..
Zahira pun mendengarkan semuanya dari sang ayah, rasanya seperti khayalan saja bagi Zahira
Namun yang berbicara adalah sang ayah sendiri, Sang ayah yang Selalu ia percaya
Ia seperti tertegun dan memaku saat sang ayah menjelaskan sebenar-benarnya kepada Zahira
Setelah menjelaskan semuanya yang terjadi diantara dirinya dan Zahra dulu
Yang pertama Radi menjelaskan kepada Zahira siapa dirinya,
Yang kedua bagaimana dulu ia bisa bertemu dengan Zahra
Yang ke tiga adalah Radi menjelaskan dirinya dikunci di dalam gudang sekolahan bersama dengan Zahra hingga larut malam dengan Kondisi Zahra yang terikat, dan kondisi tangan Radi yang berdarah akibat melindungi Zahra dari sasaran pemukul yang diayunkan oleh siswa mes*m tersebut kepada Zahra
Sementara itu, ia juga menjelaskan bahwa sulit bagi dirinya untuk menahan nafsu untuk tidak menyentuh Zahra saat itu, dikarenakan tubuh Zahra yang sangat membuat gairahnya memuncak
Yang ke empat, Radi kabur dari rumah sebelum ia dinikahkan oleh kedua orangtuanya, dimana keduanya (Radi dan Zahra) belum sembuh dari trauma yang baru saja mereka alami
Yang ke lima, kesombongan Zahra dan kebencian Radi terhadap Zahra di masa itu
Ucapan Zahra dulu seperti Kesombongan yang selalu di umbar kepada Radi
Berharap Radi sadar akan situasi bahwa Zahra sangat tidak mencintai Radi, dan Radi bukanlah seseorang yang ingin ia nikahi
Dan Zahra juga mengatakan bahwa Radi hanya akan menjadi benalu atau beban hidup dirinya, karena ekonomi keluarga Radi yang sangat jauh berbeda dengan Zahra
Di awal pernikahannya dengan Zahra, Zahra slalu memandang Radi dengan sebelah mata
Namun Radi menyadarkan Zahra, bahwa Radi tidak menginginkan harta dari kedua orang tua Zahra sepeserpun
Yang ia inginkan hanyalah Zahra, dan hidup dengan sederhana
Yang ke enam adalah Radi awalnya menghidupi keluarganya hanya sebagai pegawai caffe kecil dan melamar tanpa menggunakan ijazah SMA nya
Karena hingga sampai sekarang Radi tidak memiliki ijazah begitu pun juga dengan Zahra
Zahra sangat mendambakan kuliah dengan jurusan yang ia favorit kan, namun semua itu sirna karena ia tak memiliki ijazah
Zahra tak ingin melanjutkan kejar paket di karenakan ekonomi rumah tangga barunya yang belum tercukupi masa itu
"Ayah"
"Apa-- I'itu semua-- pernah terjadi?" Tanya Zahira lagi pada Radi, ia nampak gugup gemetar
Kedua mata Zahira nampak berkaca-kaca saat ini,
Radi terdiam sejenak
"Ayah!!, ayah jawab??"
