20
°•21
°•22
°•23
°•24
°•25
°•26
°•27
°•28
°•29
°•30
°•31
°•32
°•33
°•34
°•35
°•36
°•37 Special Part (Story Of Character)
°•38
°•39
°•40
°•41
°•42
°•44
°•45
°•46 Chapter Khusus Penjelasan
°•47
°•48
°•49
°•50
°•51
°•52
°•53
°•54
°•55
°•56
°•57
°•58
°•59
°•60
°•61
°•62
°•63
°•64
°•65
°•66
°•67
°•68
°•69
°•70 🔞
Epilog

°•43

230 12 0
By naowrite_

"Hari ini aku hendak merayakan kemenanganku. Apa kau sebagai calon suami tidak ingin mengucapkan sesuatu?" Adele menelisik tiap inci tubuh Farel tanpa bosan. Wanita itu juga sama sekali tidak mengikat, tidak menyakiti yang ia sebut sebagai 'tunangannya', malahan cowok itu kini hanya diam saja dengan tatapan kosong ke bawah seolah-olah tidak terjadi apapun. Menganggap Adele ada di dekatnya saja tidak.

Ya, mungkin ini memang saatnya untuk menyerah. Farel tahu apa arti sebuah kata itu. Ketika putus asa, itu berarti secara pasti ia menyerahkan seluruh hidupnya untuk menjadi suami orang yang bahkan belum ia ketahui sama sekali, meninggalkan seluruh kepunyaannya, terutama keluarga dan teman-temannya. Farel termenung, menahan isak tangis yang selama ini hampir 7 tahun tidak ia pernah ia keluarkan.

Merasa tidak dihiraukan, Adele tersenyum kecut lalu mengajukan sebuah kotak besar berwarna hitam yang isinya entah apa. Tanpa menjawab, cowok itu menerimanya lalu memeluk pemberian tersebut bersama dengan mukanya yang ia selipkan di antara kedua lututnya. Satu detik, dua detik, tiga detik, cowok itu menangis dalam diam a.k.a tidak bersuara.

"Calon suami yang baik!" Adele membelai kepala Farel lalu mencium rambut pendek tunangannya yang masih saja harum walau belum mandi selama kurang lebih dua hari.  Lantas wanita itu memanggil kedua pengawal terbaiknya untuk membawa Farel menuju kamarnya yang berada di lantai paling atas.

"Kita akan tetap berada di kamarku sampe dua hari ke depan. Berhubungan intim sebelum nikah, itulah tradisi kami."

°•°•°•°

Tak butuh waktu lama bagi Yasmin dan Motty untuk mencarikan tempat bagi Cornelius hingga mereka kini sudah berada di tempat semula. Mereka berdua juga mendapat senjata dari Markson walau memegangnya dengan ragu-ragu.

"Markson?" Jihan menangkap pemberian hybrid itu yang berupa senjata air penuh dengan tanda tanya besar. Lebih-lebih Motty dan Yasmin yang sama sekali tidak tahu apa-apa.

"Nanti saja bertanyanya—" omongannya terjeda sejenak—sibuk menghalau serangan dari belakang yang berasal tak lain dua serigala. Mereka ingin mengambil senjata bapak-bapak itu, namun berhasil dipukul mundur oleh Markson. Iapun menatap Jihan sesaat untuk menghubungkan pikiran mereka. "Bawa mereka ke tengah lalu hancurkan tabung udaranya dan mulailah untuk menghabisi ketika mereka harus bersusah payah mencari napas di permukaan!"

Namun, Jihan sama sekali tidak melihat ada tabung oksigen. Markson mengerti, iapun menunjuk-nunjuk perutnya. Jihan memberi jempol kemudian menyampaikan hal itu pada yang lainnya kemudian berpencar untuk melaksanakan apa yang diberitahukan, sembari menunggu kepastian dari Meri kapan waktunya bisa merogoh jantung Aleena dengan mudah.

"Ayah!" Meri berteriak yang lalu mengalihkan perhatian seluruhnya terutama vampir-vampir yang benar-benar kebingungan atas sebutan itu.

