Selamat datang di season 9
..
Beberapa bulan kemudian
Mamah dari Zahra mengadakan acara temu kangen alumni sekolahnya dulu, mamah juga menginginkan Zahra berada di acara itu
Di saat itu, bersamaan dengan ayah dari Radi yang tengah berada di rumah sakit juga dikarenakan penyakit bawaan beliau kambuh
Zahra dengan membawa Zahira dan Rendi kembali datang di rumah Zahra yang dulu
Sementara Radi harus pulang ke kampung halamannya, Kudus Jawa tengah
Setelah acara itu selesai dan beberapa hari kemudian, mereka berdua tak bertemu satu sama lain, mereka berdua hanya mengabari kabar masing-masing melewati ponsel pribadi mereka
Pekerjaan Caffe Yang seharusnya di pegang kendali oleh Radi, kini Zahra yang menggantikan Radi dibantu dengan kedua anaknya dan para karyawannya, karena Zahra tau ia bakal kesulitan menanganinya sendiri
Di Caffe, Zahra melihat Zahira yang tengah membantu para karyawan melayani pelanggan
Sebenarnya Zahra tidak menyuruh Zahira untuk melayani para pelanggan yang berdatangan namun ia hanya menyuruh Zahira mendata beberapa stok bahan yang hampir habis karena akhir bulan
Pada akhirnya Zahira ikut membantu karyawan-karyawan tersebut setelah selesai mendata beberapa stok bahan
"Silahkan dinikmati kak" ucap Zahira kepada Pelanggan tersebut
Pelanggan tersebut mengalihkan pandangannya ke arah Zahira, tak lama ia mengerutkan keningnya ke arah Zahira,
"Lho, mbak nya karyawan baru ya?" Tanya pelanggan tersebut pada Zahira
Zahira hanya mengangguk senyum,
"Em, iya" balas Zahira
"Ngga nyangka disini ada karyawan secantik mbak nya, hehe"
"Kalo gitu, betah banget aku tiap hari bisa kesini" ucap karyawan tersebut
Zahira hanya kembali tersenyum,
Setelah mengobrol dengan pelanggan tersebut Zahira kembali ke bar Caffe
Ia bertemu dengan sang ibu yang tengah meracik kopi entah untuk siapa
"Bunda?" Panggil Zahira pada Zahra
Zahra mengalihkan pandangannya ke arah Zahira,
"Eh, Ara" balas Zahra
"Bunda-- buatin kopi buat pelanggan ya? Em-- kalo iya, biar Ara aja yang buat bun, bunda istirahat saja, nanti bunda capek" ucap Zahira pada sang ibu
"Sudah, ndak apa-apa"
"Lagian ini juga hampir selesai kok buat nya" balas Zahra
"Oh iya"
"Kalo Ara capek, Ara istirahat saja dulu"
"Makasih lho udah bantuin bunda, tapi-- itu tugas karyawan bukan tugas Ara sebenarnya" ucap Zahra ada Zahira
Zahira mengangguk mengerti,
"Iya Bun"
"Maaf Ngga bilang bunda dulu"
"Soalnya Ara juga pengen kaya yang Lain, coba ngerasain bekerja itu kaya gimana" balas Zahira
"Ah, begitu ya"
"Yasudah, Ndak Apa-apa"
"Tapi kalo memang udah capek, istirahat saja ya" pinta sang ibu pada Zahira
Zahira mengangguk senyum,
"Baik Bun"
"Oh iya"
"Stok bahan yang hampir habis yang mana saja?" Tanya Zahra pada Zahira
"Em, udah Ara list kok bun"
"Tinggal berapa gram nya, udah ada di list buku Ara"
"Nanti Ara berikan sama bunda" balas Zahira pada Zahra
Zahra mengangguk mengerti,
"Iya"
"Oh iya Bun"
"Ayah gimana kabarnya?" Tanya Zahira pada Zahra
"Ayah kamu-- em, semoga dia juga baik-baik saja di kudus"
"Bunda baru saja kirim pesan, kapan dia pulang, tapi-- belum di balas" balas Zahra pada Zahira
"Hehe, bunda kangen ya sama ayah" ucap Zahira pada Zahra
Zahra tersenyum,
"Tau aja"
Zahira tersenyum,
"Tau lah"
"Kan Ara anak bunda"
"Ara tau bunda kangen sama ayah karena Ara itu fotokopi nya Bunda"
"Hehe, sebenarnya Ara juga kangen"
"Udah beberapa hari ngga ketemu ayah rasanya kaya gimana gitu"
"Ada kangen kangen nya" ucap Zahira pada Radi
Zahra hanya tersenyum,
Ia mengusap2 rambut Zahira
°°
-Di kampung
Dapur tepatnya, di rumah orang tua Radi,
Radi yang tengah membantu sang ibu mengupas kentang, tak jauh dari tempat ia duduk, ada bapak yang tengah duduk sembari melihat sang istri dan anak semata wayangnya mempersiapkan makan siang
Bapak sudah dua hari ini berada di rumah, karena sebelumnya beliau berada di rumah sakit di karenakan Asam lambung naik
Dokter sudah memperbolehkan beliau pulang untuk istirahat dan di rawat di rumah saja karena kondisi bapak sudah lebih baik dari sebelumnya
"Le"
"Iya pak?"
