The Most Wanted Vampire In Hi...

By naowrite_

47.5K 1.9K 407

Seorang perempuan bernama Janelle Risterita Roust yang notabenenya seorang perempuan keturunan vampire bergel... More

Vampir
°•1
°•2
°•3
°•4
°•5
°•6
°•7
°•8
°•9
°•10
°•11
°•12
°•13
°•14
°•15
°•16
°•17
Janelle Risterita Roust
Jihan Christina Roust
Amerio Preka
Refa Raziel Melvin
Aloydia Rene Ecrin
°•18
°•19
°•20
°•21
°•22
°•23
°•24
°•25
°•26
°•27
°•28
°•29
°•30
°•31
°•32
°•33
°•34
°•35
°•36
°•37 Special Part (Story Of Character)
°•38
°•40
°•41
°•42
°•43
°•44
°•45
°•46 Chapter Khusus Penjelasan
°•47
°•48
°•49
°•50
°•51
°•52
°•53
°•54
°•55
°•56
°•57
°•58
°•59
°•60
°•61
°•62
°•63
°•64
°•65
°•66
°•67
°•68
°•69
°•70 🔞
Epilog

°•39

275 16 0
By naowrite_

"Nah, tuh bisa lo bawa?" Piko menaikkan dagunya sambil menatap Amerio yang masih merengut tidak terima setelah sebelumnya dipaksa oleh adik kelasnya itu untuk mengemudikan mobil perang.

"Ya, dan setelah ini kalo ada serigala, lo yang bakal hadepin, gue ada di belakang lo!"

"Ck, serius banget sih! Lo PMS ya?" Piko menebar seringai terbaiknya tak lupa membubuhi kekesalan Amerio dengan alis yang dinaik-turunkan.

"Itu, kayaknya Bo gak jauh dari kita! Dan ...," Amerio memutar kemudi ke kanan—mendapati sebuah rumah megah lantai tiga bernuansa hitam putih dan di gerbang besarnya tertulis Griquett. Piko sampai menelan air liur ketika melihat sepuluh serigala bolak-balik jalan di sekitaran pintu besar tersebut.

Tanpa membuka sepatah kata lagi, keduanya bergegas untuk turun dari mobil kemudian menghampiri belakang pohon Ara besar terdekat untuk sembunyi. Piko juga ikut turun lalu membuka mulutnya lebar-lebar hanya untuk menguap. Maklum, sudah pukul 1 malam. Tiba-tiba ponsel Amerio bergetar menampilkan foto wanita dengan kerutan di mana-mana, namun tetap cantik di layarnya. Bukannya langsung diangkat, ia malah tampak berpikir untuk tidak menyambut telepon itu untuk sementara. Keadaannya genting dan ketika Yaya menelponnya adalah suatu hal wajar, sudah hampir seminggu anaknya tidak pulang-pulang. Orang tua mana yang tidak khawatir?

"Durhaka, jahanam, somplak, anjing, durjana lo ga angkat telepon Mak lo! Dia khawatir tingkat dewa eh dikacangin,"

Oke, Amerio ingin sekali melempar adik kelasnya ini menuju ke Bimasakti untuk bertemu Black hole saja sekalian. Supaya ditelan, ga balik-balik lagi dan berhenti merusuhinya.

"Bacot Lo ditahan dikit sebelum gue sumpel sama bogem gue!" Balasnya tanpa menatap Piko, ia sibuk

"Kita ke kanan aja, serem istananya. Feeling gue bilang jangan masuk!" Piko terus merengek untuk menghentikan niat temannya yang terbilang gila untuk memasuki gerbang besar bertulisan Griquett. Yang bisa menghentikan rengekan Piko saat ini hanya Jihan atau permintaannya dituruti.

"Bego! Kita kan tujuannya nyari Ecrin, Lo gimana sih?" Tanya Amerio yang sebal dengan tingkah sahabatnya sendiri. Ia bahkan tak segan-segan memukul kepala cowok itu.

"Ga percaya banget sih Lo, ah!" Piko malah merajuk dan pergi begitu saja membuat Amerio kini bingung. Sudah satu jam mereka seperti orang labil yang kebingungan harus masuk istana atau tidak.