"Meri, jangan ke sini, nak! Bahaya!" Markson berteriak kemudian menahan beberapa serigala yang hendak menyerang putri satu-satunya.

"Ayah tidak perlu khawatir! Aku sudah punya takdirku, ayah!" Balas Meri berhasil membuat Markson kebingungan. Ya, kelalaian Markson itu membuat para serigala hendak menyerang, namun sebelum hal itu terjadi, Meri lebih dulu membuat tornado yang sangat besar mengakibatkan seluruh serigala-serigala itu membuat hampir setengahnya terpelanting jauh.

"Yasmin, Motty tolong bantu Crystal. Dia sudah bertemu dengan ikan kecil pembawa masalah itu. Pastikan supaya kalian juga tidak menyerang gadis bernama Riska yang menjadi tameng ikan itu supaya kita tidak menyerang dia!" Gadis itu sengaja menegaskan nama Riska. Ascher dan Jihan mendelik sempurna lalu menatap Meri seolah meminta penjelasan. Namun tak ada waktu, mereka harus kembali ke realita—mengalahkan serigala-serigala itu demi melindungi jantung Aleena. Ya, kita yang mengatur waktu, bukan waktu yang menguasai kita.

°•°•°•°

Setelah berasil bersusah payah mencabut peluru, Rita langsung menghisap racun tepat di lubang luka Carolina tanpa peduli bagaimana hidungnya harus tersiksa aroma busuk yang sangat mengganggu keinginannya untuk menyelamatkan ibunya.

"Pelan-pelan, nak!" Carolina berjengit kesakitan ketika Rita menusukkan taringnya sedikit lebih dalam. Rita terdiam sejenak mengumpulkan tenaganya lalu menghisap punggung Carolina hingga wanita itu harus mengeluarkan air mata akibat menahan sakit.

Cuih!

Rita meludahkan cukup banyak cairan berwarna biru yang menjadi penyebab busuknya kulit Carolina dan membuangnya di atas pasir laut. Seketika pasir itu terlihat seolah-olah menguap. Penguapan tadi membuktikan bahwa racun IOVD telah mengalami perkembangan teknologi begitu pesat. Pembusukan pada luka Carolina pun tampaknya mulai berhenti menyebar luas. Rita merobek pakaiannya sedikit guna menambal luka ibunya.

"Apa lukamu sudah sedikit reda?" Tanya Carolina menatap putrinya khawatir sembari mengelus kepala gadisnya pula.

"Mama gak usah pikirin aku." Balas Rita dingin. Tiba-tiba saja terselip rasa benci pada manusia. Entah kenapa ia kesal pada Ecrin yang telah membuat mamanya terluka, ya walau secara logika saat itu sahabatnya memang tidak tahu jika ia ternyata menembak mamanya.

"Aku masih bisa jalan. Saat ini Adikmu, paman dan yang lainnya sedang dalam masalah di bawah laut sana. Bantu mereka dan tinggalkan aku. Aku bisa mengurus diriku sendiri," Carolina bangkit dari duduknya lalu membantu Rita untuk berdiri pula.

"Yakin, ma? Tapi aku ga bisa—" Carolina menutup mulut Rita, memeluknya lalu mencium pipi anak gadisnya.

"Pertama, kau pasti berhasil. Kedua, kau tidak bisa menyalahkan Ecrin. Ketiga, tetap murah hati dan selalu tersenyum walau kita ini monster keji yang mengenaskan hidup manusia. Kau menyanyangiku, bukan?"

Tatapan Rita perlahan sayu dan ia balas memeluk ibu tercintanya, "Ya, ma. Aku... Akan berusaha." Ucapan itu menciptakan senyuman tulus di bibir Carolina.

"Aku akan meminta papamu kemari, tidak ada yang perlu di pikirkan. Pergilah! Selesaikan masalah termudah ini! Anggap ujian fisika, kimia dan bahasa Inggris yang kau benci. Setidaknya kau harus mengalahkan mereka dengan segenap hati. Follow your heart!" Tuturnya sebelum anaknya benar-benar pergi ke dasar laut.

...

