The Most Wanted Vampire In Hi...

By naowrite_

47.4K 1.9K 407

Seorang perempuan bernama Janelle Risterita Roust yang notabenenya seorang perempuan keturunan vampire bergel... More

Vampir
°•1
°•2
°•3
°•4
°•6
°•7
°•8
°•9
°•10
°•11
°•12
°•13
°•14
°•15
°•16
°•17
Janelle Risterita Roust
Jihan Christina Roust
Amerio Preka
Refa Raziel Melvin
Aloydia Rene Ecrin
°•18
°•19
°•20
°•21
°•22
°•23
°•24
°•25
°•26
°•27
°•28
°•29
°•30
°•31
°•32
°•33
°•34
°•35
°•36
°•37 Special Part (Story Of Character)
°•38
°•39
°•40
°•41
°•42
°•43
°•44
°•45
°•46 Chapter Khusus Penjelasan
°•47
°•48
°•49
°•50
°•51
°•52
°•53
°•54
°•55
°•56
°•57
°•58
°•59
°•60
°•61
°•62
°•63
°•64
°•65
°•66
°•67
°•68
°•69
°•70 🔞
Epilog

°•5

1.2K 51 8
By naowrite_

Rita bersama Amerio juga Jihan bersama Piko. Mereka menyusuri luasnya taman untuk menuju ke kamar dipandu oleh petugas hotel. Benar-benar menakjubkan sekaligus sangat menawan ketika disekitaran ada banyak sekali taman dengan tema yang berbeda-beda.
Contohnya saja jika kita memiliki pasangan, bisa menuju ke taman yang berisi rumput berwarna merah. Di sana sudah disediakan tempat sekaligus tombol merah besar guna memanggil pelayan.

Sangat unik hingga tak terasa petugas hotel itu mengarahkan mereka pada sebuah pintu besar. Begitu pintu terbuka, segera mereka masuk dan petugas hotel itu pamit setelah memberikan kunci untuk beberapa ruangan. Semuanya masih menutup mulut hingga Rita membuka kamarnya dan Jihan menyerobot masuk begitu saja. Tujuannya adalah kasur. Ia langsung melompat di sana seakan itu adalah tempat tidur miliknya. Rita memberengut kesal.

"Huah! Akhirnya sampai! Kasur hotel, mengapa engkau memiliki sensasi yang berbeda?" Jihan bergumam dan terlihat sangat asyik memeluk bantal beludru tanpa peduli tatapan pemiliknya seperti apa.

"Eet! Kamar lo ga di sini ya!" Usir Rita terang-terangan meraih kerah baju Jihan berupaya membuat adiknya itu menyingkir dari kasurnya. Namun, Jihan tidak peduli.

"Kak, Lo sejak kapan jadi orang kaya ga ngajak-ngajak gue?" Cetus Jihan yang masih memeluk bantal itu tanpa ingin melepaskannya. Ia sedang berada di surga di mana empuknya bantal menyatu dengan tubuhnya yang sedikit kelelahan. Sebenarnya bukan lelah tetapi malas gerak.

"Amerio, barang-barang gue mana?" Tanya Rita tepat ketika Amerio memasuki ruangan. Ia hanya melihat lelaki itu membawa satu koper besar yang tak lain miliknya sendiri.

"Lha, ngapain tanya ke gue? Ambil gih di bawah. Tanya sama resepsionisnya!" Jawab Amerio sewot. Ritapun tak mau kalah. Ia masih kesal kala Amerio lancang tanpa izin mendaftarkannya. Agar setimpal ia ingin kakelnya itu menuruti permintaannya. Sementara keduanya perang mata, tanpa Amerio sadari Jihan merangkak ke dekat koper miliknya dan perlahan membuka ritselting. Entah apalah eksperimen yang ia lakukan terhadap tas itu. Letak tas yang berhimpitan dengan ujung kasur membuatnya mudah tanpa harus ketahuan karena sang pemilik membelakangi kopernya sendiri.