Radi mengangguk,
"Kalau Ara berpikir ayah berbohong, mungkin Ara harus berpikir dua kali untuk itu" balas Radi
"Tapi-- buat apa ayah berbohong atau mengarang cerita tadi kepada anak sendiri" tambah Radi pada Zahira
"Apa kamu--- masih mau bukti lagi, bahwa ayah sama sekali Ndak mengarang cerita yang ayah ceritakan tadi?" Tanya Radi pada Zahira
Zahira meneguk salivanya, ia mengangguk,
Setelah itu, Radi pun memperlihatkan telapak tangannya kepada Zahira
Dimana salah satu telapak tangannya terdapat luka permanen yang ia dapat dari pukulan orang mes*m tersebut sebelum ia dikunci di dalam gudang sekolahan bersama dengan Zahra
"Apa yang kamu lihat dari telapak tangan ayah?" Tanya Radi pada Zahira
Zahira melihat luka cukup panjang di area telapak tangan sang ayah,
"Itu-- luka ayah"
Radi mengangguk,
"Luka yang ayah cerita kan tadi, bukanlah sebuah kebetulan, atau cacat yang ayah miliki sejak lahir"
"Zahira"
"Luka ini ayah dapatkan saat ayah melindungi ibumu dulu dari Siswa yang mengunci ayah dan ibumu di gudang itu"
"Ayah bisa saja meninggalkan ibumu saat itu juga dan lari menyelamatkan diri ayah, tapi-- ayah baru pertama kali melihat ibumu ketakutan"
"Ayah Ndak tega melihatnya" jelas Radi lagi pada Zahira
Zahira meneguk salivanya,
Ia kembali mendapati fakta belum pernah ia ketahui sebelumnya
Zahira pun meraih tangan Radi,
Ia mengusap2 telapak tangan Radi, telapak tangan ini adalah telapak tangan orang yang sudah membesarkannya
"Ini semua salah ayah, ayah yang gagal menahan ibumu untuk mengetahui lebih lanjut soal suara aneh di gudang itu, sehingga keingin tahuan ibumu yang besar membuat ayah Ndak bisa lagi menahannya"
"Zahira, maafkan ayah juga" tambah Radi pada Zahira
Zahira sedikit tersenyum,
"Ayah"
"Ayah jangan menyalahkan diri ayah"
"Semua kan sudah terjadi"
"Tanpa kejadian itu semua, ngga ada Ara kan" ucap Zahira pada Radi
Radi mengangguk,
Setelah semuanya ia ceritakan kepada sang putri yang sudah seharusnya mengerti tentang apa yang terjadi di antara kedua orangtuanya dulu
"Zahira"
"Ayah ini hanya ingin kamu melebihi prestasi ayah dan ibu kamu sebelumnya, yaitu memiliki ijazah SMA"
"Jangan sia siakan masa SMA kamu seperti ayahmu ini"
"Masa dimana kamu sangat ingin lebih banyak waktu untuk berteman, bukan bekerja keras banting tulang mencari uang di usia 17 tahun" jelas Radi lagi
"Tapi saat ini ayah bersyukur, karena kerja keras ayah selama ini bisa membuahkan hasil yang baik"
"Ayah lebih bersyukur lagi karena selain bunda, karena kehadiran kamu dan juga Rendi di kehidupan ayah juga sebagai keberuntungan sendiri bagi ayah" jelas Radi pada Zahira
Zahira meraih lengan sang ayah, kedua mata Zahira nampak berkaca-kaca
"Ayah"
"Iya?"
"Jangan tinggalin bunda" ucap Zahira pada Radi
"Terimakasih-- ayah sudah mencintai bunda, dengan setulus hati ayah" ucap Zahira pada Radi
Radi sedikit tersenyum, meski kedua matanya sedikit berkaca-kaca,
Ia juga lega setelah mengatakan kebenaran yang terjadi kepada sang putri,
"Ayah Ndak pernah ninggalin bunda kamu, aku sangat mencintai bunda kamu" Balas Radi sedikit tersenyum,
"Ayah mencintai ibu kamu karena dia adalah istri ayah, dan ibu dari anak-anak ayah" tambah Radi
Zahira pun tersenyum, ia memeluk Radi,
Zahra yang dari kejauhan yang melihat hal itu pun tersenyum dengan kedua matanya yang berkaca-kaca