Rita memang tidak mendapat petunjuk ke mana ia harus menemukan seluruh orang, tetapi ia yakin mereka berada di sekitar tempat yang pernah Meri tunjukkan waktu itu. Pikirannya tiba-tiba terasa plong seolah tidak bisa berpikir dengan cara apalagi harus menyelamatkan teman-temannya. Kepalanya menjadi cepat pening gara-gara tingkah Adele menyetrum telapak kakinya yang merupakan sumber saraf.

Rita terus mempercepat lajunya menukik ke bawah hingga sayup-sayup ia mendengar kehebohan. Ia tersenyum dan merasa bahwa teman-temannya memang sudah dekat. Tetapi tunggu, semakin dekat suara yang dihasilkan makin jelas. Rita cepat-cepat bersembunyi di belakang batu karang terdekatnya.

"Lalu kita ngapain di sini? Aku bosan!" Gerutu salah satu dari mereka. Rita mengernyit kebingungan.

"Daripada kita balik ke darat? Di sekitar sana ada Rego yang galak itu. Bisa-bisa kita dipukul olehnya!"

"Ya sudah, kalau kau tidak mau, aku pergi sendiri!"

Rita sedikit bergeser ke pinggir untuk berjaga-jaga jika saja sosok tadi melewatinya. Ia terus berjaga-jaga sembari berusaha keras membayangkan wajah Jihan di tengah kepalanya yang pening seperti hendak pecah. Ia ingin bertanya di mana posisi mereka saat ini. Ya, selalu gagal bahkan ketika ia berusaha membayangkan wajah tengil adik tersayangnya yang biasanya berhasil tergambar.

Ayolah! ~batinnya.

"Kau siapa?" Rita mendegar suara dari belakang. Seketika ia gugup. Pasti ketahuan. Perlahan tapi pasti, gadis itu menoleh ke belakang dan benar, ia mendapati sosok kekar tanpa atasan.

"Ha-hallo?" Rita menyapa dengan kikuk. Dia pikir cowok itu akan mencurigainya atau menyerangnya. Ternyata ia tersenyum manis.

"Ka-kamu Janelle Risterita yang nyanyi When Your Gone itu kan? Yang seminggu yang lalu konser. Bo-boleh minta tanda tangan lalu selfie?" Jawabannya membuat Rita benar-benar shock abis.

"Iya, itu aku..." Berusaha tersenyum manis, hanya itu yang bisa ia tampilkan.

"Hei! Siapa dia?!" Bentak seseorang dari belakang dan ia menatap Rita sangar.

"Habisi dia, Momo! Dia penyusup!" Tuding sosok itu pada temannya yang bernama Momo ternyata. Nama yang cukup imut, batin Rita.

"Apa-apaan?" Momo maju menghalangi temannya seolah melindungi Rita. Hampir, hampir saja humor Rita yang rendah lepas begitu saja.

"Ada apa, Cimor?" Empat lainnya mulai mengerubungi Rita.

Oh, namanya Cimor.

"Bukankah kau anak raja Cornelius?" Tanya yang lain. Ketika Cimor hendak menggapai lengan Rita, lagi-lagi Momo menahan.

"Setidaknya, sebelum kita ganggu dia, biarkan aku bersenang-senang bersamanya. Setelah itu terserah mau kalian apakan!"

Pengkhianat.

°•°•°•°•°

Continue Reading

You'll Also Like

3.5K 205 10
Mau lihat gimana circle elite and famous Hashira ngabisin duit mereka? Cuss baca aja #### WARN!!! HARSH AND BAD WORDS!! DIBAWAH 18 JANGAN MAKSAIN BA...
33.7K 857 6
Andai saja aku tau akhirnya akan seperti ini, aku akan terus memelukmu. Bila perlu sampai aku lupa kalau aku sedang marah denganmu. Tapi semuanya sud...
9.3K 1.2K 122
Novel terjemahan Qiao Shao, yang bekerja keras untuk begadang semalaman dan belajar, adalah yang pertama di kelas - jika Anda hitung dari bawah. He S...
3.1M 323K 30
[M] Mikasa kabur dari rumah sang Bibi yang berniat menjualnya kerumah bordil. Gadis itu berlari masuk kesebuah hutan terlarang di daerahnya. Hutan At...