"Le, kondisi bapak kan sudah jauh lebih baik"
"Apa kamu-- Ndak kangen sama istri dan anak-anak kamu? Pasti mereka juga butuh kamu disana"
"Bapak juga Ndak bisa kalo mementingkan diri bapak sendiri disini, masih ada ibu kamu yang jaga bapak" jelas bapak pada Radi
"Maafkan bapak le, bukan maksud bapak berbicara seperti itu tadi, tapi-- sekarang kamu sudah berkeluarga" tambah bapak pada Radi
Sudah beberapa hari Radi memang pulang ke kampung halamannya, bertujuan untuk ikut merawat sang ayah menemani dan membantu ibunya merawat sang ayah
Radi mengangguk mengerti,
"Radi-- mengerti pak"
"Mungkin-- beberapa hari lagi Radi akan balik ke Jakarta"
"Setelah Radi bisa memastikan bapak benar-benar sudah sehat" balas Radi pada bapak
Bapak mengangguk senyum,
"Begitu ya"
"Yasudah, terimakasih karena sudah datang jauh-jauh dan mau merawat bapak di sini" ucap bapak pada Radi
Radi mengangguk senyum,
"Bapak Ndak perlu bilang terimakasih sama Radi, Radi kesini karena memang sudah kewajiban Radi sebagai seorang anak untuk merawat kedua orangnya" balas Radi
"Radi datang kesini bukan sebagai orang dewasa tapi sebagai anak" tambah Radi
Bapak menghela nafas,
Ia sedikit tersenyum,
"Sejujurnya dulu bapak menginginkan kamu dan Zahra tinggal disini saja, tapi-- Bapak jadi Ndak enak sama pak besan"
"Kalo bapak mengutarakan pendapat seperti itu, mungkin pak besan ndak ngebolehin" ucap bapak dengan setengah tertawa
Radi yang mendengar hal itu pun tersenyum,
"Begitu juga Radi, yang Ndak tega ninggalin bapak sama ibu disini, apa bapak Ndak ibuk dan pengen tinggal bersama Radi di rumah Radi yang ada di sana" balas Radi
"Radi, anakku"
"Kamu itu sudah berkeluarga, punya istri, punya anak 2, kamu mengurus semuanya dibantu dengan Zahra juga"
"Itu semua Ndak mudah"
"Kalo bapak dan ibu kamu ada disana, apa nanti ndak ngerepotin kamu, sudahlah Radi, bapak dan ibumu disini saja" jelas bapak pada Radi
"Apa yang dikatakan bapakmu itu ada benarnya juga Radi"
"Ibu juga Ndak pengen ngerepotin Zahra" ucap ibu pada Radi
"Sebelum kamu meminta bapak dan ibumu tinggal di sana, Zahra sudah lebih dulu memintanya sama ibuk" tambah ibu pada Radi
Radi setelah mendengar penjelasan dari kedua orangtuanya, ia menghela nafas,
Tak lama ia sedikit tersenyum,
"Iya buk"
"Radi juga ndak bisa maksa bapak sama ibu juga" balas Radi kepada kedua orangtuanya
"Tapi Radi minta doa ibu sama bapak agar keluarga kecil Radi menjadi lebih harmonis" pinta Radi pada kedua orangtuanya
"Tanpa kamu minta anakku"
"Ibuk selalu mendoakan kalian semua yang baik-baik, dijauhkan dari marabahaya" jelas sang ibu pada Radi
Radi mengangguk senyum,
Tiba-tiba dari arah kamar, terdengar ponsel berdering
Mendengar hal itu Radi langsung berdiri
"Em, R'Radi-- ke kamar dulu pak/buk, mau angkat telepon dulu" ucap Radi pada bapak dan ibu
Bapak ibuk mengangguk mengerti,
"Iya Radi"
"Siapa tau dari Zahra"
Radi mengangguk senyum
Tak lama, sesampainya di kamar, Radi langsung membaca kontak yang menghubungi ponselnya
Yaitu Zahra,
Radi segera mengangkatnya,
•Radi>Zahra
"Iya Assalamualaikum, Zahra"
•Zahra>Radi
"Waalaikumsallam Mas"
•Radi>Zahra
"Maaf Zahra, agak lama tadi ngangkatnya"
"Soalnya ponsel mas ada di kamar, dan tadi mas bantu ibuk di dapur"
•Zahra>Radi
"Iya Ndak apa-apa mas, pantes Adek kirim pesan Ndak dibales sama mas Radi tadi, lagi bantu ibuk toh"
•Radi>Zahra
"Eh, ada pesan ya?"
(Mengangguk)
•Zahra>Radi
"Iya Mas, mas kan belum lihat, jadi Ndak tau"
•Radi>Zahra
"Em, sekali lagi-- maaf ya Dek"
"Mas memang Ndak banyak pegang ponsel di sini, takut di marahin ibu, nanti dikiranya disini mau main2 padahal kan mau jenguk dan rawat bapak yang lagi sakit"
(Mengangguk senyum)
•Zahra>Radi
"Iya"
"Adek juga minta maaf mas"
"Ndak tau soalnya kalo mas ndak banyak pegang ponsel"
(Sedikit Tersenyum)
•Radi>Zahra
"Iya dek ndak apa-apa"
•Zahra>Radi
"Mas"
•Radi>Zahra
"Iya dek"
•Zahra>Radi
"Adek kangen sama mas"
"Mas kapan balik?"
°°
Ada komentar?