"Gue masuk sendiri aja," ucapnya ketika melihat pintu yang lain—tanpa seekor serigala satupun. Seketika lengannya ditahan diikuti tatapan memelas cowok di belakangnya seakan berkata 'jangan tinggalin aku di tengah hutan.'

"Gue tetep masuk, Lo ga ikut gue ga masalah!" Amerio menepis tangan Piko lalu mendorong pintu belakang istana pelan-pelan.

"Ya udah terserah, aku ikut kamu aja!" Ia berlari lebay sembari menaikkan tangannya meminta ditunggui.

°°°°

"Hei, ke sini aja Chris!"

"Kamu yakin? Perasaanku bilang pintunya di kanan!"

"Tapi logikaku bilang pintunya di tengah!"

"Ya udah mencar aja—"

Christopher mendelik.

"Gak ada, nanti kalau kamu ilang aku berabe!"

"Lo kira gue anak kecil?" Carolina nyolot.

"Cewek nakal, pasti mau cari suami baru ya?"

"Kamu ngomong apa sih?"

"Kan banyak serigala jantan di sini? Kali aja mau adopsi salah satu—"

Bugh!

Carolina meninju lengan suaminya cukup keras.

"Kita mencar! Titik! Sapa duluan sampai dia pemenangnya!" Carolina menekan knop pintu lalu membukanya sebesar tubuh rampingnya. "Aku duluan!" Ia memeletkan lidahnya.

"Sayang!"

Carolina lebih dulu menutup pintu.

"Ya udah terserah!" Christopher memasuki pintu yang menurutnya benar.

....

"Meri!"

Meri bangun dengan raut paniknya seolah kehilangan sesuatu, juga yang lain menatap gadis itu penuh ketakutan. Baru saja terluka waktu itu, tubuh Meri kini harus demam tinggi yang penyebabnya belum diketahui. Sampai-sampai Oceana datang hanya untuk melihat keadaan sahabatnya. Entahlah, ikan pari itu memiliki tingkat sensitifitas yang cukup tinggi.

"Aku mau muntah! Minggir!"

Hoek!

Bukan makanan, tetapi darah hitam yang cukup banyak. Gadis itu bangun lalu menyedot air laut cukup banyak untuk kumur lalu membuangnya kembali. Crystal mengambilkan beberapa helai rumput laut untuk Meri makan, namun gadis itu menolak.

"Aku kehabisan darah, untuk kembali memproduksi darah secara cepat, darah di tubuhku harus habis dulu. Butuh waktu satu jam untuk pemulihan, bisakah kalian membantuku? Oh iya, satu lagi, Aleena akan sadar bersamaan dengan aku yang pulih, tolong ikat badannya pakai rantai baja terkuat dan tahan rantainya di batu besar diujung gua! Terima kasih ..."  Meri berbicara dengan sisa tenaga yang ada.

"Apa yang harus kami lakukan?" Cornelius mewakili.

Meri tersenyum kecil kemudian berusaha mengambil batu di dekatnya. Semua terkejut ketika kulit Meri terluka mengeluarkan darah, padahal gadis itu hanya memukulkan batu tadi pelan ke tangannya. Dalam beberapa detik, bau anyir menguar ke mana-mana. Semuanya menutup hidung kecuali Jihan dengan mata merahnya mendekati Meri. Gadis itu, bukannya takut malah menyerahkan tangannya.

"Kamu haus ya, sejak kapan kamu menahannya?"

"Ma-maaf!" Jihan tidak bisa menahan sisi monsternya, walau ia telah berusaha mempertahankan kesadaran. Perlahan tapi pasti, gadis itu menggigit tangan Meri lalu menghisap darahnya dengan lahap. Belum ada 10 menit, kini duyung kecil itu sudah tertidur. Mukanya benar-benar pucat pasi. Jihan menarik taringnya digantikan Ascher menggigit di wilayah yang sama dan menyisakan sedikit air liur yang berguna menetralkan racun sepupunya tadi.

"Yasmin, kamu jagain ya Meri ya? Aku mau bantuin mereka dulu!"

"Eh, apa engga saya aja yang ke sana, yang mulia di sini?"

"Engga apa-apa. Aku engga selemah yang kamu pikirkan kok."

"Ah maaf yang mulia."

"Cepat! Badannya besar banget, butuh tenaga ekstra buat ngurus!"