Radi mengusap2 rambut Zahira,
"Zahira"
"Iya yah"
"Kalo ayah bisa menghapus noda hitam di masa lalu ayah, ayah akan menghapusnya saat itu juga, itupun kalau ayah mampu" ucap Radi pada putrinya
Zahira menggeleng cepat,
"Ayah ngga perlu menghapusnya, kalo ayah menghapusnya, ayah ngga pernah bertemu dengan bunda"
Radi sedikit tersenyum,
Dan mengangguk,
"Pergilah ke kamar ayah sama Bunda"
"Setelah kamu mengetahui semua ini, minta maaflah dengan baik, pasti bunda bakal paham juga, karena apa, karena bunda juga punya trauma yang sama dengan ayah"
"Bunda kamu itu gampang sedih, dia juga gampang nangis apalagi kalau soal kamu Ara, ayah juga sudah pernah cerita kan Sama kamu"
Zahira mengangguk mengerti,
Ia tersenyum,
"Kalau memang bunda benar2 ngga ngijinin Ara pacaran, Ara memang seharusnya harus nurut sama bunda"
"Ara-- bakal bilang sama pacar Ara, buat temanan saja, meski itu juga berat bagi Ara, tapi ini demi Bunda, Ara ngga mau bunda kecewa sama Ara" jelas Zahira pada Radi
Radi mengusap2 pipi Zahira,
"Iya, ayah paham"
"Kalau begitu Ara pergi ke kamar dulu yah"
°°
Setelah Radi bercerita tentang apa yan terjadi di antara dirinya dan Zahra dulu
Zahira berniat untuk meminta maaf karena sudah membuat sang ibu kecewa
Namun ia juga berharap sang ibu memaafkannya kali ini
Zahira juga akhirnya mengerti kenapa sang ibu sangat kecewa dengan apa yang sudah ia lakukan
Karena Radi telah menceritakan semuanya kepada Zahira, dari awal pertemuan hingga saat ini
Zahra juga sudah mengetahui akan hal ini, karena ia juga berada tak jauh dari Radi bercerita kepada Zahira
Namun Zahra kembali masuk ke dalam kamar sebelum Radi selesai bercerita kepada sang putri
Di dalam kamar ia melihat foto pernikahannya dengan Radi di atas meja
Ia sedikit tersenyum,
Lalu Zahra meraihnya dan mengusap2 nya lembut
Mungkin cerita ku di dunia ini akan berakhir
Ucapku dulu sebelum menikah dengan mas Radi
Ternyata cuma aku saja yang selalu berburuk sangka
Berburuk sangka kepada calon suami sendiri
Gumam Zahra
Kedua mata Zahra sedikit berlinang memandangi foto tersebut
Namun ia juga nampak tersenyum lega
Laki2 yang dulu pernah memanggil aku paksa untuk memanggilku dengan sebutan kakak, kini sudah menjadi suamiku
Namun sekarang aku yang harus memanggilnya mas
Laki2 yang sama, yang dulu pernah aku maki, kini juga sudah menjadi suamiku
Namun sekarang aku takut kalo seandainya saja, dirinya benar-benar marah dan meninggalkanku
Laki2 yang dulunya kasar, dan agak sedikit berandal, kini juga menjadi suamiku
Namun sekarang telah berubah menjadi lemah lembut kepada ku
Apa kurang bersyukurnya aku mempunyai suami seperti dia
Dimana sesaat Zahra kembali mengingat apa yang pernah ia ucapkan kepada Radi di saat ia berada di pelaminan
Ucapan tersebut selalu terlintas di pikiran Zahra, ingin sekali Zahra membuangnya jauh-jauh namun hal itu sia2 saja
Entah apa itu memang karma yang sudah ia perbuat
"WOI BOCAHHH!!"
"Lo Senang ya punya mertua yang kaya raya??"
"Oh-- atau jangan2, lo udah ngerencanian sesuatu buat ngabisin uang orang tua gue ??"
"Lagu lama itu bocah sialan"
"Kenapa Masih diam??"
"Dasar bocah bisu"
"Gila kali ya gue mau berbagi tempat tinggal sama orang kaya Lo"
"Jangan berharap lebih dari gue"
"Dasar orang miskin, Ga guna"
(Chapter 10 )
°°
Next
Ada komentar?