"Oke, Lo ga mau bantuin gue, jangan harap gue mau gladi bentar lagi!" Ketus Rita sebal. Jadilah kedua insan itu saling lempar tatapan tajam. Perang itu terjadi beberapa detik hingga akhirnya Amerio yang memutuskan kontak matanya. Ia berjalan menuju telepon lalu menelepon resepsionis agar membawakan barang-barang Rita.

"Barang-barang lo yang mana aja?" Tanya Amerio begitu telepon tersambung oleh sang resepsionis.

"Koper warna hijau dan tas besar warna hitam. Pastiin barangnya utuh karena gue naruh speaker di sana!" Tutur Rita lalu turut dibeokan oleh Amerio.

"Baik, terima kasih mbak cantik, have a nice day!" Seketika Rita tersenyum kecut saat melihat Amerio mengucapkan sebuah kata yang baginya sedikit menggelikan.

"Apa Lo? Jaga tuh lirikan mata. Baru bilang cantik, belum aja seksi-"

"Aaaa!"

Amerio, Rita begitupun dengan Piko yang boro-boro masuk ke kamar karena terkejut akan lengkingan Jihan langsung melihat apa yang terjadi. Enam mata itu sukses membulat penuh tak terkecuali Jihan. Sebuah bungkus kecil namun memiliki konotasi yang sedikit mengesankan.

"L-lo ngapain bawa kondom anying? Gue juga tahu kalau lo berdua bakal sekamar tapi ga perlu mendahului gue gini juga kali!" Jihan berkata dengan nada mengeluh yang sungguh dibuat-buat. Gadis itu juga mengangkat bungkus kondom utuh itu hanya dengan dua jari.

"Gu-gue ga pernah beli ataupun pegang benda itu sebelumnya! Lo juga ngapain sih lancang bener bongkar-bongkar tas gue?!" Amerio panik sendiri sekaligus marah besar. Hal yang paling dibencinya selain laba-laba adalah bagaimana seseorang membuka-buka barangnya tanpa izin.

"Lha, sebelum lo sekamar sama kakak gue, lo harus lulus lisensi dulu dari gue, apa lo layak apa ga bareng kakak gue!" Jihan menjawab dengan heboh lalu tiba-tiba melempar kemasan utuh itu tepat di muka Amerio. "Dan kenyataannya emang bener ada maksud dibalik kebaikan!" Tutur Jihan dengan cara bicara yang sangat-sangat menyebalkan. Amerio ingin menendang anak itu hingga ia berada di ardomeda dan tidak perlu balik-balik lagi. Terkadang ia tidak habis pikir, bagaimana seorang kakak yang kalem bisa mempunyai adik yang rese. Dengan gaya-gaya ratu drama yang gadis itu buat-buat lagi, ia lantas menolehkan kepalanya ke samping.

"Gak Sudi punya kakak ipar mesum! Padahal belum apa-apa. Hiks!" Jihan memegangi pipinya. Sumpah demi apa Rita ingin sekali mencoreng nama Jihan dari akta kelahiran. Urat malunya putus untuk sesaat di hadapan Amerio dan Piko.

"PIKO! Bawa dia keluar segera atau gue copotin lengan Lo!" Rita berucap dengan nada datar namun terkesan horor. Tanpa diperintah dua kali Piko segera mengangkat tubuh Jihan yang masih mempertahankan posisinya seperti orang kolot yang tengah terkena kutukan. Sungguh absurd.

Setelah keduanya keluar, kini tatapan Rita beralih ke Amerio dan kondom secara bergilir mengode agar Amerio memberi penjelasan. Amerio menundukkan kepala namun matanya menatap Rita penuh permohonan. Jika saja ini anime, mungkin matanya sudah sejenis dengan hitam legam penuh percikan air yang berkilauan. Bisa juga dibilang puppy eyes.

