The Most Wanted Vampire In Hi...

By naowrite_

47.9K 1.9K 407

Seorang perempuan bernama Janelle Risterita Roust yang notabenenya seorang perempuan keturunan vampire bergel... More

Vampir
°•1
°•2
°•3
°•4
°•5
°•6
°•7
°•8
°•9
°•10
°•11
°•12
°•13
°•14
°•15
°•16
°•17
Janelle Risterita Roust
Jihan Christina Roust
Amerio Preka
Refa Raziel Melvin
Aloydia Rene Ecrin
°•18
°•19
°•20
°•21
°•22
°•23
°•24
°•25
°•26
°•27
°•28
°•29
°•30
°•31
°•32
°•33
°•34
°•35
°•36
°•37 Special Part (Story Of Character)
°•38
°•39
°•40
°•42
°•43
°•44
°•45
°•46 Chapter Khusus Penjelasan
°•47
°•48
°•49
°•50
°•51
°•52
°•53
°•54
°•55
°•56
°•57
°•58
°•59
°•60
°•61
°•62
°•63
°•64
°•65
°•66
°•67
°•68
°•69
°•70 🔞
Epilog

°•41

266 14 5
By naowrite_

Riska sedang asyik bersama anjing kesayangannya, Si Salanghae. Ya, hampir tiga hari gadis itu hanya menganggur seolah menunggu keajaiban datang dari sebuah lobang besar yang langsung mengarah ke pertengahan laut tersebut. Ia berusaha mengisi waktu luangnya dengan membaca novel, mendengarkan musik dari ponsel barunya juga membaca-baca tentang dunia vampir tak lupa kitab-kitab tebalnya yang tidak boleh sampai terlupakan.

Sampailah hari di mana Riska benar-benar merasa terlalu lama menunggu orang tua dan teman-temannya pergi hanya untuk mencari bahan dasar pembuatan kapsul sakti. Membosankan, lantas ia mengangkat Hepi hingga anak anjing itu menjulurkan lidahnya memberi isyarat ingin menjilati tuannya. Ia curhat dengan bibir manyunnya.

"Hepi, aku bosan. Kamu terlalu manis buat aku, aku diabetes, Sal!" Ia merancau seperti orang mabuk. Anjing itu, bukannya diam malah semakin agresif menggonggong hingga tiba-tiba melompat lalu meringkuk masuk ke dalam lubang baju Riska yang merupakan tempat khususnya. Merasa ada yang salah, Riska menoleh ke belakang dan mendapati lima pengawal asing datang diikuti seorang bocah laki-laki yang kelihatannya sebagai bosnya. Riska tidak berkutik, ia diam sekaligus ingin tahu apa yang dilakukan oleh makhluk aneh di hadapannya.

"Hallo, kesayanganku. Sudah dengar dari mulut ayahmu bahwa kau akan menikah denganku?" Tanyanya membuat Riska seketika bergidik dan merasa mual. Ini tidak mungkin, ayahnya tidak gila. Ia pasti mencarikan pangeran untuk gadis tunggalnya ini.

"Pembohong!" Sembur Riska tanpa peduli wajah geram dari makhluk itu pada detik berikutnya.

"Dasar raja bodoh! Membiarkan putrinya yang cantik sendirian seolah ia tidak penting! Oke, pengawal tangkap dia!" Serunya diikuti beberapa makhluk aneh di belakang dengan pistol berwarna hijau lumut.

Riska bangkit sembari menarik resleting pada kantungnya untuk menjaga Salanghae tetap aman. DUAR! Riska berhasil melompat menghindari serangan tornado air yang muncul dari pistol aneh tersebut. Serangan itu membuat tembok istana seketika runtuh.

"Wah, permainan diterima! Ayo kita buktikan siapa yang akan menikah dengan tanah!" Tantang gadis itu yang malah ditertawai oleh Anemone.

"Yah, aku bersedia melihat ketangguhan calon istriku dulu sebelum kunikahi! Kebetulan, namaku Elias. Nama yang bagus bukan?"

"Artinya memang bagus, tapi aku yakin sifatmu lebih buruk daripada namamu. Aku yakin nama aslimu bukan itu!" Riska melesat mendekati salah satu pengawal itu untuk melumpuhkannya dengan cara menusuk leher belakang  dan merebut paksa senjata aneh makhluk itu yang terlihat keren di mata Riska.