°°°°°

Tak! Tak! Tak!

Bunyi high heels milik Adele menggema di sepanjang lorong. Wanita itu benar-benar naik pitam karena bawahannya benar-benar tidak becus menjaga seisi istana, ya walau ia tidak menyalahkan juga jika lawan mereka Christopher. Raja bermacam-macam kekuatan dalam yang berfungsi setelah kontak mata dengan mata.

"Lebih baik aku menyiksa anak itu dulu sebelum mereka berdua menemukannya. Aku lebih suka melihat orang menderita atas kemenanganku!" Adele bergumam sambil terus menyusuri lorong dengan langkah centilnya.

....

Kriettt!

Adele meraih dagu Rita lalu meremasnya hingga mengeluarkan darah. Wanita itu bahkan menarik biji-biji rantai membuat Rita berjengit tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Hanya bisa meringis sebagai tanda apa yang ia rasakan.

"Hallo? Rindu sama buah hatinya sampai-sampai dua makhluk pembunuh itu harus datang ke mari untuk mengambil anaknya. Apakah itu benar, anak mayat?" Tanya wanita itu dengan tatapan puasnya. Ia melanjutkan, "Tapi tidak masalah, aku tidak akan membunuhmu jangan takut. Kau tahu apa sebabnya?"

Rita hanya terdiam tak bergeming, ia terlalu fokus untuk menahan sakit di tubuhnya. Adele tertawa seolah memperjelas nasib miris wanita keturunan bangsawan itu. Jika saja Rita sempat berburu, kemungkinan besar ia masih bisa melawan. Pasalnya serigala gila itu terus menerus menyiksanya sehingga tenaga habis hanya untuk menahan sakit dan reinkarnasi dengan cepat.

"Aku berbicara bukan untuk dihiraukan!" Adele membuang dagu Rita dengan kasar lalu beralih menendang Rita yang kini setengah sadar.

"Tidak membuka bibir sama saja dengan kematian teman cowokmu yang pernah gagal jadi tunanganku gara-gara saudaramu yang membawa teman-temanmu itu!"

Oke, Rita mungkin memang harus membuka mulut tanpa memedulikan rasa sakitnya saat ini. Rita tahu otak saingannya yang satu itu sangat pintar, dan tentu hanya sebatas jalanan, ia pasti mengingat dengan tepat.  Tetapi kali ini sepertinya cowok itu sama sekali tidak menggunakan otaknya, ini sama saja perjuangan yang sia-sia di mana ia disiksa mati-matian oleh serigala aneh ini. Mending dari awal sekalian saja ia habisi, mungkin dengan menebas dua lemak di dadanya. Rita sangat sebal ketika melihat payudara semil (serigala hamil) itu terlalu sering ia perlihatkan. Ia muak.

"Tolong sekali, lepasin temen gue dan bawa gue aja!" Rita berusaha meronta walau ia tahu itu sia-sia.

"Tidak, bukan itu yang akan aku lakukan. Sebelum aku membunuhmu bersama kedua orang tuamu itu, kau harus melihat pernikahan resmi kami dulu, setelah malam pertama, akan aku serahkan dia pada paus biru emerald itu untuk mengalihkan perhatiannya dan mengambil jantungnya. Sementara dia menyantap suamiku, aku akan mengoyak dagingnya. Ide bagus?" Adele mengambil sebuah stun gun dan menyetelnya dengan kekuatan maksimal.

"Ayo, kita coba ini pada tubuhmu satu kali. Lihat sampai mana kemampuanmu!"

°°°°

"Ecrin!" Panggil Bo ketika ia benar-benar yakin bahwa yang tadi itu adalah tuan mudanya. Lelaki itu mengepalkan tangan sewaktu Ecrin menghilang tiba-tiba hanya kurang lebih 8 detik hanya karena tidak memperhatikan anak itu.

Bo tidak ingin membuang banyak waktu. Jika Ecrin memang pura-pura tidak mendengar suaranya, baiklah, ia akan mengikuti pula secara diam-diam dan cara berkamuflase. Setelah menoleh kiri dan ke kanan tak menemukan apapun—pasrah, cowok itu akhirnya mengambil arah secara random untuk memperkirakan posisi tuan mudanya sekarang yang mesti ia jaga sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosok asisten.