Bangsat lo, tukang colok! Bentar sampe rumah gue bobrokin muka lo! ~ batin Amerio luar biasa kesal pada kakaknya yang kelewat jahil namun tak tahu situasi. Namanya Vivian, umurnya 26 tahun namun belum menikah. Rasa kesalnya bertambah ketika tiba-tiba wajah Vivian yang menyebalkan menuai di pikirannya.

"Apa?" Tanya Rita masih meminta jawaban. Ia sendiri tak menyangka bahwa Amerio itu lelaki buaya. Ya, walau itu hanya pemikiran spontan karena terpengaruh sebuah benda yang membuat siapapun pasti akan berpikiran negatif.

"Gak apa-apa. Jangan usir gue ya?" Amerio memelas kembali. Rita masih terdiam tanpa menatap lelaki itu.

°•°•°•°•°•

"Bo, tampung darah makhluk itu. Profesor mau meneliti bagaimana perkembangan vampir jaman sekarang. Apakah ia hasil dari campuran manusia atau masih murni!" Titah Ecrin yang langsung mendapat anggukan dari Bo.

Lelaki itu segera menuju sudut ruangan untuk mengambil sebuah ember berukuran kecil dan belati. Berbeda dengan darah manusia yang akan membeku jika tidak segera ditampung dalam plastik kedap udara ataupun berisi cairan pencegah bekunya darah. Darah vampir sangat berbeda. Tidak berbau amis alias tidak memiliki aroma.

Bo menoreh lengan vampir itu tepat pada arteri. Perlahan darah merembes dan menetes pada ember yang tersedia. Vampir itu tak bergerak sama sekali namun sempat berjingkat waktu torehan pertama. Bo memperdalam tusukannya lagi untuk mempercepat pengaliran darah. Perlahan tapi pasti vampir itu menutup mata dan kulitnya berkerut seperti buah Jeruk hingga akhirnya mengeras seperti batu. Dirasa darah sudah berhenti menetes, Bo segera mengangkat ember yang berhasil terisi setengah itu menuju Ecrin.

"Ini yang nona minta." Setelah menyodorkan ember tersebut, lelaki itu segera keluar kala majikan kecilnya ingin melakukan sesuatu yang bukan urusannya.

Begitu sendirian, Ecrin melepas seluruh pakaian pelindung pelurunya, kemudian berjalan menuju ke sebuah dinding. Jika dilihat sekilas, mungkin itu sama saja seperti tembok-tembok pada umumnya. Tak ada yang berbeda. Gadis itu lalu mengangkat kakinya dan mengarahkannya pada tembok tersebut. Tak perlu waktu lama, tembok itu bergerak mundur dan terbuka menampilkan besi kokoh. Itu masih lapis satu. Kali ini caranya berbeda, yaitu melalui pengecekan Hb darah. Gadis itu lantas meletakkan ujung jarinya di atas sebuah alat yang berisi jarum dan dalam beberapa detik pintu besi itu terbuka. Yang terakhir ada lapisan yang terbuat dari baja. Ecrin mendekati sebuah mesin scan lalu menyejajarkan matanya. Dan, lapis terakhirpun terbuka.

Ecrin melangkah dengan anggun menyusuri ruangan kesayangannya itu di mana koleksi-koleksi senjata dari yang lawas hingga kekinian terpajang dengan rapi. Lantas ia berlari kecil ketika sebuah pistol berukuran sedang terpajang di meja kacanya.

"Bos emang pengertian." Gumamnya sembari mengangkat benda itu. Pistol berukuran sedang dengan kode IOVD-555, yang berarti pistol tersebut merupakan maha karya perusahaan yang ke-55 dan dibuat pada tanggal 5.

Baru saja gadis itu hendak duduk, tiba-tiba ponselnya berdering- mengumandangkan lagu Running Low milik Shawn Mendes yang saat ini merupakan salah satu idol kesukaannya. Cepat-cepat ia merogoh saku celananya dan mendapati anak Bosnya pada layar ponsel. Tanpa pikir dua kali, gadis itu langsung menekan tombol merah. Baru saja menikmati betapa cantik pistol barunya, netranya harus ternodai oleh buaya darat.