Ia tersenyum licik, "Selamat tinggal!" Riska buru-buru menyematkan racun taringnya pada tangan salah satu pengawal itu dan menembakkan gelembung dari pistol aneh yang ia pegang sekarang ke arah posisi pengawal yang letaknya lumayan strategis. Riska sedikit kaget, gelembung yang dihasilkan lalu menangkap pengawal dan ia tidak bisa bergerak hingga berakhir di langit-langit ruangan.

Huft, tidak buruk juga. ~batinnya.

Riska melanjutkan pertarungan tanpa merasa kesulitan selama ia tidak terkena serangan dari senjata tersebut. Ia menikmati pertarungan yang kesannya lebih ke latihan bela dirinya sehari-hari.

Brak!

Riska menjatuhkan dua pengawal terakhir sebelum mendekati makhluk aneh yang mengaku bernama Elias itu, sedangkan makhluk itu tampak tidak merasa terancam. Ya, Riska hanya perlu menghancurkan mulut lalu menginjak kepalanya itu atas rancauan menjijikan yang sebelumnya dilontarkan.

"Maaf atas ketidaksukaanku sampai sejauh ini. Raja Cornelius tidak mungkin melakukannya, so, jangan ganggu keasyikanku dan ketenanganku!" Cewek cantik itu memukul tanah dan seketika muncul retakan yang terus memanjang sampai hampir sempurna menjepit kaki jelmaan ikan itu, namun sayang gagal.

"Aku tidak ingin kau menikahi tanah, maka aku akan sebisa mungkin tidak membunuhmu, aku hanya ingin menyentuhmu saja!" Anemone lompat begitu tinggi dan mendorong Riska hingga tercebur ke laut.

"Woi! Lo ngapain, pe'ak!" Umpat Riska yang berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang kini mengambang tanpa persiapan apapun. Terpaksa, hanya kedua lengannya yang berfungsi saat ini. Selagi belum menemukan beban, sepertinya ia akan terus seperti ini. Riska pun menggerakkan tangannya seperti mendayung menghindari gelembung jebakan yang sama seperti yang sempat ia keluarkan dengan pistol aneh tadi.

"Wow! Calonku bisa ngomong kasar!" Anemone bermain kejar-kejaran dengan Riska.

"Argggh!"

°•°•°•°•°

"Aleena..." Ucap Meri dengan suara kecilnya agar tidak membangunkan sosok paus ini yang dulunya benar-benar sosok sahabat sehidup semati yang selalu bersamanya.

"Kami harus apa, Mer?" Jihan mewakili bertanya kemudian diikuti tepukan pundak dari Crystal.

"Mungkin mencoba meyakini dia kalau kita bukan orang jahat?" Usulnya.

Meri tersenyum miris, "Andai semudah itu, mungkin kita tidak mungkin menyiksanya dengan rantai sekuat ini."

"Ck! Lihat, orang bego lagi ga bisa mikir cerdas. Kurang nutrisi mayat, Lo!" Ascher bergumam dan Jihan tetap mendengarnya. Baru saja hendak memukul kepala sepupunya itu, Cornelius buru-buru mengelus dan membawanya ke dalam pelukan.

"Ck, kamu digoda aja cepet banget!" Tukas pak tua itu sembari terkekeh.

"Aku akan jelaskan, kalian tidak perlu ngapa-ngapain selama aku belum mengatakan apapun. Dia sebenarnya jinak dan sangat baik,.." Meri mendekati tubuh besar paus itu lalu menyentuh kepalanya yang kemudian munculah sinar berwarna biru muda samar-samar dari tangan duyung itu.

"Kita mau lihat apa aja pengaruh Anemone untuk Aleena ya. Dimulai dari awal..." Duyung kecil itu membuat semua teman-temannya tertidur lalu menciptakan mimpi yang sama kemudian disalurkan pada tiap-tiap kepala. Tak butuh waktu lama, sementara semua tertidur, Meri tetap menjaga keseimbangan otak mikro paus itu agar tidak mengganggu jalan pikiran teman-temannya.

"Ibu..." Aleena menangis diikuti kedatangan Aleerta yang benar-benar terkejut mendapati ibu kandung mereka tidak bernyawa. Sekujur tubuh Alifia juga terdapat banyak sekali luka membuat Aleerta semakin geram.