....

"Sial! Ngapain coba dia ngekor terus manggil-manggil nama, kan berabe ketahuan!" Ecrin sebenarnya tidak pergi kemanapun, ia hanya menggunakan pohon besar di dekatnya ini untuk bersembunyi, hanya saja kecepatan dan kelihaiannya yang ia andalkan agar asistennya itu berhenti lalu menyerah saja untuk tidak mengikutinya. Tanpa kesulitan ia memutuskan untuk naik pohon dan melihat kendalanya dari atas. Niatnya untuk mengalihkan tiga serigala putih di dekat pintu kini batal.

"Hiyaaa!" Dua orang dari bawah benar-benar membuat Ecrin hampir terpeleset dari dahan pohon berlumut yang sedang dipijaknya. Gadis itu menepuk jidat saking sebalnya dengan kelakuan tiga orang temannya yang terkadang jarang sekali menggunakan otak dengan tepat.

"Amerio! Lo urusin tuh adik kelas lo biar ga berisik! Lagian ngapain di sini? Kan udah gue suruh jagain mobil?" Ecrin berusaha berbisik sekecil mungkin.

"Apa? Gue gak denger—" Amerio masih belum mau mati atas santapan serigala. Jadi, ia membungkam mulut adik kelasnya dengan meremas bibir anak itu lalu menatap memberi isyarat untuk tidak bersuara lagi. Ya, suara Piko benar-benar bagai toak masjid untuk sekarang.

"Shut up!" Ucap mereka serentak dibuat sekecil mungkin walau sebenarnya ingin sekali meneriaki masing-masing telinga Piko.

"Iya iya, maaf." Balas Piko dengan mengecilkan volume suaranya.

....

Grrrr!

Suaramu seharusnya lebih besar, Piko. Sekarang ada satu serigala datang menghampiri gue!

Bo meraih salah satu belati kesayangannya lalu membentuk posisi bela diri kungfu tanda ia siap untuk bertarung saat ini. Serigala itu seolah memasang seringai tajam, baru saja hendak mengaum, tiba-tiba ia jatuh dan menjerit tidak karuan karena bagian lehernya sakit.

"Lain kali kalau mau jadi asisten gue, lo harus belajar lagi untuk penjabaran pemikiran dan problem solving." Tukas Ecrin pedas dibalas anggukan menyebalkan dari Piko dan dengusan napas oleh Amerio.

"Kita kerja sama aja kalau gitu karena kalian udah ke sini semua. Lagian ngapain lo ngekorin gue?" Ia menatap Bo.

"Gue khawatir!" Jawab Bo merasa bersalah lalu menoleh pada dua orang di belakangnya.

"Terus Lo ngapain ngikutin gue juga?"

"Khawatir sama Lo!"

"Somplak ya!"

°°°°°

Mungkin kalian emang bingung banget kenapa judulnya "HIGHSCHOOL" Tapi lebih ke kingdom? Jadi, versi pertama ceritaku emang sekolah dulu baru peristiwa Adele. Tapi sekarang aku balik, setelah ini baru kisah percintaannya dimulai. Kira-kira 5-10 chapter lagi. Ada romancenya nanti kok antara Rita dengan ***. No sopiler😝. Wait aja. Jangan lupa voting juga komen. Yg pelit aku doain pembaca dan voteku makin banyak..

Continue Reading

You'll Also Like

22.3K 228 11
Assalamu'alaikum hai... ini cerita untuk tugas dari sekolahan saya ya. klo mau baca, ysudah silahkan☺️ Saya gk maksa.
23.2K 4.7K 39
Kelanjutan dari kisah Christy bersama teman temannya didalam lingkup aliansi. setelah berhasil mendamaikan bangsa serigala dan juga bangsa vampir. Ch...
81.8K 7.1K 39
Kaluna Natya Pratama adalah putri sulung keluarga Pratama. Dia baru semester lima saat yang ayah tiba-tiba mengatakan. "Kamu nikah bulan depan." Ka...
3.2K 1.1K 11
#2💕 Teenfication [10-04-2020 ] "Oh jadi lo yang udah rebut Jonathan dari gue?!"bentak Renata kepada Nindy "Gue bisa jelasin semua Re"lirih Nindy ya...