Dengan bibir yang cemberut, gadis itu menarik kursi lalu meletakkan Hpnya di atas nakas yang terletak tepat di sebelah meja kacanya. Jemarinya mencoba meraih sesuatu yang berada di tengah meja. Ya, itu sepucuk surat yang dibungkus oleh amplop. Ecrin melihat-lihat sisi surat tersebut karena dari luar tampak sedikit gembung dan terasa lembut (satisfy). Surat juga tidak memiliki nama pengirim resmi ataupun sebuah cap. Tanpa curiga sedikitpun, iapun menyobek bagian pinggirannya. Belum saja semuanya terbuka tiba-tiba sebuah tabung kecil mencuat begitu saja. Ecrin terkejut hingga spontan melempar amplop tersebut.

"Ih!" Umpatnya sembari terus memperhatikan surat aneh itu yang justru mengeluarkan pasir kinetik sekarang. Oh, kini Ecrin tahu mengapa ketika ia meremas terasa sangat empuk.

"Tapi siapa yang ngasih? Bos gak pernah ngirim surat cem giniin apalagi ke markas rahasia gue." Ecrin terus berkutat mencoba mengumpulkan fakta.

"Masa Farel? Gue gak pernah ngasih tahu buaya darat itu tentang ruangan ini." Ia malah mondar-mandir dan berakhir jongkok untuk memunguti pasir-pasir yang berantakan dan terkejut ketika merasakan sepucuk surat.

Ecrin, itu sampel bubuk darah vampir seribu tahun yang lalu. Ditemukan oleh pekerja kita di hutan Pinus. Maaf jika bungkusnya sedikit aneh. Mungkin aku tidak pandai mengemasnya. Nanti tolong kau bersama putraku, Farel cari tuan Christopher dan minta bantuan dia untuk meneliti.

Tuan Melvin.

Sesudah menelisik isi surat tersebut, Ecrin buru-buru mengucek matanya. Rasanya perih dan ia ingin sekali membakar kertas itu andai tidak penting. Tulisan bosnya? Jangan ditanya bagaimana indah nian. Ini bagaikan tulisan profesor yang bahkan Ecrin harus mempelajarinya dulu supaya bisa memahaminya. Pernah suatu kali, Ecrin menghampiri bosnya hanya untuk meminta pria itu menuliskan abjad dari a-z. Gunanya sebagai referensi atau membantu dirinya membaca tulisan tuannya kelak.

Tiba-tiba ia menyadari sesuatu di Baris terakhir, dan ia menghentakkan tumitnya keras-keras hingga ubin itu mengirim sinyal suara ke luar-petanda Ecrin sangat kesal. Namun, beberapa detik kemudian ia tersenyum misterius.

"Farel." Ucapnya sembari mematri senyum.

°•°•°•°•°

Continue Reading

You'll Also Like

4.5K 638 15
Ratusan tahun lalu, terdapat klan vampir yang bersumpah hidup mengabdi kepada nenek moyang mereka. Namun, ikatan sumpah itu harus putus dan menjadi m...
22.3K 228 11
Assalamu'alaikum hai... ini cerita untuk tugas dari sekolahan saya ya. klo mau baca, ysudah silahkan☺️ Saya gk maksa.
2.5M 4.3K 4
DELETE [E-BOOK READY ON GOOGLE PLAY] _________________________________ Rayno adalah murid culun, miskin dan selalu di bully di sekolah. Ejekan dan hi...
30.2K 3K 37
[NOVEL DIJUAL ONLINE. SUDAH BISA DIBELI DI SITUS BUKALAPAK, SHOPEE, BLIBLI, WEB GUEPEDIA.COM, TOKOPEDIA. SEMUA DENGAN USER NAME GUEPEDIA] Karena mere...