"Kenapa bisa?" Cicit sang kakak pada adiknya yang tak urung berhenti mengeluarkan air matanya.

"Tadi, tadi aku tidak sengaja lihat ada penyelam ulung dan dia membongkar jantung ibu lalu hendak mengambil sirip dan ekornya juga. Ketika aku akan menyerangnya, ia lebih dulu pergi dan gagal memotong sirip ibu," Aleerta diam tak bergeming.

"Gimana ini kak? Ibu pergi cepat sekali, siapa yang akan mengurus dan menemani kita berdua sekarang?"

"Lebih baik kita menjauh terlebih dahulu. Tubuh ibu akan menyeimbangkan dengan alam lalu meledak. Ayo, ikut aku ke dekat taman koral di samudera Pasifik. Kita butuh menenangkan pikiran dan memikirkan banyak hal," tutur Aleerta dan Aleena hanya menurut tanpa membuka suaranya.

Setelah berenang cukup lama, keduanya memilih untuk berdiam diri di goa batu yang cukup cantik karena dikelilingi terumbu karang dan biota laut lainnya. Di sana mereka bertemu dengan berbagai jenis ikan dan semenjak pertemuan itu, tentu saja mereka sudah resmi menjalin ikatan pertemanan.

"Kau siapa? Namaku Aleena dan dia Aleerta. Kami kembar siam, tapi dia cowok." Paus betina itu memulai salam pertemanannya.

Tiba-tiba seekor ikan kecil menabrak tubuh Aleerta membuat paus itu menoleh ketika merasakan sebuah tubrukan kecil ditubuhnya. Rupanya itu seekor ikan kecil pejantan yang sedang terburu-buru.

"Kau, siapa namamu?" Tanya Aleena sembari tersenyum.

"Anemone, panggil saja Mone." Jawab ikan itu sekenanya.

"Hallo Mone, kamu ke mana? Kenapa harus terburu-buru?" Tanya seekor penyu pada temannya itu.

"Ibuku sakit keras, dan ini aku baru saja mendapatkan rumput laut biru muda yang mengandung racun negatif."

Aleena dan Aleerta tersenyum miris. Mereka baru saja kehilangan ibu tercintanya, kini ikan kecil itu juga harus merasakan hal yang sama. Saat itu juga, Aleerta punya ide. Iapun membisiki saudarinya yang berakhir turut mengangguk mantap untuk ide yang dibisiki saudaranya.

"Kami bisa membantu ibumu, Mone.." Aleena menggerakkan ekornya.

"Bagaimana?" Tanya ikan itu mulai tertarik. Rupanya kedatangan dua hewan jumbo itu juga menarik fauna lainnya untuk melihat siapa yang berkunjung ke wilayah kediaman mereka. Ada yang mula-mula ketakutan, ada yang malu-malu, ada yang jelas-jelas ingin bergaul. Dalam beberapa menit, keduanya sudah memiliki sahabat.

"Aku akan mengobatinya. Bawa aku pada beliau!"

"Lewat sini, sahabat!" Anemone mengantar keduanya untuk bersapa ria dengan Fidel, ibu Anemone yang ternyata sekarat karena sempat terjebak di dalam jeratan pelaut-pelaut ketika menjaring ikan. Tubuhnya luka-luka berat.

"Ambil darah di siripku, teman!" Aleerta memberikan ekornya untuk diiris kecil-kecilan oleh Anemone guna mendapatkan darah paus itu. Buru-buru ikan kecil itu meneteskan darah Aleerta pada luka-luka itu, dan tak lama kemudian, Fidel sudah sembuh.

"TERIMA KASIH!" Teriak Anemone yang dibalas anggukan kepala oleh keduanya.

"Maukah kalian semua menjadi sahabatku? Aku sangat berutang budi terutama pada kalian!"

"Dengan senang hati."

Meri memperkuat tenaganya untuk mencari inti dari permasalahan kenapa selama ini Aleena selalu mau dikendalikan oleh hewan busuk itu tanpa membuat seluruh teman-temannya terbangun.

"Kenapa? Kamu ajak aku ke—"

Meri bersungut karena salah membaca isi alam bawah sadar Aleena. "Aku harus cepat sebelum dia bangun!" Gumamnya. Setelah hampir tiga menit, akhirnya ia dapat celahnya.

"Ini tempat apa, Anemone?" Tanya Aleena sedangkan Aleerta mulai mencurigai teman barunya itu.

"Ini laut merah, aku ingin mempertemukan kalian dengan teman daratku. Kalian mau kan?"

"Aku mau, tapi tidak tahu dengan kakakku," Aleena menoleh ke belakang di mana kakaknya berada.

"Leena, mending kita pulang aja, ya? Firasatku buruk?" Aleerta ragu-ragu bertanya. Baru saja hendak menarik adiknya dari belakang, seseorang menikamnya. Memang tidak begitu dalam, tetapi pisau itu mengandung racun mematikan.

"Kalian! Ambil siripnya, ambil ekornya, ambil matanya dan ambil minyak ikannya! Lalu yang terakhir jantungnya, aku membutuhkannya secepat mungkin." Teriak seorang wanita diikuti puluhan pengawal berenang ke laut untuk menangkap Aleerta.

Sementara itu, Aleena yang mengetahui dirinya dalam bahaya, ikut andil kabur bersama kakaknya. Jadilah mereka kejar-kejaran dengan kawanan makhluk darat yang tampaknya tidak jauh lebih gesit daripada paus-paus itu.

"Kau jaga di sana!" Teriak salah satunya diikuti seluruh teman-temannya. Jadilah Aleerta terkepung sementara Aleena memilih lari kemudian mencari cara untuk membunuh makhluk daratan itu. Anemone kemudian datang lalu membisiki sesuatu. Ya, Aleena berputar membentuk pusaran air lalu menyerang kawanan makhluk darat itu.

Ngiinggg!

Aleerta mengeluarkan suara khasnya yang membuat semua makhluk yang berada di sekitarnya menutup telinga, bahkan ada yang mati.

Di sisi lain, pasutri yang awalnya sedang menyusuri lautan menjadi tertarik untuk melihat kerusuhan yang terjadi. Cornelius bersama akhirnya memutuskan untuk menolong hewan jumbo malang itu, "Cathline! Ayo tolong dia!" Makhluk darat lainnya datang lalu membantu menyingkirkan puluhan pengawal itu dengan mudah.

Di sisi lain, Anemone justru mengajak Aleena untuk bersembunyi, padahal jika saja tidak dihalangi, Aleena sebagai paus bisa paling tidak melumpuhkan mereka.

Sementara pertarungan berlangsung, Cornelius beserta istrinya berhasil menebas beberapa musuh mereka dari Griquett itu, sedangkan ratu mereka sudah kabur semenjak beberapa pengawalnya kalah, dua di antaranya berhasil mendapatkan ekor, sirip bagian atas dan tubuh Aleerta yang terkikis banyak sekali oleh tiga bilah pisau dan telah dibawa pula oleh makhluk-makhluk itu.

"Terima kasih banyak. Tapi aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi, sebelum itu potonglah bagian dadaku dan ambilah jantungku sebagai imbalan kalian. Katakan pada adikku Aleena, aku minta maaf karena tidak bisa bersamanya lagi dalam wujud yang sama. Mungkin aku akan datang lagi dengan wujud yang berbeda, namun tetap bersamanya."

"Baik, kami meminta izinmu. Selamat tinggal, sayang. Semoga kau bahagia." Ucap Cathline sembari mengelus badan Aleerta.

"Namaku Aleerta..." Suara Aleerta mengecil seiring tubuhnya diiris oleh Cornelius. Butuh waktu untuk mengambil jantung Paus itu, sebab kedalaman dagingnya benar-benar membuat Cornelius sedikit kesulitan.

Berhasil membawa jantung Aleerta, Cornelius langsung menemui Aleena, namun paus betina itu malah melengos dan pergi begitu saja dengan ikan kecil di sebelahnya.

Cornelius tidak menyerah begitu saja, ia mengejar mereka dan berhenti ketika keduanya benar-benar menghilang seperti ditelan laut. Cathline ternyata menyusulnya kemudian menepuk pundak suaminya.

"Kita pasti sampaikan padanya ketika bisa bertemu kedua kalinya—"

"Hah!!" Jihan langsung membuka matanya. Sebab, seumur hidup ini pertama kalinya ia merasakan tidur seperti manusia.

Bangunnya Jihan diikuti oleh yang lainnya lalu menatap Cornelius yang belum siuman sama sekali. Crystal menatap Meri yang kini wajahnya diliputi oleh wajah khawatir.

"Sepertinya Anemone sengaja mengaktifkan kendalinya atas Aleena dan ikut mengenai paman. Kita harus segera tangkap ikan itu untuk memaksa dia membebaskan paman!"

"Masalah lagi? Aku sarankan kita ambil saja jantungnya sekarang!" Jihan merasa sudah tidak ada waktu lagi. Jika mereka tidak segera mengambil jantung Aleena, mereka akan kehilangan kesempatan emas ini.

"Tidak bisa kak Jihan, Aleena dalam pengaruh—"

"AKU TIDAK PEDULI! KAKAKKU DALAM MASALAH BESAR DAN HAMPIR MATI SEDANGKAN AKU TIDAK BERGERAK APAPUN?" Jihan membentak lalu menggigit badan Aleena dan menyalurkan racunnya. Spontan paus itu bangun dan menggeram kesakitan.

"Jihan! Ayo kabur! Jangan keras kepala—"

BUGH!

NGINGGG!

"Lari!!"

°•°•°•°•°

Kenapa bisa ada manusia? ~ batin Carolina sembari menahan sakit di punggungnya.

Sembari menggendong Rita, ia terus melaju tanpa berhenti hingga sampailah mereka di pesisir pantai. Perlahan ia menurunkan putri sulungnya lalu merogoh sesuatu dari kantung baju dalamnya dan mengeluarkan botol kaca berukuran sedang berisi darah murni. Buru-buru ia memberikan pada gadisnya agar lukanya cepat sembuh.

"Pelurunya!" Carolina meraba punggungnya lalu menekannya perlahan untuk mencabut peluru tersebut dan reflek melemparnya jauh-jauh setelah mengenali racun itu.

Bertepatan dengan kepanikannya, Rita siuman dan luka-lukanya beberapa sudah tertutup terkecuali pada bagian perut dan lengan kirinya yang memiliki luka robek cukup fatal.

"Rita... Apa temanmu mengikuti kita ke sini?"

"Kenapa—" Rita mencium bau busuk yang sangat tajam dan ia rasa baunya berasal dari ibunya.

"Mama membawa bangkai?"

"Bantu aku buat ngeluarin racunnya!" Carolina membalik badannya dan di sana terdapat  bolongan yang sudah lumayan besar dan busuk.

"Aku rasa ini Ecrin dengan senjata terbarunya," Rita menjawab dengan air mata yang berlinang di mana-mana. Pasalnya racun temuan terbaru itu belum ada penawarnya.

....

"Mending kita kabur! Jumlah mereka ribuan. Kita manusia mereka serigala! Yang ada kita yang akan jadi santapannya!" Teriak Amerio masih bertahan pada perlawanannya yang tidak berpengaruh apapun.

Bo Dan Ecrin sibuk melawan sedangkan Piko malah mengalihkan dengan melempar ranting seolah serigala itu anak anjing. Padahal itu adalah bentuk perlawanannya sebelum anak itu benar-benar menggunakan ototnya untuk menghindari gigitan serigala tersebut.

Saat mereka melawan, tiba-tiba para serigala berjengit kesakitan. Amerio, Ecrin, Bo Dan Piko sempat terkejut dan berharap-harap ada penyelemat. Di tengah-tengah mereka ternyata ada sosok vampir. Saat Ecrin bersiap hendak meluncurkan peluru, Bo merampasnya dengan kasar dan dua tangan gadis itu ditahan oleh Amerio dan Piko.

"Maaf, tapi kita harus berterima kasih dengannya! Aku juga punya dendam, tuanku! Tapi bukan berarti membunuh sosok yang menjadi penyelamat!"

°•°•°•°

TBC!

Catat! Bab 41 eps terbanyak 🤣

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 94.7K 40
bagaimana jika kekasihmu; orang yang kamu cintai sekaligus orang yang paling kamu percaya menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia pembunuh...
94.4K 5.5K 67
Tentang Rakha yang merupakan cowo cool, dingin, tidak tersentuh, most wanted boy di sekolah SMA taruna high school. merupakan ketua geng Black Diamon...
318K 30.8K 109
When Seventeen is the reason for all the smiles, tears, and everything that include in your source of happiness. Terima request. Vomment juseyo~
164K 1.4K 52
Hay... Aku mau kasih recomend beberapa cerita wattpad yang menurut aku bagus. Kalo kalian suka vote ya... Happy reading...semoga kalian suka rekomend...